Bab 13. Bolehkah Aku menciummu?
Kini mereka sudah berada di tengah tengah pesta. Halilintar menarik tangan Zha membawa nya melangkah.
"Kita mau apa.?" tanya Zha.
"Dansa." jawab Hall.
"Dan kau jangan banyak mengumpat, atau kau akan ketahuan.?"lanjut Halilintar ketika melihat pergerakan bibir sexy Zha yang mengumpat tanpa suara.
Zha sendiri langsung memberi tatapan membunuh pada Halilintar yang hanya di balas senyuman manis oleh Hall. Jika orang orang melihat mereka ini nampak serasi dan mesra , terlebih Halilintar sedang menunduk menikmati wajah Zha dengan kedua lengan yang merengkuh pinggang gadis itu. Sedang kan Zha sendiri meletakkan kedua tangannya di pundak Hall. Padahal mereka salah, pandangan manis Zha hanya lah kamuflase dari keadaan yang sebenarnya. Aura membunuh dari gadis itu hanya bisa di rasakan oleh Halilintar.
Dengan gerakan cepat Halilintar merengkuh tengkuk Zha hingga kedua hidung mereka bersentuhan.
"Hei,!" geram Zha.
"Diam, ada yang mencurigai mu.!"bisik Hall.
Zha langsung mengalungkan kedua tangannya pada leher Hall dan melirik sekitar. "Arah jam berapa?"
"Tiga, kau membawa senjata.?" ucap Hall.
"Tentu saja. Tapi aku tidak akan membuang peluru ku untuk melindungi mu. Ingat itu !" jawab Zha.
Halilintar melepaskan rengkuhan nya dan merapikan tuxedo Mahal nya sebelum membawa Zha menuju danclefoor karena acara dansa sudah di mulai. Semua orang berbaur dengan suka cita dan meriah.
Namun tidak bagi mereka berdua yang terus memperhatikan sekitarnya.
Dan sesekali menuju kan pandangan nya pada sepasang pengantin yang juga ikut berdansa.
Halilintar dan Zha masih bergerak mengikuti irama tanpa menurunkan kewaspadaan.
"Arah jam Dua. Apa kau mengenal mereka.?" tanya Hall.
Zha melirik dua orang pria yang sedang menatap setiap pasangan dansa. " Itu anak buah Sion, sial.. Mereka kemari. Seperti nya mereka mengenali ku." ucap Zha.
Halilintar yang menyadari itu langsung menyembunyikan wajah Zha pada dada bidang nya dan memiringkan wajahnya sendiri ke kiri dengan mimik wajah yang di buat setenang mungkin.
"Kita pergi dari sini." bisik Hall.
Hall melepaskan pelukannya setelah melihat dua pria tadi sudah pergi, sambil menenangkan jantung nya yang kembali menggila hanya karena memeluk tubuh Zha dan aroma harum rambut Zha yang menyeruak masuk ke Indra penciuman nya.
Zha hanya bisa mengikuti langkah lebar Halilintar untuk meninggal kan tempat dansa tersebut.
Mereka memasuki lift dan Zha kembali membuat jarak, bahkan kini ia mendekapkan kedua tangan nya menatap lurus ke depan seolah hanya ada dia sendiri di situ . Halilintar yang memperhatikan Zha tak habis pikir. Wanita macam apa dia .?
Setelah pintu lift terbuka, Zha langsung keluar di ikuti Hall di belakang nya menuju parkiran dan menghentikan langkah mereka sesaat setelah melihat bahwa dua anak buah Sion tadi mengikuti mereka.
Zha tersenyum miring menatap Hall yang mengangguk samar. Mereka sengaja memancing kedua pria itu agar keluar, karena tidak mungkin membuat kekacauan di dalam. Zha masih punya hati untuk memikirkan keselamatan orang orang yang tak bersalah yang kemungkinan akan ikut terluka jika ada baku tembak di sana.
Zha meraih pisau lipat yang ia selipkan di balik gaun nya lalu dengan pergerakan cepat ia merobek gaun panjang nya hingga di atas lutut agar memudah kan nya untuk bergerak bebas nanti, masih dengan sepatu boot hitam nya yang makin membuat penampilan nya semakin sexy dan menarik di mata Halilintar .
Tidak lama kemudian terdengar suara tembakan dari dua pria tadi yang berhasil di hindari dengan baik oleh Zha dan Halilintar. Mereka berguling ke samping hingga peluru mereka mengenai salah satu kaca mobil yang ada di dekat Halilintar hingga pecah. Zha langsung mengarah kan desert Pistol nya kepada satu orang yang berkepala plontos.
Satu tembakan meleset sempurna, namun dalam jarak yang cukup jauh Zha masih mampu melumpuhkan musuh nya dengan menembak kaki kirinya. Sementara satu orang yang belum terluka terus mengarah kan peluru nya pada Hall dan Zha yang lagi lagi berhasil mereka hindari dengan baik.
Dengan pergerakan cepat, Zha melempar pisau lipat nya ke arah pria itu tepat sasaran yang langsung menembus dada kiri pria itu hingga jatuh tersungkur dan melepaskan senjatanya.
Zha menembak kembali kaki kanan pria yang sudah ia lukai kaki kirinya tadi ketika pria itu hendak berusaha meriah senjata ya untuk menyerang Zha , Zha berjalan mendekati pria itu dengan seringai di wajahnya.
"Di mana Bos mu. Katakan.!"
Pria itu hanya diam menatap dingin Zha membuat Zha semakin kesal. Zha menginjak dengan kuat bagian kaki pria itu yang terluka. Dan menutup kuat mulutnya guna meredam teriakan pria itu yang semakin membuat nya muak. "Katakan dimana Sion." sekali lagi Zha bertanya.
Pria itu memejamkan matanya menahan sakit akibat injakan boot tinggi Zha.
Sementara Hall mencabut pisau yang menancap di dada pria yang sudah tak bernyawa tadi lalu menghampiri Zha, menatap anak buah Sion yang masih bisa bernafas di bawah injakan kaki Zha.
"Katakan saja, atau aku akan memotong lidah mu agar kau benar benar tidak
bisa bicara ." ucap Hall mengelap bekas darah yang masih menempel di pisau itu dengan kerah kemeja pria yang sedang kesakitan di hadapan nya.
Zha yang mulai jengah pun menendang pria itu hingga jatuh tersungkur dan terbatuk.
"Aku tidak akan memberitahu mu wanita iblis..!!" pria itu masih mampu bersuara.
Zha yang sangat geram tidak bisa lagi untuk menahan sabar, akhirnya menarik pelatuk nya dan satu peluru yang keluar dari desert eagle nya menembus kepala pria itu yang langsung ambruk tak bernyawa.
Halilintar yang menyaksikan itu hanya bisa menarik nafas.
"Kita belum mendapatkan informasi apapun dari nya dan kau malah membunuh nya."ucap Hall.
"Ada yang lebih berguna dari pada lidah nya." jawab Zha melemparkan ponsel pria itu yang langsung di tangkap sempurna oleh Halilintar .
"Kau bukan hanya seorang mafia, Kau juga seorang Hacker..?" Hall menggelengkan kepalanya.
"Ya, dan kau harus ingat selalu itu." jawab Zha.
Mereka kembali memasuki mobil.
"Kemana lagi ?" tanya Hall.
"Apartement ku." jawab singkat Zha.
Mereka kembali memasuki mobil dan melaju ke arah apartemen milik Zha, untuk menjalankan misi selanjutnya ,menemukan informasi tentang keberadaan Sion dari ponsel Anak buah nya .
Halilintar menginjak rem nya dengan mendadak dan menatap wajah Zha yang kembali mengumpat karena ulah Hall membuat tubuh nya terdorong ke depan.
"Hei, kau tidak bisa menyetir ya.?.. atau kau sengaja mau membunuh ku ?" umpat Zha.
"Boleh kah aku mencium mu.?" ucap Hall.
Zha menatap tajam ke arah Hall yang sudah merengkuhku tengkuk nya.
"Sekali lagi kau bicara seperti itu, aku akan membunuh_.."
Halilintar langsung membungkam bibir Zha dengan ciumannya dan tidak memberi kesempatan Zha untuk menghindar.
Zha mendorong kuat tubuh Hall, ketika mendengar rintihan kesakitan dari mulut Hall hingga Hall melepaskan ciuman mereka dan Zha langsung menatap paha Pria itu yang ternyata terluka cukup dalam.
"Maaf,aku terpaksa melakukan nya karena kaca sialan ini." Nafas Hall tersengal dengan tangan kanannya yang masih memegang pecahan kaca yang berhasil ia cabut dari pahanya. Hall menyandarkan tubuhnya dan mengatur nafasnya.
Zha yang melihat itu langsung merobek gaun nya hingga menjadi pendek lalu melilitkan kain robekan itu untuk menutupi luka pada paha Halilintar. Zha tidak menyangka jika Halilintar sempat terluka akibat pecahan kaca yang terkena tembakan dua anak buah Sion tadi.
"Apa kau selalu mencium wanita jika sedang terluka.?" tanya Zha.
"Tidak juga, Tidak pernah bahkan." jawab Hall menatap wajah Zha.
"Bagus lah, setidak nya aku tidak mendapatkan bekas bibir orang lain." ucap Zha , kali ini tersenyum manis.
Ahh... Hall menepuk kening nya.
"Aku ingin mencium mu sekali lagi." Hall terbius oleh senyuman manis Zha kembali mengangkat tangan nya, namun Zha berhasil menepis nya sebelum tangan Hall sempat merengkuh kembali tengkuk nya.
"Diam, kau jangan mencari kesempatan. Atau aku akan melempar mu keluar."
"Ah..aku hanya bercanda." Hall tersenyum malu.
"Pindah lah. Biar aku yang mengemudi." ucap Zha.
