Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. Mertuaku Hyper

Mendengar ucapan itu, Reno pun semakin menelan ludahnya beberapa kali. Dia paham akan ayahnya seperti apa, walau pun sudah tak lagi muda akan tetapi masih produktif dan sangat hyper. Itu adalah alasan dia tak menikah setelah istrinya meninggal dunia beberapa tahun lalu, karena Reno tahu kalau ayahnya adalah sang pem4in hebat dan hampir semua wanita takluk padanya.

Kali ini dia tak akan membiarkan Julia jatuh ke tangan ayahnya, bagaimana pun juga Reno masih sangat mencintai Julia. Namun, di sisi lain lelaki berparas tampan itu sudah beberapa kali berniat menduakan karena tak mendapatkan buah hati dari pernikahan. Semata-mata karena meluapkan masa lampau saja pada Sri, bukan untuk di jadikan seorang istri.

Gadis desa dengan paras cantik itu adalah pilihan Reno, sejak dia bertemu di salah satu restoran dan Julia adalah karyawannya. Sekarang telah menjadi istri dari bos besar, sekaligus perempuan kaya raya. Namun, sampai saat ini keluarganya selalu saja mendapatkan tekanan karena Adiwijaya selalu ikut campur dalam masalah pribadi rumah tangga anaknya.

"Reno, silakan masuk ruang rapat. Ada pembahasan penting tentang perusahaan, silakan ...." Sang ayah tanpa rasa berdosa langsung berjalan menuju ruangan.

Kedua bodyguard pun mengawal mereka untuk menuju lantai tujuh yang ada di atas. Para karyawan sudah simpang siur dan memasuki ruangan rapat kali ini. Jantung Reno tak lagi sehat, dia sudah mendapatkan tekanan dari ayahnya yang selalu membuatnya pusing. Apakagi ucapannya barusan, kalau Reno tak bisa membuat h4mil Julia maka sang ayah suka rela memberikan benihnya.

Itu adalah ucapan gila yang pernah di dengar. Apalagi, Adiwijaya adalah lelaki duda perkasa yang tak mau menikah, sampai saat ini asisten pribadinya ada sekitar 10 wanita cantik dari penjuru negeri. Setiap kali dia ingin beraktivitas, mereka suka rela memberikan apa yang di inginkan bosnya.

Selama satu tahun ini, Adiwijaya sudah memecat lima asisten cantiknya dengan alasan tidak hebat lagi bertarung di atas r4njang. Tidak untuk berhubungan, akan tetapi tak sanggup dalam melayani ucapan k4s4rnya. Untuk menuju ke lantai tujuh, mereka membutuhkan waktu tak lama. Di sepanjang jalan, kedua pria itu menjadi sorotan karena sangat tampan.

Karismatiknya pun menjadikan siapa pun akan terpesona, apalagi Adiwijaya. Di usia sudah tak lagi muda, akan tetapi wajahnya sangat awet dan tampak lebih tampan daripada Reno sendiri. Perawatan orang kaya yang bisa di bilang sultannya wilayah itu sendiri, siapa pun wanitanya akan mau menjadi asisten pribadinya.

Setelah memasuki ruang rapat, Adiwijaya berada di bangku paling depan. Dan infocus sudah terpampang di sana dan memerlihatkan pantulan dari cahaya, terlihat statistik dari perusahaan dan lengkap dengan pendapatkan perusahaan. Semua mata tertuju padanya, dan kegiatan rapat di mulai saat itu juga.

Seraya memerhatikan ponsel, Adiwijaya pun melirik ke kanan dan ke kiri. Karyawan baru yang dia rekrut belakangan ini mencuri perhatiannya, karena mereka datang dari kalangan wanita berpendidikan luar negeri, parasnya sangat mulus dan cantik. Ini adalah rapat sekaligus cuci mata untuknya, tak ada sedikit pun takut atau malu di hadapan yang lain.

Bahkan wanita yang sudah mendapatkan senyuman dari Adiwijaya akan terbius dan salah tingkah. Lalu, pembahasan pun berakhir.

"Ini adalah data statistik dari 10 perusahaan cabang Adiwijaya. Dan yang paling merosot adalah cabang yang saat ini di pegang oleh Bapak Reno. Maaf, Pak, kalau saya harus buka datanya di sini," ucap Ronald—pemimpin rapat keuangan.

Kemudian Adiwijaya pun menatap putranya, dan dia tersenyum pada wajah yang baru saja kena mental tadi.

"Gimana Reno, apakah kamu sidah melihat statistik dari perusahaanmu?" tanya sang ayah.

"Su-sudah, Pa. Maaf sebelumnya kalau saya kurang maksimal bekerja dalam beberapa bulan belakangan. Ini adalah salah paham, dan saya akan memperbaiki kinerja saya dan karyawan," jelasnya.

"Kau harus kerja keras Reno, karena ini menyangkut hidup dan m4tinya cabang dari yang kau pimpin. Kalau tidak bisa lagi memimpin, aku akan ambil alih perusahaan itu," sergah Adiwijaya.

"Bisa, Pah. Aku pasti bisa memimpin sampai semuanya baik-baik saja. Berikan aku waktu, tidak mudah untuk membuatnya kembali stabil," jawab sang anak.

"Baiklah ... kalau itu mau kamu. Aku akan tunggu beberapa bulan ini, kalau tidak ada peningkatan aku tidak akan memberikan donasi dana ke perusahaan itu. Bisa jadi, omset kami yang akan menurun," ujar sang ayah.

Tanpa menjawab, semua orang pun terdiam mendengar ucapan bos besar Adiwijaya Group. Kemudian, sang pemimpin membangkitkan badan dan meninggalkan ruang rapat kali ini. Seluruh pasang mata tertuju pada kepergiannya, dan secepat itu membawa pergi bodyguard di belakang.

Hal yang paling di takutkan benar-benar terjadi, bahwa di bandingkan dengan perusahaan cabang lainnya, Reno mengalami kemunduran dari apa yang sudah dia capai. Seluruh pemimpin dari cabang turut hadir, dan mendekat ke arah di mana Reno duduk.

"Sabar, Pak, ini adalah ujian. Aku yakin kalau perusahaan Bapak pasti akan kembali normal lagi," ujar Aldo—sahabat Reno.

"Ini adalah kemunduran yang dahsyat, Pak, aku sampai gak habis pikir kalau sampai seperti ini. Selamat buat kalian yang sudah mendapatkan target sangat luar biasa, aku harus belajar dari kalian," jawab Reno memelas.

"Pak, kau adalah pimpinan kami. Dan dulu aku adalah karyawan Bapak, aku luar biasa Pak, berjuang sejauh ini demi perusahaan. Aku gak akan pungkiri itu, kalau kepemimpinan Bapak adalah gaya paling baik dalam membuat perusahaan yang nyaman," jawab Kelvin.

"Kalau Bapak membutuhkan dana, kami siap sokong sampai perusahaan Cabang dua milik Bapak kembali stabil. Ini adalah ujian semua perusahaan, Pak," kata Aldo memberikan semangat.

"Terima kasih atas bantuan kalian, gak sia-sia aku telah menjadikan kalian pimpinan di perusahaan cabang waktu itu.

"Bapak adalah orang baik, dan kami hanyalah orang asing yang tak punya darah Adiwijaya di dalamnya. Kalau pun akhirnya Bos besar akan mengambil alih cabang dua, silakan ambil cabang yang kami pimpin, Pak, itu adalah perusahan ayah bapak sendiri."

Tanpa mampu menjawab, Reno pun terdiam dan dia mengembuskan napas panjang. Hanya karena rumah tangga, masalah pribadi pun terserang sampai ke tempat kerja. Ini adalah prustasi terbesar dari Reno, dia tak tahu akan merambat seperti ini jadinya. Apalagi sekarang banyak sekali cobaan telah dia alami, di dalam rumahnya sampai tak betah untuk pulang.

Mertuanya—ibu dari Julia selalu saja menghabiskan uang, dan tidak tanggung-tanggung jika meminta. Meskipun sudah di berikan setiap hari, masih saja kurang. Mertua yang tidak pernah menghargai kerja keras menantunya itu membuat pikiran pun bercampur aduk.

Tak berapa lama, panggilan telepon pun datang dari mertua wanita.

Kring ... kring ....

[Hallo ... ada apa, Ma?] tanya Reno.

[Nak Reno ... mama mau pergi membeli perlengkapan rumah kamu, tapi mama gak bawa uang. Bisa kamu kirim ke rekening mama sekarang, karena kamu tahu sendiri kalau di kota gak pegang uang, kan?]

[Ma, Reno lagi di perusahaan Papa, gak bawa uang. Minta Julia dulu, aku gak bisa ke luar.]

[Gimana, sih jadi menantu. Kamu harusnya membawa uang ke mana-mana. Lagian M-Banking kamu juga ada, mama gak mau tahu, kamu kirim uangnya biar mama bisa belanja.]

Bersambung ...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel