Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

09. Kekuatan Yang Dahsyat

Aji Saka dan Juminten, memacu kudanya kearah pesisir pantai selatan, hendak menuju ke Ibukota Kerajaan Nusantara. Namun dipertengahan jalan, keduanya dihadang oleh kelompok begal, yang selalu beroperasi di wilayah selatan.

Kelompok begal yang terdiri dari seratus orang lebih, mengepung Aji Saka dan Juminten, dari berbagai arah. Mereka siap menerjang sepasang kekasih ini, yang duduk tenang dipunggung kuda putihnya.

"Cepat serahkan kedua kuda dan koin emas milik kalian, jika kalian ingin selamat!" Seru pemimpin begal, mengancam Aji Saka dan Juminten.

"Ambillah jika kalian mampu," balas Aji Saka.

"Bajingan kamu! Beraninya menentang ketua kami!" Teriak salah seorang anggota kelompok begal.

"Oh, kalian ingin menghadap Dewa Kematian! Baiklah, silahkan kalian maju, jika kalian ingin merasakan panasnya api neraka!" Aji Saka, berseru memprovokasi mereka.

"Kurang ajar kamu! Ayo serang keduanya!" Seru pemimpin begal, berteriak memerintahkan bawahannya untuk menerjang Aji Saka dan Juminten.

Kali ini, Aji Saka tidak langsung menggunakan pukulan andalannya, Gentar Bumi. Tapi keduanya ingin bermain-main dulu dengan kelompok begal, menggunakan jurus Pedang Dewa Petir.

"Ayo, Adik Inten. Kita bermain-main dulu dengan mereka!" Seru Aji Saka.

"Baik, Kak."

Keduanya loncat dari kuda putihnya, langsung menerjang kelompok begal.

"Sepasang Pedang Dewa Petir!" Seru keduanya bersamaan.

Siut.... Plass.... Plass.... Aahhh....

Dua Pedang Dewa Petir, menebas leher puluhan anggota begal, dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat oleh mereka.

Puluhan kepala anggota begal tergelincir lepas dari lehernya, terkena tebasan pedang yang mengandung kekuatan petir dan mistis yang sangat tinggi, dan mengalirkan kekuatan inti petir tingkat Dewa, hingga puluhan anggota begal terpenggal lehernya.

Tidak hanya sampai disitu, Sepasang Aji Saka dan Juminten, terus memainkan jurus-jurus Pedang Dewa Petir, yang dipadukan dengan jurus Seribu Bayangan, membuat mereka tak mampu menghindari tebasan sepasang pedang yang memiliki kekuatan hebat. Sekali gerakan, sepuluh leher anggota begal terpenggal, hingga dalam waktu tidak terlalu lama, seluruh anggota kelompok begal, mati dengan kepalanya terpisah dari tubuhnya.

Usai membasmi kelompok begal hutan Gunung Gelap, Aji Saka melanjutkan perjalanannya lagi, menuju ke Ibukota Kerajaan Nusantara, dipesisir Pantai Selatan.

Keduanya memacu kudanya dengan kecepatan tinggi, melintasi bukit, hutan dan pegunungan. Hendak memotong jalan melewati tepi lembah hitam, dikawasan pegunungan Giling Weusi, namun ketika berada di tepi lembah, tiba-tiba Aji Saka merasakan ada sebuah kekuatan yang mengarah kepada dirinya, dia cepat menghadang sebuah kekuatan mistis itu dengan pukulan Gentar Bumi, yang dipadukan dengan kekuatan inti petir, menadah terjangan sebuah kekuatan yang sangat besar.

Duarr.... Duarr....

Dua kekuatan yang sangat dahsyat beradu, menguncangkan lembah hitam, hingga semua makhluk yang berada didalam lembah hangus terbakar oleh sambaran inti petir, dan mati terbunuh terkena dampak dari pukulan Gentar Bumi.

"Hahahaha....! Ternyata masih ada penerus Gentar Bumi!" Sebuah suara dan tertawa yang menggelegar dari dalam lembah, terdengar menggema diseputaran lembah dan pegunungan.

Aji Saka dan Juminten, terkejut mendengar suara dari dalam lembah, yang mengetahui bahwa Aji Saka merupakan pewaris pukulan Gentar Bumi.

"Wahai.... Pemilik suara didalam lembah! Siapakah anda sebenarnya?" Seru Aji Saka bertanya, sambil mengarahkan kekuatan suaranya kedalam lembah.

Klontang.... Klontang....

Suara kaleng rombeng dengan kerasnya terdengar, membuat telinga Aji Saka dan Juminten terasa sakit.

"Adik Inten, salurkan kekuatan Tameng Dewa ke sekujur tubuh. Agar tubuh kita aman, dari serangan orang misterius didalam lembah!" Seru Pendekar Aji Saka, kepada kekasihnya.

"Iya, Kak."

Keduanya mengerahkan kekuatan Tameng Dewa, untuk melindungi tubuhnya masing-masing

"Tameng Dewa.... Tamengnya Dewa Niskala.... Aku tak jumpa dengannya.... Tapi berjumpa dengan titisan anak dan mantunya."

Klontang.... Klontang....

Mengalun suara nyanyian orang misterius itu, menyindir kekuatan pemilik Tameng Dewa, Eyang Gentar Bumi alias Dewa Niskala, dibarengi dengan suara kaleng rombengnya.

"Wahai pemilik suara didalam lembah, siapakah anda sebenarnya?" Tanya Aji Saka penasaran, karena orang misterius itu serba tau tentang dirinya dan Juminten, yang merupakan reinkarnasinya anak dan mantunya Dewa Niskala.

"Siapa aku.... Aku ini siapa.... Orang memanggilku dengan sebutan Kakek Segala Tau.... Gentar Bumi itu adalah adikku."

Klontang.... Klontang....

Ternyata orang misterius itu adalah kakaknya Gentar Bumi, yang biasa dipanggil dengan julukan Kakek Segala Tau.

"Wahai Kakek Segala Tau, anda berarti Dewa Nirkala, Kakak dari Kakek Guru Dewa Niskala."

"Hahahaha....! Ternyata kamu sudah diberi tau oleh Niskala."

Klontang.... Klontang....

Kakek Segala Tau setiap selesai bicara, membunyikan kaleng rombengnya.

Swhuusss.... Whuung.... Klontang.... Klontang....

Sebuah cahaya putih kebiruan melesat terbang dari dalam lembah, diiringi oleh gemuruhnya angin puting beliung, dan bunyi suara kaleng rombeng.

Cahaya putih kebiruan melayang di udara, seolah menggantung di atas langit, diikuti oleh angin puting beliung dan beberapa kaleng rombeng, yang terus membunyikan suaranya yang nyaring memekakkan telinga.

"Aku segala tau.... Apa yang ada di dunia ini.... Aku mengetahuinya."

Klontang.... Klontang....

"Kakek Dewa Nirkala, dengan tidak mengurangi rasa hormatku. Aku memohon kepada kakek, untuk menunjukkan wujud kakek yang sebenarnya, agar kami berdua tidak penasaran," ucap Aji Saka meminta kepada Kakek Segala Tau, untuk menunjukkan wujud yang sebenarnya.

Klontang.... Klontang.... Swhuuss.... Whuungg....

Cahaya putih kebiruan, meluncur cepat kearah Aji Saka dan Juminten.

Blam.... Whuuss....

Cahaya putih menghilang, setelah hampir mendekati Aji Saka dan Juminten, dengan jarak sekitar dua meter.

Krining.... Krining.... Whuuss....

Dibarengi dengan suara gemerincing lonceng kecil, sesosok tubuh bercahaya muncul dihadapan Aji Saka dan Juminten, mengenakan jubah putih dan dikepalanya bertengger sebuah mahkota dewa, dengan teretes intan berlian, menghiasi mahkota yang sangat agung.

"Salam Yang Mulia Dewa Agung Nirkala! Kami berdua mohon maaf, jika ada perkataan yang tidak berkenan di hati Yang Mulia!" Seru Aji Saka, membukukan setengah badannya dihadapan Dewa Agung Nirkala, diikuti oleh Juminten.

"Salam dari kalian aku terima. Sekarang kalian berdua ikut denganku!"

Belum sempat keduanya menjawab, tiba-tiba sebuah cahaya yang menyilaukan, menyelimuti tubuh Aji Saka dan Juminten, serta kedua kuda putihnya, yang terus membawanya kesebuah tempat yang sangat asing bagi keduanya.

Tak seberapa lama, Dewa Agung Nirkala membawa Aji Saka dan Juminten, kesebuah tempat yang sangat indah. Keduanya terpana melihat keindahan pemandangan ditempat itu, selain panoramanya yang asri, udaranya juga sejuk, segar dan nyaman.

Tubuh keduanya masih diselimuti oleh cahaya, malah cahayanya semakin bertambah banyak. Ribuan kekuatan cahaya disertai kekuatan dari cahaya pelangi, menyelimuti sekujur tubuh mereka berdua, serta kedua kuda putihnya. Ada rasa hangat didalam tubuh keduanya, rasa hangat itu semakin lama semakin menyengat panas, seakan membakar seluruh tubuhnya, hingga membuat keduanya tak sadarkan diri. Begitu pula dengan kuda putihnya, seperti dibius oleh kekuatan ribuan cahaya.

Dewa Agung Nirkala tersenyum melihat keduanya tidak sadarkan diri, karena dengan begitu, dia sangat mudah menggantikan darah keduanya dengan darah emas, atau golongan darah Dewa tingkat Nirwana. Sama halnya dengan kedua kudanya, diganti darahnya menjadi darah hewan tunggangan Dewa.

Darah manusia dikeluarkan semuanya, diganti dengan darah emas. Sekitar lima jam kemudian, setelah proses pergantian darah selesai, baru Dewa Agung Nirkala menyalurkan kekuatannya kedalam tubuh Aji Saka dan Juminten, dengan dibantu oleh kekuatan dari ribuan cahaya dan kekuatan dari cahaya pelangi.

Bom.... Bom.... Bom.... Bom.... Bom.... Bom.... Bom.... Bom.... Bom....

Dalam keadaan tidak sadarkan diri, terdengar suara teredam dari dalam tubuh keduanya sebanyak sembilan kali, menandakan ranah kekuatan keduanya naik tingkat.

Ranah kekuatan kultivasi Aji Saka, dari semula tingkat Abadi Tahap Puncak, kini sudah mencapai ranah Dewa Putih Tahap Puncak. Begitu pula dengan Juminten, ranah kekuatannya sekarang sudah berada ditingkat Dewa Putih Tahap Awal.

Tingkatan Ranah Kekuatan di Alam Dewa Nirwana sebagai berikut :

1. Abadi Tahap Awal, Menengah dan Puncak.

2. Dewa Abadi Tahap Awal, Menengah dan Puncak.

3. Maha Dewa Abadi Tahap Awal, Menengah dan Puncak.

4. Dewa Putih Tahap Awal, Menengah dan Puncak.

5. Maha Dewa Putih Tahap Awal, Menengah dan Puncak.

6. Dewa Agung Tahap Awal, Menengah dan Puncak.

7. Maha Dewa Agung Tahap Awal, Menengah dan Puncak.

8. Raja Dewa Agung Tahap Awal, Menengah dan Puncak.

9. Maha Raja Dewa Agung Tahap Awal, Menengah, Puncak, Akhir dan Sempurna.

Itulah kekuatan di Alam Dewa Nirwana, namun belum ada yang sampai ketingkat Raja Dewa Agung. Paling tinggi hanya mencapai Pendekar Maha Dewa Agung, itupun hanya dua orang yang sudah mencapai tahap itu, yakni Dewa Nirkala dan Dewa Niskala, sebagai pelindung Alam Dewa Nirwana. Sedangkan Penguasanya sendiri, baru sampai tingkat Dewa Putih Tahap Puncak.

Ranah Kekuatan Dewa Nirkala berada ditingkat Pendekar Maha Dewa Agung Tahap Puncak, sedangkan adiknya, Dewa Niskala ranah kekuatannya berada ditingkat Pendekar Maha Dewa Agung Tahap Awal.

Kekuatan keduanya bisa menghancurkan sebuah benua, dan belum ada yang menandinginya.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel