Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 15. Sandera Salah Sion ( Tuan Muda Halilintar)

Pagi itu Zha sudah duduk manis di dalam supercare miliknya tentu saja bersama Elang yang berperan sebagai sopir pribadinya. Mereka kali ini menuju sebuah gedung perkantoran.

Zha terlihat tersenyum menatap layar ponselnya.

"Seperti nya, kau menyukai pemuda itu Nona.?" Elang melirik layar Ponsel Zha yang memperlihatkan seorang pemuda yang tengah duduk lemas di dalam sebuah ruangan,pemuda itu tak lain adalah Halilintar yang sedang berada di kantornya.

"Kenapa kau bisa berkata demikian.?" Zha tak menoleh sedikit pun, masih tetap fokus pada Layar ponsel nya.

"Jika tidak, kenapa kau sampai memasang chip transparan mu pada Tuan muda itu, padahal aku tau, alat itu adalah penemuanmu yang langka."

"Aku hanya ingin memastikan keselamatannya, karena bantuan nya kemarin kurasa anak buah Sion akan mengenalinya sebagai partnerku."

"Hanya sebatas itukah.? Tapi sepertinya kau segera jatuh cinta padanya."

" Jatuh Cinta.. Haha..ha.. Aku tidak tau apa itu. Aku bahkan tidak pernah tau cara menyukai seseorang , kecuali cara membunuh. Karena hanya itu yang ku pelajari selama ini, kau tau itu kan.?" Zha menoleh. Elang hanya bisa menelan ludahnya. Ngeri, hanya itu rasa yang Elang ketahui ketika sorot mata Zha di penuhi Aura pembunuh yang kuat. Jauh di lubuk hati Elang berharap jika suatu saat akan ada yang berhasil menyentuh hati Zha agar gadis amanatnya itu bisa menjalani kehidupan normal selayaknya wanita pada umum nya.

Elang tidak tau, dari mana ia akan memulai untuk menyadarkan Zha, karena yang ia harus lakukan saat ini hanyalah sebatas menemani Zha dengan setia sampai Zha bisa menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Dan memastikan Zha tetap hidup sampai batas akhir kemenangan mereka.

Mereka kini sudah melangkah memasuki sebuah gedung perkantoran berjalan beriringan . Di sana nampak berkumpul para pengusaha pengusaha bisnis gelap dari belahan dunia. Mereka sedang mengadakan rapat tentang pembahasan bisnis mereka yang di pimpin oleh Erwan.

"Nona, maafkan saya. Saya tidak tau jika Nona akan kemari." Erwan sedikit berlari menyambut kedatangan Zha.

"Aku hanya sekedar ingin melihat lihat, lanjutkan saja rapat kalian. Sekalian aku ingin mendengarnya." ucap Zha.

"Baik lah , kalau begitu silahkan duduk Nona." sahut Erwan mempersilahkan Zha untuk memasuki ruangan rapat.

Seluruh yang ada menunduk hormat ketika Zha memasuki ruangan, mereka tau jika Gadis yang sedang berdiri di hadapan mereka itu adalah pemilik Club' malam terbesar di negara ini. Hanya saja Erwan lah yang di beri kepercayaan penuh untuk mengurusnya.

Zha dengan wajah datar nya kini sudah duduk tenang di kursi kebesaran nya dengan pakaian rapi Ala Mafianya.

Hingga rapat di mulai Zha mendengarnya dengan seksama.

Bunyi getaran Ponsel di sakunya yang sudah berkali kali membuatnya merasa geram . Zha bukan lah orang yang suka di ganggu , apalagi saat saat penting seperti ini. Ia tetap mengabaikannya sampai suara dering Alarm panjang yang begitu kuat membuat semua orang kebingungan. Zha yang menyadari jika itu adalah sirine tanda darurat yang sengaja ia ciptakan dalam chip yang ia pasang di tubuh Halilintar guna memperingatkan jika Hall dalam posisi bahaya. Zha langsung merogoh Ponselnya.

Rahang Zha seketika mengeras ketika melihat layar ponselnya di mana tampak jelas Halilintar sedang mencoba bertahan melawan tujuh Mafia.

Zha langsung berdiri dan melangkah, semetara Elang yang dari tadi berdiri di belakang Zha sudah mengetahui masalahnya, terpaksa berbisik kepada Sekretaris Erwan.

"Lanjutkan saja rapatnya, Nona sedang ada masalah." selesai berkata Elang langsung melangkah cepat mengikuti Zha.

"Bawa seluruh Anak buah mu. Kita harus menyelesaikannya sekarang juga!" ucap Zha.

Tanpa berbicara sedikit pun Elang langsung melaju kan mobilnya dengan kecepatan kilat menuju markas mereka.

Zha terlihat Frustrasi ketika melihat Halilintar melalui ponselnya sudah nampak kewalahan menghadapi tujuh mafia itu. Ia menyesal telah mengabaikan panggilan Ponselnya tadi, ia tidak menyangka jika Halilintar mencoba menghubunginya berkali kali. Yang di pikirkan Zha saat ini, Halilintar tidak mungkin bisa bertahan menghadapi tujuh orang sekaligus dengan kondisi tubuh Hall yang masih dalam pengaruh racun biusnya.

"Berani sekali mereka!" Zha nampak begitu geram.

"Mereka membunuh semua anak buah kita yang kita tempatkan untuk mengawasi Tuan Muda Halilintar, sebelum menyerangnya." ucap Elang.

"Dan kali ini kita yang akan membunuh mereka." sahut Zha.

Tepat setelah mobil mereka berhenti di depan markas mereka, Zha menggebrak kaca mobil sambil mengumpat.

"Brengsekk.....!!!" Zha melihat tubuh Halilintar yang sudah tak berdaya di seret ke dalam sebuah mobil yang langsung melesat pergi.

"Cepat persiapkan semua nya..!!" Zha berteriak sambil meloncat dan berlari masuk ke dalam markas mafianya menuju sebuah ruangan khusus.

Sementara Elang langsung mempersiapkan perlengkapan penyerangan mereka.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, Supercar Zha sudah siap melaju membawa kembali Zha dan Elang. Lima mobil putih di belakang mereka di penuhi anak buah andalan Zha. Dan dua mobil lainnya berada di samping kanan dan kiri Supercar yang di tumpangi Zha.

Setelah sampai di sebuah persimpangan jalan tidak jauh dari tempat tujuan mereka, beberapa mobil musuh sudah menghadang mereka dengan menghujani mereka dengan tembakan.

Elang tersenyum ketika melihat tidak ada satupun peluru dari Anak buah Sion yang mampu menembus mobil yang ditumpangi Zha dan Elang juga yang ditumpangi oleh Anak buah Zha.

"Dasar bodoh.!" ucap Elang.

Sesuai dengan perintah Elang, Anak buah mereka pun tidak ada yang membalas tembakan dari anak buah Sion, mereka masih punya hati, ini adalah jalan umum melakukan baku tembak kemungkinan akan melukai orang orang yang tidak bersalah. Lihat saja, seluruh orang sudah berlari ketakutan melihat tembakan demi tembakan yang di arahkan oleh anak buah Sion pada rombongan Zha.

Sadar peluru mereka tidak bisa menembus mobil mobil dari Mafia Poison Of death itu, Anak buah Sion menghentikan tembakan mereka namun tidak berhenti untuk terus mengikuti Mobil Zha meskipun mereka tidak mampu menjangkaunya karena mobil Anak buah Zha terus menghalangi mereka untuk hanya sekedar mendekati mobil yang ditumpangi Zha.

Sampai di sebuah tempat yang cukup jauh dari keramaian tepat nya di sebuah pabrik kosong yang sudah lama tak terpakai berada hampir di dekat hutan. Elang menghentikan mobilnya, mereka segera turun sesaat setelah mendengar suara tembakan dari anak buah Zha yang sengaja mereka lakukan guna melindungi Nona mereka.

Zha bahkan tidak mempedulikan anak buah Sion yang terus berusaha menembakinya ,ia sudah mempercayakan pada Anak buah nya yang pasti nya akan mampu mengatasinya.

Bersama Elang dan tiga anak buahnya Zha melangkah ke arah dalam pabrik.

Sampai di sana Zha mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, bibirnya menyeringai ketika tatapa nya tertuju pada seorang pria yang sudah duduk di bangku usang seperti sengaja sedang menunggunya.

Pria itu tampak menghisap sebatang rokok, memainkan asapnya sampai akhirnya menjatuhkan sisanya kemudian menginjaknya. Pria itu menatap Zha yang juga menatap tajam ke arahnya, ia bisa merasakan sebuah tatapan mematikan milik Zha tertuju padanya. Pria itu nampak tersenyum miring.

"Akhirnya, aku bisa berhadapan langsung dengan mu Gadis Pecinta Asap. Ketua Mafia dari Poison Of Death yang terkenal kejam dan tak berperasaan dalam membunuh targetnya." Ucapnya.

"Bukan kah kau paling tidak suka menampakkan wajah mu yang selalu kau sembunyikan dari publik itu wanita iblis, kenapa kau sekarang bisa kemari.? Apakah nyawa pria yang kau lindungi itu sangat berharga untuk mu Hah!!" sambung Pria yang tak lain adalah Sion , seorang yang selama ini sedang di cari oleh Zha.

Zha melangkah mendekati pria itu dengan masih memasang wajah datarnya, hampir saja ia tidak bisa menahan amarahnya dan segera akan menarik pelatuk nya sesaat setelah mengarahkan moncong pistol nya tepat ke arah kepala pria itu, namun Zha menahannya ketika mata tajamnya menangkap sosok Halilintar yang menyedihkan sudah dalam keadaan terikat dan sebuah pistol salah satu dari anak buah Sion sudah menempel di pelipisnya.

Tapi Zha bukan lah seorang yang bodoh, yang akan merasa klise hanya karena sebuah Sandera. Ia sudah begitu pengalaman dalam mengatasi hal demikian.

Sesaat Zha menarik nafasnya kemudian merogoh Ponsel nya lalu menguliknya sebentar, setelah itu terdengar suara nyaring dari jeritan wanita yang menyedihkan, ia memperlihatkan video itu pada Sion.

"Jika kau mau , tembak saja dia. Kau pikir aku kesini untuk menyelamatkannya.?Tapi bagaimana... jika anak buah ku di sana akan menembak wanita ini bersama calon Anak kalian." Zha memiringkan senyumnya ketika menangkap wajah Sion yang berubah tegang dan nampak begitu terperangah.

"Wanita iblis..!!!" Sion berdiri dan menarik tubuh Halilintar untuk lebih mendekat padanya , lalu menjambak rambut Hall hingga terdengar suara erangan dari mulut Hall dengan mata Hall yang terpejam. Zha sempat melirik keadaan Hall yang mengenaskan dengan tubuh yang masih terpengaruh racun biusnya, dan Sion tidak menyadari jika Halilintar tengah terpengaruh racun bius.

"Apakah Nyawa Tuan muda mu ini benar benar tidak berarti bagi mu.?" hardik Sion yang sebenarnya mengincar nyawa Zha dan juga Halilintar dengan maksud dan tujuan yang berbeda namun kini malah saling berkaitan.

"Dia tidak lain hanyalah umpan agar kau keluar dari sarangmu. Aku juga hanya mendapatkan bayaran akan keselamatan nya, jika dia mati aku hanya kehilangan bayaran ku, sedangkan aku sudah memiliki seratus ribu kali lipat uang dari jumlah bayaran yang ku terima. Tapi kau adalah target utama ku. Aku memiliki urusan yang lebih penting padamu selain urusan ku menjemputnya. Bagaimana..? Kau tetap akan membunuh nya.? Lakukan saja Sion. Jangan ragu. Kita impas, karena kau juga akan kehilangan dua nyawa sekaligus." ucap Zha mampu membuat Sion geram.

"Akuilah Sion, kau sudah membuat dirimu sendiri keluar dari Zona nyamanmu. Dan kau lupa jika wilayah ini adalah kekuasaan Ku." hardik Zha.

Sion begitu marah , dan menendang kuat Halilintar hingga jatuh tersungkur dan terbatuk di lantai. Perkiraan Sion meleset. Jika awalnya ia berpikir Zha akan melemah ketika mengetahui sanderanya . Ternyata Sion salah, Zha bahkan tidak peduli dengan nyawa Halilintar Putra dari Hanzero yang ia yakini mampu membuat Zha kalah dan menyerah!

 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel