Bab 14. Apa aku menyukainya?
Zha yang kini telah mengambil alih Halilintar untuk mengemudi terus melajukan mobil itu hingga beberapa saat lama nya sampai tiba di depan apartemen miliknya.
Tanpa berbicara Zha langsung memapah Halilintar menuruni mobil dan membawa nya masuk ke dalam Apartemen itu menuju kamar nya.
Sampai di sana Zha meraih tempat P3K dan menyerahkan pada Hall.
"Obati luka mu."
"Kau, tidak ingin kah membantu ku.?" tanya Hall berharap, padahal Hall sendiri tau jika harapan nya akan sia sia.
Kenyataan nya apa yang di pikirkan Halilintar meleset.
Setelah Hall berganti celana Bokser milik Zha , Zha menghampiri nya dan segera membuka celana pendek itu.
"Hei, kau mau apa.?"
"Apa yang aku pikirkan, kau pikir aku punya pikiran mesum seperti mu hah.!" Zha tetap melanjutkan aksi nya memegang paha Hall yang sedikit berbulu itu lalu dengan cepat mengoleskan alkohol di sana sanggup membuat Halilintar meringis menahan perih,
"Ah, .. bisa kah kau sedikit lembut .?"
"Aku tidak biasa lembut dalam hal apapun.!"
"Kalau begitu, berikan bibir mu. Anggap saja itu sebagai obat bius." ucap Hall.
"Kau serius itu bisa menghilangkan sakit mu.?" Zha menatap serius.
"Ya, sungguh. Itu bius terhebat menurut ku."
"Kalau begitu jangan ragu lagi, lakukan sesuka mu. Tapi sebelum nya kau harus merasakan ini." Zha meraih pisau dari atas meja nya dan siap menusuk Paha Halilintar.
"Ah, tidak Zha, tidak. Aku hanya bercanda.!" jawab Hall memegang cepat pergelangan Zha.
"Lanjutkan saja, aku akan menahan nya Semampu ku." sambung Halilintar.
"Dasar lemah, kau Tuan Muda yang lemah." umpat Zha yang hanya di tanggapi juluran lidah Hall.
"Apa kau tidak pernah terluka seperti ini sebelum nya.?" tanya Zha masih mengobati luka Hall, sedang Hall terus meringis menahan pedih.
"Pernah, saat usiaku sepuluh tahun
Aku pernah tertembak di bagian perut karena melawan tiga mafia seperti mu."
"Benarkah,.?"
"Ya, benar sekali. Pada saat itu para mafia itu mengincar sesuatu yang sangat berharga di kantor Ayah ku. Lalu aku mengambil sesuatu itu dan mereka berusaha merebut nya. Untung saja Ayah dan ibu ku segera datang. Jika tidak mungkin aku tidak akan pernah bertemu wanita mafia macam kamu." ucap Hall.
"Kau menyesal mengenal ku.?"
"Oh tidak ,tidak. Aku.. Aku Suka.. suka sekali. Aku adalah orang yang suka pada tantangan. Menurut ku berteman dengan mu suatu tantangan keren buat ku."
"Kau pikir kini ini berteman.? " tanya Zha , mengikat luka Halilintar kembali, namun kali ini Zha menggunakan perban.
"Lalu kau menganggap ku apa.?" Hall balik bertanya.
"Kau tidak takut pada ku.? Aku seorang mafia pembunuh. Bisa saja aku membunuh mu kapan pun." Zha kembali menjaga jarak setelah selesai mengobati luka Halilintar.
"Takut , Aku sebenarnya sangat takut. Tapi aku merasa masih mempunyai hutang padamu."
"Kalau begitu, anggap saja hutang mu sudah Lunas." sahut Zha ,kini gadis itu telah pindah posisi duduk di depan laptop milik nya sesaat setelah ia menyamar Hoodie hitam lalu mengenakan nya , tanpa segan pun ia menarik gaun nya dan mengganti nya dengan celana Jeans yang banyak sekali sobekan nya.
"Maksud mu.? " Halilintar menghampiri Zha yang mulai sibuk memainkan jari jemari nya di atas papan keyboard laptop nya.
"Pulang lah Tuan Muda Halilintar, terimakasih atas bantuan mu." sahut Zha tanpa menoleh atau sekedar menghentikan jari jemari nya .
"Kau mengusir ku.? Setelah semua yang kita lewati bersama.?" Hall semakin mendekat kan tubuh nya pada tempat Zha duduk.
"Lalu kau mau apa.? Terus mengikuti ku. Tidak mungkin kan.?" Zha kini berdiri dan menatap tajam Hall.
"Ya, aku akan terus mengikuti mu hingga misi mu berhasil."
"Ha..haa..ha...!" untuk pertama kali nya Zha terkekeh di depan Hall membuat Hall ingin sekali membungkam mulut Seksi Zha yang pasti nya dengan mulutnya juga.
"Kau sudah gila.! Mengikuti seorang pembunuh macam aku. Kau mau mati konyol."
"Aku tidak peduli." sahut Hall mendekat kan wajah nya.
"Kau.." tiba tiba Zha menutup mulut nya rapat rapat ketika mata nya kini bertemu dengan mata Hall. Sejenak mereka saling menatap dan wajah Hall semakin tak berjarak dengan wajah nya.
"Pulang lah Tuan muda Halilintar dan anggap kita tidak pernah bertemu sebelum para musuhku mengenali mu dan kau akan terseret bahaya." ucap Zha segera menghindari tatapan Hall.
"Jika aku tidak mau, bagaimana.? Apa kau akan menyeret ku keluar.?"
"Tentu saja, aku akan menyeret mu keluar." ucap Zha, entah apa yang ia raih dari balik Hoodie nya sedetik kemudian Hall sudah ambruk di lantai begitu saja.
"Maaf Tuan muda, aku terpaksa melakukan nya." Zha terlihat menghubungi seseorang.
Tak lama berselang , Elang sudah muncul dari balik pintu.
"Bawa dia pulang ke apartemen nya. Dan pasti kan ia berbaring di kamar nya dengan keadaan baik." perintah Zha yang langsung di balas anggukan Elang. Beberapa Anak buah Elang pun di panggil Elang untuk membantu nya.
Setelah kepergian mereka, Zha kembali berfokus pada laptop nya , untuk mengorek informasi mengenai keberadaan Sion dari Ponsel yang ia ambil dari tangan Anak buah Sion.
Lama bergelut dengan kemampuan IT nya Zha akhirnya tersenyum.
"Tunggu kedatangan ku Sion."
Pagi menjelang , Di Apartement milik Halilintar. Pemuda itu nampak menggeliat diantara kasur milik nya. Merasakan tubuh nya yang sedikit lemas dengan kepala yang terasa berat.
Ia meremas rambut nya untuk sekedar mengusir rasa pusing nya.
Lama terdiam, Hall baru menyadari berada di mana ia saat ini ketika ia melirik sekitarnya.
"Ini kamar ku.? Bagaimana mungkin.?" Hall semakin kuat meremas rambut nya lalu mengingat apa yang terjadi semalam.
"Zha.. Gadis itu benar benar mengagumkan Ia bahkan bisa mengusir ku dengan segampang ini." gumam Halilintar terpaksa beranjak dari ranjang nya.
Halilintar terdengar mengguyur tubuh nya di dalam kamar mandi, entah kenapa bayangan gadis yang menurut nya gila itu masih saja menari nari di ujung matanya.
Hall memejamkan matanya berusaha menghapus, namun ia gagal, bayangan Zha semakin mempersulit nafas nya.
"Sial.. Jangan jangan aku menyukai gadis itu." gerutu Hall kini sudah berada di depan kaca lemari milik nya. Menatap seksama wajah tampan nya.
Halilintar tak habis pikir, kenapa jantung nya terus berdebar ketika mengingat Zha. Jika ia benar benar jatuh cinta, perasaan macam apa itu? Bahkan selama ini tidak pernah berhasil sekedar untuk menyukai perempuan manapun. Walau pun Hall sering mencoba nya sekedar untuk melepas status jomblo nya , tapi Hall belum bisa menemukan wanita yang sanggup membuat Jantung nya bereaksi seperti saat bertemu Zha.
"Apa bagus nya cewek gila itu Hah.! Dia benar benar sukses membuat ku memikirkan nya ." Hall mengumpat.
"Tapi dia cantik, cantik sekali. Kalau saja dia bukan seorang Mafia, aku ingin sekali membawa nya ke hadapan Nyonya Azkayra. Lalu mengenal kan nya sebagai calon Menantu nya. Ha.. haha.. Calon menantu. Gila.. Aku benar benar sudah gila." Halilintar menepuk nepuk kepalanya sendiri.
Setelah hampir setengah harian Hall berada di kamar nya, Hall memutus kan untuk pergi ke kantor nya. Hall memang sudah mempunyai perusahaan sendiri. Meski pun perusahaan nya masih terbilang kecil karena hanya cabang atau pecahan dari Perusahan Samudra milik Ayah nya. Namun dengan keahlian Hall dalam berbisnis Perusahaan nya kini bisa berkembang pesat dan hampir sejajar dengan perusahaan Samudra itu sendiri.
Walau masih dengan tubuh sedikit lemas karena efek dari racun bius yang di berikan Zha pada Halilintar dan Hall tidak menyadari itu, pria itu tetap pergi mengendarai mobil nya seorang diri.
Ya, Zha memang sengaja memberi racun bius pada Hall bermaksud agar Hall tidak sadarkan diri agar mempermudah nya untuk membawa Hall keluar dari Apartemen nya dan memulangkan ke tempat tinggal Hall. Tapi perlu di ketahui racun bius milik Zha walaupun dengan dosis terendah nya sekali pun tetap akan berefek selama 48 jam, sebab itu lah Hall masih akan merasa lemas kemungkinan sampai hari besok.
Halilintar nampak telah menuruni mobil nya setelah menghentikan nya tepat di depan kantor nya. Ia melangkah tanpa ia sadari ada beberapa pasang mata yang tengah mengawasi nya dan sedari tadi memang sudah mengikuti mobil nya.
--------------------------------------------
