Bab 10. Menagih Hutang.
Jari jemari lentik Zha sibuk mengulik tombol laptop nya, pandangan nya lurus menatap layar tipis itu dengan tatapan yang serius.,begitu luwesnya ia menyentuh hingga menimbulkan suara keyboard itu terdengar berisik memecah kesunyian ruangan. Saat ini Zha masih berada di Apartement milik nya, dan kali ini ia tengah mencari informasi tentang Klan mafia jangkar perak dengan mengunakan kemampuan IT nya,
Zha memang handal meretas sebuah sistem software sekalipun, bahkan ia sering melakukannya namun hanya untuk dirinya sendiri karena ia tidak mungkin bekerja pada orang lain tentang keahlian nya yang satu ini.
Bibir nya terlihat menyeringai ketika ia mendapat kan satu info mengenai nama ketua Jangkar Perak yang berasal dari Rusia itu.
Gustavo adalah ketua mafia Clan Jangkar Perak. Ia memiliki dua keturunan. Anak laki laki nya sudah tewas ketika pembantaian yang di lakukan oleh Ardogama beberapa tahun yang lalu. Dan anak kedua nya seorang perempuan yang tidak di ketahui keberadaan nya. Bahkan informasi tentang anak perempuan dari Gustavo ini seolah di hapus dari dunia.
Zha menaikan sebelah alis nya, merasa sia sia. Info yang ia dapat kan ini tidak memberi petunjuk apapun tentang keturunan Jangkar Perak. Bagaimana ia harus melakukan pencarian hanya dengan mengandalkan Sebuah Tatto. Sedang kan pada saat ini Tatto sudah menjadi trend di kalangan setiap negara bahkan di Indonesia sekali pun sudah banyak yang mengekspresikan karya seni berupa tatto.
"Brengsek." umpat nya ketika melirik ponsel nya yang terus berdering menampakkan nama Ardogama yang terpampang jelas.
"Kau mau apa lagi hah!"
"Apa kau sudah menemukan suatu petunjuk.?"
"Dengar kan aku baik baik, jangan salah kan aku jika besok satu peluru ku akan bersarang di kepalamu." ucap Zha.
"Hahaha... Gadis manis. Aku tau kau ahli dalam meretas sistem software. Mana mungkin kau akan kesulitan hanya untuk mencari info tentang keturunan Jangkar Perak.!" gelak tawa Ardogama terdengar memekakkan telinga Zha.
"Shit... Dari mana lagi kau tau tentang ku. Apa jangan jangan selama ini kau sudah memata matai ku.?"
"Tenang lah gadis manis. Jika kau mau .menemui ku sekali lagi, maka aku akan memberi mu satu info yang akan bisa membantu mu."
"Kau pikir, aku akan melakukan nya hah. Sudah Lah kalau kau hanya ingin berbicara ini padaku sungguh kau sudah membuang waktu ku saja." Zha menutup panggilan dengan sepihak.
huh, Zha berpikir siapa Ardogama sebenarnya..? Kenapa bisa mengetahui apapun di diri nya padahal tak satu pun yang bisa mengetahui nya.
Zha menyambar jaket nya lalu segera mengenakan nya, tak lupa ia menyelipkan pistol di balik jaket nya.
Lalu ia melangkah meninggalkan kamar nya menuju mobil, sesaat setelah mengirim pesan singkat pada Elang Asisten setia nya.
Supercar yang ditumpangi Zha dan Elang melaju cepat menuju sebuah gedung dan berhenti tepat di depan nya. Zha pun turun meninggalkan Elang begitu saja tanpa bicara. Seperti sudah hafal dengan sikon seperti ini, Elang pun segera melaju pergi.
Zha sendiri mulai mendekati gedung itu dan melangkah masuk.
"Cepat katakan apa yang ingin kau katakan. Atau Poison Of Death ku akan memecah pembuluh darah mu Mr.
Ardogama!" ucap Zha ketika sudah berada di hadapan orang yang di maksudnya.
"Apa kau tidak ingin sekedar menghisap cerutu ku gadis pecinta Asap. Ini sungguh nikmat sekali.!" Ardogama tersenyum melempar sebuah rokok kretek ke atas meja.
"Jangan membuang waktu ku Tua tengik.!" Zha merentang kan tangan nya.
"Oh baik lah. Setidak nya duduk lah sebentar saja." Ardogama melirik
Zha yang mundur beberapa langkah.
"Ah, baik lah berdiri saja kalau begitu. Begini.!" seperti sudah bisa menebak apa Yang akan terjadi jika gadis yang ada di depan itu sudah merentangkan tangan nya sambil mundur beberapa langkah, Ardogama terlihat getir.
"Besok lusa, ada sebuah pesta besar yang akan di adakan salah satu ketua mafia di kota Xx. Jika kau mau datang sebagai tamu , kemungkinan kau akan mendapatkan sedikit petunjuk."
Zha mendengus dan menurunkan tangan nya. Tatapan tajam nya mampu membuat Pria paruh baya di depan nya sedikit meradang.
"Jika bukan karena aku ingin membalas kematian ayah ku, Aku tidak Sudi menuruti perintah mu Tua Bangka.!!" Zha membalik kan tubuh nya dan melangkah.
"Kau begitu menyayangi ayah mu.?"
Langkah Zha terhenti, ia menoleh.
"Tidak juga, hanya saja aku melakukan ini demi mendiang ibu ku." jawab Zha lalu melangkah pergi.
Ardogama terlihat murung menatap langkah Zha yang semakin menjauh, tak lama tangan nya mengusap setitik kristal bening yang jatuh di pipi nya.
"Aisyah."
____________
Zha masih melenggang di jalanan yang sedikit sepi, masih tanpa tujuan pasti . Pikiran nya bergelut runyam memikirkan Jangkar Perak. Saat Zha melintas di depan sebuah gedung, tiba tiba ia menangkap gelagat mencurigakan dari beberapa pria berpakaian hitam yang turun dari mobil. Zha begitu mengenal sekelompok Mafia itu.
Sementara di dalam sana, Halilintar nampak masih duduk meminum kopi bersama Victor seperti baru saja menyelesaikan obrolan yang cukup serius.
Halilintar terlihat berkemas.
"Aku pulang dulu, besok kita bertemu di kantor." ucap Halilintar.
Hanya di balas dengan anggukan dan kata hati hati dari mulut sang detektif, Halilintar pun melangkah.
Derap kaki pemuda tampan Putra tunggal dari Hanzero itu terlihat sudah menginjak halaman luas gedung itu menuju parkiran.
Doorr....!!!! Satu peluru hampir saja menembus dada bidang milik Halilintar, untung ia mempunyai keahlian dalam mengelak. Dan beberapa peluru yang datang dari arah yang tidak di duga itu mampu di hindari nya dengan sempurna.
Selang beberapa detik , segerombolan pria datang dan segera menyerang Halilintar. Tidak seperti perkiraan mereka, ternyata pemuda yang mereka anggap enteng itu bisa mengatasi mereka walau harus dengan berusaha keras. Melihat banyak nya musuh yang ada Halilintar memutuskan untuk kabur , berusaha lari dari gerombolan mafia yang seperti nya menginginkan nyawa nya itu.
Aksi kejar kejaran mereka berlanjut di sebuah Mall yang tepat berada di depan Gedung tersebut. Halilintar dengan nafas turun naik berhenti sejenak dengan terus menengok memutari sekeliling nya.
"Sial, apa mau mereka.!" Halilintar berusaha mengatur nafas nya. Namun tiba tiba tubuhnya di sambar seseorang yang menarik nya kuat di balik dinding.
"Kau...!!" Halilintar terkejut ketika menyadari siapa yang menarik nya kuat hingga tubuhnya menabrak seseorang itu.
"Suutttttt...!!" Zha meletakkan jari telunjuk nya tepat di bibir nya, memberi sebuah isyarat pada Halilintar yang berontak melepaskan diri dari cengkeraman tangan Zha.
Dor... Dor ..dor..!!! beberapa peluru dari pistol yang di genggam Zha melesat melintasi telinga Halilintar dan tepat mengenai sasaran. Halilintar menoleh kebelakang dan terpaku , beberapa pria yang mengejar nya tadi dan yang sudah berkali kali berusaha menembak Halilintar itu telah terkapar tak berkutik tidak jauh di belakang nya.
"Apa kau punya dua nyawa.?" tanya Zha yang kemudian melangkah pergi begitu saja.
Segera tersadar dari rasa terkejut nya, Halilintar reflek menyambar tangan Zha.
"Te.. terimakasih. Kau sudah menyelamatkan nyawaku." ucap Hall.
"Tidak udah terlalu kaku, kau pernah menolongku juga. Kita impas." balas Zha melanjutkan langkah nya.
"Hei,.. kau." Hall tidak diam begitu saja , ia berusaha mengejar Zha.
"Siapa bilang impas. Kau masih berhutang padaku." entah mendapat keberanian dari mana , padahal saat itu Hall sudah sadar jika Wanita itu bukan lah wanita biasa, Hall tetap menahan tangan Zha.
Tentu saja Zha langsung menepis tangan itu, dan melayangkan tinju nya ke arah Hall. Hall mengelak, terjadi lah perkelahian ringan di antara mereka.
"Hei, aku hanya ingin tau nama mu." tanya Hall kini sudah mengunci tubuh Zha di dinding. Entah kenapa ia bisa begitu penasaran dengan gadis yang pernah mencuri ciuman pertama nya itu.
"Dasar tidak tau terimakasih, sudah di tolong malah kurang ajar . Lepas...!! Atau tangan mu akan segera ku patah kan." umpat Zha.
"Oh, tidak semudah itu. Kau masih berhutang pada ku."
"Apa..?? Kau pernah menolongku dan aku sudah menyelamatkan mu. Lalu apa lagi.?" bentak Zha.
jika saja kau bukan putra dari nyonya Azka, ku pastikan kau sudah tidak bisa bernafas.
Tuan muda Halilintar .
Zha berusaha menahan amarahnya ketika pemuda itu sudah merapatkan tubuhnya.
"Tenang lah Nona , aku hanya ingin mengambil sesuatu yang pernah kau curi dari ku." ucap Hall.
"Tidak ada, aku tidak pernah mengambil apapun dari mu."
"Ada..! Kau pasti lupa." Hall menatap serius.
"Hah." Zha melotot.
"Bedebah, minggir.!!" Zha mendorong kuat tubuh Hall ketika pemuda itu hendak mendekatkan wajah nya. Zha pun berlari meninggalkan Hall yang menyeringai tipis.
"Ternyata gadis mafia seperti mu bisa takut juga." Hall tersenyum.
Sejenak Hall tersadar, Gila, ia merasa sudah gila memperlakukan gadis yang sudah menolong nya begitu. Padahal ia tidak lah berniat seperti itu. Hall menekan dada nya yang bergemuruh hebat.
"Astaga,.. kenapa jantung ku berdebar sekencang ini.?" Hall pun berlari berusaha mengejar Zha yang sudah menghilang dari pandangan nya.
