Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11. Pertemuan membuat gelisah.

Halilintar masih berlari mengejar Zha yang telah menghilang. Mata nya terus berputar mencari keberadaan gadis itu. Sedetik sebelum Hall melanjutkan langkah nya , sebuah pukulan benda tumpul tepat mengenai punggung nya membuat ia jatuh tersungkur bertepatan sebuah moncong pistol sudah terarah pada nya.

"Menyerah lah." Hall masih dengan pandangan yang sedikit berkunang kunang menoleh, terlihat oleh nya seorang mafia itu hendak menarik pelatuk nya. Namun sebelum itu benar benar terjadi, sekelibat tendangan tepat milik Zha mengarah pada pistol itu hingga jatuh melesat jauh. Tangan gadis itu segera menarik tubuh Halilintar dan membawa nya berlari cepat meloncati sebuah pembatas. Zha terus berlari masih dengan menarik tangan Hall hingga mencapai tempat parkiran.

"Mana mobil mu..? Cepat.! Kau mau mati di sini.!" ucap Zha menoleh pada Halilintar yang masih terlihat syok.

"Itu.!" Spontan Hall menunjuk sebuah mobil berwarna putih milik nya. Tanpa bertanya lagi Zha langsung membuka pintu dan menarik tubuh Hall ke dalam. Seperti sedang memakai mobil nya sendiri Zha dengan lincah nya memainkan setir mobil dengan menginjak pedal dengan begitu cepat.

Mobil Hall yang di kendarai Zha pun melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan tempat itu, sementara Hall sendiri duduk di samping Zha sebagai penumpang dengan penasaran yang cukup khawatir.

"Mereka mengejar kita.!" ucap Hall menyadari sebuah mobil hitam terus mengikuti mereka.

"Sial..!!" umpat Zha membelok kan mobil ke arah kiri . Begitu melihat sebuah pembatas Zha menginjak rem begitu cepat dan kembali mengegasnya hingga mobil itu berhasil meloncati pembatas itu lalu dengan lincah nya ia terus mengecoh mobil yang mengejar mereka.

Hall seperti sedang mengikuti sirkus balapan liar hanya bisa menahan nafas dengan jantung yang hampir saja lepas ketika Zha memainkan laju mobil nya dengan begitu lincah.

"Heh, apa kau mengenal mereka?" tanya Zha tanpa menoleh sedikit pun setelah merasa aman.

"Aku, aku tidak mengenal mereka." jawab Halilintar berusaha mengatur nafas nya.

"Mereka mengincar nyawamu."

"Tapi kenapa.? Aku tidak pernah punya masalah dengan siapa pun." jawab Hall.

"Mana ku tau. Mungkin saja musuh dari keluarga mu. Tuan muda Halilintar."

"Kau mengenal ku.?" Halilintar menoleh.

"Aku tidak tuli, kemarin satpam itu menyebut namamu dengan jelas." jawab Zha, menepikan mobil dan berhenti.

"Oh.." dengus Halilintar.

"Kau sudah Aman. Lebih baik kau segera pulang." Zha membuka pintu.

"Tunggu dulu. Aku akan mengantar mu. Bagaimana.?" Hall lagi lagi menahan tangan Zha.

"Baik lah, terimakasih atas kemurahan hati Tuan muda." Zha kembali duduk dan menghidupkan mobil lalu melajukan nya lagi.

"Aku yang seharusnya berterimakasih padamu. Kau sudah menyelamatkan nyawa ku dua kali." ucap Halilintar melirik wajah Zha yang tertutup poni acak nya.

Entah tersenyum atau tidak, bahkan ekspresi wajah Zha sama sekali tak terlihat oleh Hall.

Zha sama sekali tak menjawab, hanya berfokus pada jalanan. Hingga beberapa saat lama nya mobil itu berhenti di depan Apartment milik Zha.

"Terimakasih sudah mengantar ku. Cepat pulang sebelum para mafia itu menemukannya mu. Ku rasa kali ini aku tidak bisa lagi membantu mu." ucap Zha meloncat turun.

"Hei, kau tidak mau sekedar menyuruh ku untuk mampir .?" Halilintar pun mengikuti langkah Zha.

"Kau mau apa.?" Zha menoleh.

"Aku, aku butuh istirahat. Ijinkan aku sekedar untuk beristirahat sejenak."

"Pergi,!! Aku tidak mengijinkan orang asing memasuki tempat tinggal ku." ucap Zha.

"Ah, bagaimana kalau Para Mafia itu masih mengejar ku dan menemukan ku. Aku pasti akan mati di tangan mereka."

"Kau takut..?" Zha kembali menoleh.

Zha tersenyum miring. "Putra seorang Hanzero, ternyata selemah ini.! " Sambung Zha terus melangkah meninggal kan Halilintar.

"Hei, kau jangan menghina ku. Aku tidak pernah takut. Aku hanya ingin mengetahui namamu dan membalas Budi pada mu, ijinkan aku singgah sebentar." Hall terus memaksa mengikuti langkah Zha.

"Terserah." ucap Zha ,tidak menoleh lagi.

"Nona Zha." Elang menyambut Zha setelah membuka pintu.

"Apa ada masalah.?" tanya Elang, sedikit terkejut saat mengenal pemuda yang ada di belakang Zha.

Zha hanya menggeleng kan kepalanya, seolah memberi isyarat agar Elang tidak harus perlu tau tentang keberadaan pemuda itu.

"Baik lah, aku harus pergi dulu." ucap Elang melangkah pergi setelah Zha mengangguk kan kepalanya.

Bola mata Elang terus melirik Halilintar yang seperti tidak ingin peduli padanya.

Zha melangkah cepat menaiki tangga dan menuju kamar nya tanpa menoleh pada Halilintar yang masih saja mengikuti nya.

Zha membuka jaket nya dan melepas seluruh pakaian nya menyisakan tengtop tipis berwarna hitam di tubuh nya. Ia tersentak dan segera menutup bagian dada nya dengan kedua lengan nya ketika menoleh dan melihat Halilintar yang sudah berada di dalam kamar milik nya.

"Kenapa kau mengikuti ku sampai kesini hah.!"

"Kau sendiri tadi yang mengatakan terserah. " jawab Halilintar tanpa merasa bersalah memilih duduk di sofa Zha.

Zha meraih Hoodie hitam dan segera mengenakan nya.

Dengan terpaksa Zha menghampiri Halilintar. "Minum.!" Zha melempar sebuah minuman kaleng yang dengan sigap di tangkap oleh Hall.

Halilintar meneguk minuman itu dengan terus mengedar kan matanya memutari setiap sudut kamar Zha.

"Kau sedang mengawasi ku.?" tanya Zha kini duduk di ujung sofa.

"Aku hanya sedikit kagum, kamar seorang mafia bisa juga serapih ini." sahut Hall.

"Apa kau yakin dengan sebutan mu itu.?"

"Lalu apa.? Ah, baik lah. Lebih tepatnya kau Seorang malaikat penolong." sahut Halilintar kini bisa dengan jelas menatap wajah Zha.

"Pulang lah, Nyonya Azkayra pasti akan mengkhawatirkan mu." Zha segera memalingkan wajah nya ketika menyadari pria di hadapan nya itu terus menatap nya.

"Kau mengenal ibu ku.?"

"Siapa yang tidak mengenal Ibu seorang Tuan muda Halilintar. Seluruh dunia pun tau." jawab Zha.

" Baik lah, bisa kah aku meminta nomor mu Nona zha. Ah Zha., Agar aku bisa membalas kebaikanmu. Atau kau mau aku mentraktir mu makan malam.?" ucap Halilintar masih saja ingin memperjelas wajah Zha yang menurut nya cukup menarik hati nya.

Kali ini Zha menatap nya dan tersenyum.

"Baiklah , seperti nya aku akan segera meminta balasan dari mu." Zha seperti sudah menemukan ide untuk manfaat kan Pria ternama di hadapan nya itu.

Astaga .. Mafia bisa ada yang semanis ini.?

Halilintar cukup terbius dengan senyuman Zha.

"Hei, apa yang kau pikirkan.?" bentak Zha.

"Ah, tidak. Baiklah. Katakan saja apa yang kau mau dari ku. Aku berjanji akan menuruti nya." sahut Hall sedikit tersentak.

"Berikan Ponsel mu."

Dengan cepat Hall merogoh Ponsel nya dan mengulurkan kan pada Zha.

"Pergi lah, aku tidak bisa mengantar mu." ucap Zha setelah selesai menyimpan Nomor nya di Ponsel Halilintar.

"Ya, sekali lagi terimakasih." Hall kemudian melangkah meninggalkan Zha setelah menerima ponsel nya kembali.

"Tunggu dulu.!" suara Zha membuat Hall mengerem langkah nya.

"Kau satu satu nya orang asing yang tau tempat tinggal ku. Kau mengerti maksudku.?" ucap Zha.

"Tentu saja. Aku akan pasti kan itu. Kau bisa percaya padaku.?"

"Aku akan memegang ucapan mu. Hati hati lah. Kemungkinan mereka masih mengincar mu." balas Zha.

Halilintar tersenyum sebelum akhirnya benar benar melangkah meninggalkan kediaman Zha.

*************

Menjelang malam,

Di kamar nya yang luas itu. Halilintar tak henti nya tersenyum menatap nomor yang baru saja ia dapatkan itu.

Halilintar merasa seperti sedang mendapatkan sesuatu yang begitu menyenangkan. Ah, perasaan macam apa ini.? Tertarik pada Wanita aneh itu.? Atau hanya sekedar mengagumi kehebatan nya.

Halilintar meremas rambut nya. Tangan nya mulai menekan tombol hijau di layar Ponselnya.

Kenapa aku jadi tidak sabar begini..?

Hall merasa keheranan setelah menyadari apa yang sedang ia perbuat.

"Jika tidak ada sesuatu yang penting, jangan menghubungi ku.!!" suara lantang itu malah seperti menyentuh lembut jantung nya.

"Aku.. ah, aku hanya ingin.. Kau sedang apa. Ya, apa yang sedang kau lakukan sekarang.?" Jawab Hall tidak tau apa yang ingin ia katakan setelah Zha mengangkat panggilan nya.

Kenapa suara seram nya terdengar begitu manis sih..??

Hall merasa heran.

"Pertanyaan tidak berbobot."

Tut... Tut..!!

"Kenapa mematikan nya . Aku belum selesai bicara.! Sial." Hall melempar Ponsel nya.

Halilintar menjatuhkan diri di kasur nya dengan posisi tengkurap. Menenggelamkan wajahnya di bantal.

Hati nya di liputi rasa yang tidak menentu. Bahkan dia sendiri belum bisa mengerti itu apa.? Yang jelas pertemuan nya kali ini dengan Zha membuat nya begitu gelisah.

Lain hal dengan Zha, ia senang bisa menyelamatkan Halilintar , dengan begitu ia bisa membalas kebaikan Seorang Nyonya Azkayra yang dulu pernah menolong nya. Namun terlintas di benak nya untuk sedikit memanfaat kan pemuda itu.

"Seperti nya aku memang membutuh kan mu."

Seringai tipis Zha terlihat di bibirnya.

 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel