Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

02. Menang Dalam Pertarungan

Melalui latihan yang sangat keras, kemampuan fisik Hanggara semakin kuat. Tanpa menggunakan jurus pun, dia mampu mengalahkan pendekar langit tahap puncak.

Kualitas tulangnya sudah mencapai tulang naga tingkat dewa, sehingga kekuatan fisiknya menjadi luar biasa.

Sekarang Hanggara sudah waktunya untuk memilih jurus dan teknik bertempur secara khusus, yaitu jurus-jurus Raja Dewa.

Diantaranya jurus Tapak Raja Dewa, Cakar Raja Dewa, Tameng Raja Dewa, Raja Dewa Membelah Gunung, Raja Dewa Mencuri Kekuatan, Raja Dewa Mengunci Lawan, Raja Dewa Mendatangkan Angin Puting Beliung, dan Kultivasi Raja Dewa

Dimana jurus dan teknik bertempur ini, memiliki daya tempur yang dahsyat, selain dapat mencengkram dan mengunci musuh-musuhnya dari jarak jauh, juga dari telapak tangannya dapat mengeluarkan kekuatan api dan petir, yang sangat mengerikan. Sesuai dengan tingkat kekuatan penggunanya. Semakin tinggi tingkat kekuatannya, akan semakin dahsyat pukulan api dan petir dari tangannya.

"Aku ingin melihat semangat latihan mu, maka kamu harus berlatih teknik bertempur dengan jurus-jurus Raja Dewa," ujar gurunya.

"Baik Kakek guru," jawab Hanggara, menghampiri gurunya.

Kemudian Guru Brahmana mentransfer ilmu kekuatan Raja Dewa kedalam tubuh Hanggara. Terasa olehnya ada kekuatan dari gurunya menjalar ke seluruh tubuh Hanggara.

Dipunggung tubuh Hanggara, muncul dua sayap Raja Dewa, sebagai tameng untuk menangkal semua racun dan senjata tajam. Dua sayap itu menghilang masuk kedalam tubuh Hanggara, untuk melindungi seluruh tubuhnya.

"Hahaha... Sempurna," ujar gurunya tertawa renyah.

"Kakek Guru, apa artinya itu?" Tanya Hanggara penasaran.

"Itu artinya, kamu dapat mempelajari jurus dan teknik bertempur Raja Dewa dengan mudah. Dan dua sayap dibelakang punggung mu, sebagai perisai didalam tubuhmu untuk menjaga dari serangan berbagai racun, dan serangan berbagai senjata serta dapat menadah pukulan jarak jauh. Kekuatannya sesuai dengan ranah tingkat kultivasimu," kata gurunya menjelaskan.

"Terimakasih Kakek guru," balas Hanggara sumringah senang.

Setelah proses transfer ilmu Raja Dewa, kemampuan pemahaman teknik jurus dan kultivasinya, menjadi lebih baik, apalagi Hanggara begitu tekun memahami jurus dan teknik bertempur Raja Dewa, hingga menjadikan jurus Raja Dewa menjadi jurus yang sangat luar biasa.

Keunggulan jurus Raja Dewa, dapat menguatkan kekuatan jiwa dan kekuatan fisiknya. Dan dapat meningkatkan daya tempur jiwa dan fisiknya.

Beberapa waktu berlalu, Hanggara dan gurunya keluar dari dunia kecil, dan kembali ke hutan larangan. Mereka berdua muncul disebuah gubuk tua.

"Nak, coba kamu berlatih bertarung dengan hewan buas, atau hewan siluman. Di hutan ini banyak hewan buas dan hewan siluman. Kamu cari hewan buas dan hewan siluman dengan level tinggi, agar daya tempur mu semakin meningkat," ucap gurunya, memberi perintah kepada Hanggara.

"Baik Kakek guru," jawab Hanggara, lalu beranjak dari hadapan gurunya, pergi mencari hewan buas, atau hewan siluman untuk menjajal kemampuan bertarungnya.

"Hmm... Hutan ini ternyata sangat menyeramkan," batin Hanggara, sambil terus melangkahkan kakinya menuju ke sebuah tempat hewan siluman berkumpul.

Tidak begitu lama, Hanggara sudah tiba ditempat para hewan siluman berkumpul. Lalu dia melompat ke sebuah dahan pohon, untuk mengamati situasi ditempat itu.

Ada beberapa hewan siluman yang sedang rebahan. Dengan kecepatannya, Hanggara melompat dari dahan pohon menghampiri sekumpulan hewan siluman, sambil menghantamkan pukulannya kearah sekumpulan hewan siluman.

Duar.... Duar....

Hanggara memukul beberapa hewan siluman. Pukulan setengah kekuatan Hanggara menghempaskan beberapa hewan siluman hingga mental menabrak pepohonan.

Pertempuran dimulai. Sama-sama saling menyerang dan bertahan. Hanggara bergerak cepat memukul hewan-hewan siluman tersebut.

Pertarungan Hanggara dengan hewan-hewan siluman, tujuannya tak lain hanya untuk menguji kemampuan dan kekuatannya.

Waktu pun berjalan. Pertempuran Hanggara dengan hewan-hewan siluman, terus berlanjut hingga hampir menjelang sore.

Akhirnya, pertempuran pun berakhir. Posisi Hanggara duduk lelah, setelah membantai puluhan hewan-hewan siluman.

Setelah kekuatannya pulih, dia bergegas menuju ketempat gurunya.

Tak terasa, waktu pun cepat berlalu, sudah tiga tahun Hanggara berlatih bersama gurunya. Berlatih jurus-jurus Raja Dewa serta teknik kultivasi Raja Dewa, karena dia sendiri bercita-cita ingin menjadi seorang Kultivator Raja Dewa, yang tidak ada tandingannya di seluruh Alam Great Universe.

Kesungguhan Hanggara dalam berlatih, yang sebelumnya dianggap sebagai seorang pemuda hina, pemuda sampah dan seorang pecundang, kini membuahkan hasil. Dia sekarang telah memiliki kekuatan yang cukup mengerikan, ranah kultivasinya sudah berada ditingkat pendekar dewa langit tahap puncak.

Selama di hutan larangan, Hanggara sudah menguasai jurus-jurus Raja Dewa dan teknik mengunci kekuatan musuh-musuhnya, dan mencuri kekuatan lawan secara diam-diam, hingga lawan-lawannya akan menjadi lemah karena tidak memiliki kekuatannya lagi.

"Baiklah, sekarang kamu sudah waktunya meninggalkan tempat ini. Berpetualanglah di alam semesta ini. Bantulah orang yang membutuhkan bantuan. Bunuhlah orang yang pantas dibunuh," ucap gurunya.

"Baik Kakek guru. Aku pamit," jawab Hanggara, sambil berlutut memberi hormat dihadapan gurunya.

Dia melangkahkan kakinya keluar dari hutan larangan, menuju kesebuah kota, yang tak jauh dari hutan tersebut.

Sudah banyak kultivator memasuki kota. Karena di kota itu, kebetulan sedang diadakan pertarungan untuk memilih perajurit tangguh kerajaan Adegdaha.

Sudah banyak para kultivator dan orang-orang memenuhi alun-alun. Hanggara pun turut serta dalam acara pemilihan prajurit tangguh kerajaan Adegdaha. Setelah dia mendaftarkan diri, Hanggara berkumpul dengan para kultivator lainnya, yang juga sama-sama mengikuti pemilihan itu.

Tiba giliran Hanggara memasuki arena pertarungan. Para penonton bersorak. Ada juga yang taruhan.

Kehadiran Hanggara di arena pertarungan pemilihan prajurit tangguh, membuat suasana semakin ramai. Karena sudah banyak kultivator yang mencoba melawan Hanggara, namun dapat dikalahkannya dengan mudah.

"Lihat itu! Hanya dengan satu serangan tunggal, lawannya dibuat tak berdaya," ucap penonton sambil menunjuk kearah Hanggara.

Selain para penonton, kehadiran Hanggara juga menarik perhatian para petinggi kerajaan, termasuk Panglima Kerajaan Jenderal Besar Begawan Abisana, karena Hanggara sudah memenangkan enam puluh dua pertarungan tanpa istirahat.

"Sungguh kultivator yang kuat," batin sang jenderal besar kagum.

Para penonton semakin dibuat penasaran dengan jurus-jurus yang digunakan Hanggara, karena tidak seperti jurus-jurus kultivator lainnya. Jurus-jurus yang digunakan Hanggara sangat aneh dan asing dimata para penonton.

Setelah Hanggara memenangkan enam puluh delapan pertarungan, petinggi kerajaan Adegdaha menginterupsi pertandingan.

"Nak, siapakah mu?" Tanya Jenderal Besar Begawan Abisana menatap Hanggara.

Hanggara pun balik menatap sang jenderal dan tersenyum.

"Maaf sebelumnya tuan jenderal, aku adalah seorang petualang," jawab Hanggara tersenyum ramah.

Pertarungan pun terus berlanjut, hingga tersisa sepuluh besar petarung. Dan Hanggara urutan pertama, dari sepuluh besar petarung itu.

"Hahaha... Akhirnya kerajaan Adegdaha telah mendapatkan sepuluh petarung yang tangguh," ujar Jenderal Besar Begawan senang.

Hanggara menjadi pusat perhatian, mengingat kekuatannya dalam bertarung. Banyak para penonton dibuat penasaran, karena para lawan-lawannya tidak ada yang mampu bertarung dengannya.

Memang menakjubkan, hanya dengan satu serangan tunggal, langsung mengalahkan lawan-lawannya.

"Benar-benar tangguh, selain teknik jurusnya, kekuatan fisiknya juga luar biasa. Bahkan sepertinya dia belum mengeluarkan kekuatan sepenuhnya," batin sang jenderal besar merasa kagum terhadap Hanggara.

Sepuluh besar petarung, diperintahkan untuk naik ke panggung.

"Jenderal besar, silahkan memberikan hadiah kepada para pemenang," ucap ketua pelaksana pertandingan.

Akhirnya ke sepuluh besar petarung, dibawa oleh sang jenderal besar ke jantung kota metropolitan kota raja Adegdaha.

Perjalanan dari kota Singaparna menuju kota metropolitan, memerlukan waktu satu bulan penuh perjalanan dengan menggunakan kereta kuda.

Kesepuluh petarung mulai menjalin hubungan untuk lebih mengakrabkan diri. Terlebih mereka yang berasal dari satu kota, sehingga mereka harus tetap kompak.

Jenderal Besar Begawan Abisana, sangat senang melihat kebersamaan mereka. Karena jarang hal seperti itu terjadi. Dia berharap, kebersamaan mereka tetap bertahan hingga berada di kota metropolitan.

Setelah cukup lama dalam perjalanan, rombongan Jenderal Besar Begawan Abisana, yang membawa sepuluh orang petarung tangguh, menyempatkan diri untuk mampir disebuah kota yang dilewatinya. Kota pelabuhan Tanjung Perak, yang masih dibawah kekuasaan kerajaan Adegdaha, berlokasi dekat dengan laut, sehingga banyak para pedagang yang singgah untuk menjual barang-barang dagangannya.

"Ternyata kota ini ramai sekali, banyak saudagar pedagang kaya yang singgah," batin Hanggara sambil memperhatikan para saudagar kaya.

Setelah memasuki kota, mereka semua mencari penginapan untuk beristirahat. Kesepuluh petarung sudah mendapatkan kamarnya masing-masing, dan mereka semua masuk kamar untuk beristirahat. Kecuali Hanggara yang tidak beristirahat.

Dia keluar dari penginapan, untuk mencari sebuah rumah makan. Setelah berkeliling, dia menemukan sebuah rumah makan mewah. Dia pun masuk ke rumah makan mewah tersebut, dan langsung memesan makanan terbaiknya.

Tak seberapa lama, saat dirinya menikmati makanannya, masuk lima pemuda dengan pakaian bangsawan. Satu orang pemuda seperti tuan muda kota.

Mereka berlima menghampiri Hanggara dengan angkuh dan arogan.

"Hai sampah, silahkan kamu pindah dari meja ini. Karena meja ini hanya untuk tuan muda kota," ucap salah seorang pemuda itu menatap Hanggara.

"Kenapa harus di meja ini, kan masih banyak meja yang lain," ujar Hanggara tidak senang diusir oleh mereka.

"Apakah kamu tidak tau siapa kami," hardik pemuda lainnya.

"Aku tidak tau, dan tidak mau tau," sergah Hanggara ketus.

"Bajingan kau, berani menentang tuan muda kota ini," ucap pemuda disamping tuan muda kota.

Duar... Bugh... Brakk...

Tiba-tiba kelima pemuda itu terhempas menimpa dinding rumah makan. Tidak tahu apa yang terjadi, para pengunjung lainnya juga terkejut, karena tidak ada yang tau persisnya.

Sedangkan Hanggara hanya tersenyum, sambil terus menikmati makanannya, matanya menatap kelima pemuda yang terlempar itu.

Kelima pemuda itu meringis merasakan badannya sakit, dan tulang-tulangnya terasa ngilu, karena selain dihantam secara cepat oleh Hanggara, juga mereka semua terlempar menimpa dinding rumah makan.

"Itulah akibatnya, kalau berani mengganggu orang yang hendak makan," ucap Hanggara datar.

Kelima pemuda itu lantas keluar dari rumah makan, sambil memberikan ancaman kepada Hanggara.

"Tunggu balasan dariku," kata tuan muda kota, terus berlalu menjauh dari rumah makan.

Hanggara hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Pengunjung lainnya juga terheran-heran, karena mereka tidak tau apa yang telah dilakukan oleh Hanggara. Gerakannya sangat cepat dan tidak terlihat oleh mata mereka.

Bersambung.....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel