Jalan jalan
Mark langsung menarik tengkuk Selva dan memangut bibir manis itu dengan intens dan begitu dalam. Pangutannya terasa begitu menggebu dan sangat antusias penuh nafsu. Keinginan Mark benar benar besar untuk memiliki Selva saat ini.
Selva tanpa melepas pangutan Mark, menangkup wajah lebar itu, langsung naik ke atas pangkuannya, Mark menekan pinggang Selva dengan pangutan yang semakin dalam dan intens.
Keduanya benar benar kalut dan terbuai, saling menghisap dan menarik, mengulum dan mencecap, pangutan keduanya benar benar luar biasa.
Mark langsung mengangkat tubuh Selva dan membawanya ke kamar. Membaringkan tubuh ramping itu secara perlahan dan menindihnya.
Selva menarik pangutannya kala ia tersadar jika mereka di kamar.
Mark membelai pelipis Selva dan berkata, “Bagaimana jika kamu menjadi milik paman?” Tanyanya meminta izin.
Selva dengan gugup hanya bisa tenggelam ke dalam pesona seksi Mark malam ini.
“Apa itu bisa?” Mark merunduk menatap mata Selva dengan senyuman.
“Tentu bisa, selagi paman yang memutuskan,” jawabnya membuat Selva diam dan mencoba mencerna ucapan pamannya.
Selva mendongakkan wajahnya saat Mark menciumi lembut dagu hingga turun ke leher jenjangnya.
Ini kali pertama Selva merasakan kenikmatan yang bisa membawanya pergi ke awan bagai terbang.
Kecupan itu sampai pada belahan benda kenyalnya, terasa dingin dan menimbulkan gelenyar aneh di seluruh tubuh Selva saat ini.
Mark kembali beralih ke atas, menjilat bibir atas Selva lembut dengan tangan yang menyelusup masuk ke dalam kaos Selva, mengusap lembut perut rata itu dengan sensual.
Selva meremas rambut Mark dengan napas yang tersengal, ia sulit mengendalikan diri saat ini, usapan Mark sungguh meresahkan dirinya.
“Paman akhhh,” Mark mengangkat kepalanya kala mendengar suara desahan Selva yang mana baginya itu terdengar amat merdu dan seksi.
Selva dengan mata sayunya menatap Mark, bahkan dari tatapannya bisa menjelaskan jika ia sangat menginginkan Mark saat ini.
“Bagaimana jika besok jalan jalan?” Tawari Mark sembari merapikan rambut Selva.
Selva mengangguk, menarik tengkuk Mark dan memangut intens bibir seksi itu dengan penuh gairah yang menggebu.
Mark menarik pangutannya dan berkata, “Tidurlah. Sudah hampir pagi.” selva memegang bahu kekar Mark.
“Bisa temani aku tidur?” Mark diam sesaat, apa ia bisa melakukannya?
Mark hanya takut dirinya lepas kendali jika terus berdekatan dengan Selva?
Sekarangpun pikiran Mark sudah tidak karuan liarnya dan sulit ia kontrol. Bagaimana dengan tidur bersama, apa dia bisa bertahan lama?
Namun pikiran Mark sungguh tidak sinkron, ia malah mengangguk dan menjatuhkan tubuhnya ke samping Selva, merangkul tubuh ramping itu ke dalam dekapannya.
Mark berulang kali menelan salivanya saat tubuh mereka benar benar merapat tanpa celah.
Perlahan Mark menunduk, terlihat napas Selva mulai teratur, ia mulai terlelap. Mark hanya bisa menghela napas pelan kala dirinya benar benar tersiksa saat ini.
Seluruh tubuhnya terasa panas dan tegang. Sesak dan menyakitkan.
Bisakah pagi datang dengan cepat? Mark takut dirinya menggila.
—
Selva bangun dan tidak menemukan Mark di sampingnya. Kemana pamannya itu pergi? Apa ayah ibunya sudah pulang?
Selva langsung beranjak dari ranjang untuk membersihkan diri sebelum keluar dari kamar.
Begitu ia keluar, terlihat Mark sudah menyajikan banyak makanan di atas meja makan.
Kapan pamannya itu bangun hingga sudah ada banyak makanan di atas meja?
“Ayo sarapan,” ajak mark melepas apronnya dan langsung duduk dengan penuh antusias.
Selva menarik kursi, berhadapan dengan Mark, mengedarkan pandangannya menatap banyak makanan di atas meja.
“Kapan paman bangun dan memasak semua ini?” Mark hanya tersenyum dan memberikan piring kosong pada Selva.
“Cobalah,” kata Mark membuat Selva mengangguk dan langsung dengan antusias mengambil makanannya untuk ia santap.
Tidak bisa dipungkiri jika masakan Mark sungguh lezat.
Mark tersenyum kala melihat betapa lahapanya Selva dalam makan masakannya.
Sebenarnya Mark sulit untuk tidur, ia hampir tidak tidur karena pelukan Selva yang tak lepas darinya.
Alhasil Mark memilih untuk memasak atau dirinya akan menggila.
Selesai sarapan, Mark tengah menunggu Selva berganti baju. Mereka akan jalan jalan hari ini. Lebih tepatnya Selva yang ingin mengajak Mark untuk berkeliling di Sisilia.
“Ayo paman,” Mark menoleh, alangkah terkejutnya Mark kala melihat betapa cantiknya Selva dengan dress creamnya yang menampilkan bagian atas dadanya.
Rambutnya digulung dengan rapi menyisakan sisi sampingnya yang menjuntai ke depan.
Mark menelan salivanya, leher jenjang Selva sungguh akan membuat pria manapun membayangkan hal yang sama dengan mark saat ini.
Pria gila mana yang tidak tergiur dengan lekuk tubuh dan paras Selva yang sempurna. Itu hal yang normal dan Mark adalah pria normal itu.
Mark beranjak dari sofa dan berkata, “Bagus diurai, lebih cocok untukmu.” Selva sedikit membuka matanya dan tersenyum, langsung melepas gulungan rambutnya dan mengurai rambut panjang hitamnya.
Mark tersenyum, merasa tenang dan aman kala tubuh Selva tak begitu terekspos saat keluar. Keduanya langsung pergi keluar untuk jalan jalan selagi Arden dan Sona belum pulang.
—
Pukul 4 sore mereka berakhir di pantai. Selva terlihat begitu girang dan bahagia sekali, senyumannya begitu lepas sekali.
Mark semakin terpana dengan kecantikan Selva dengan dress panjang dan rambutnya yang diurai, berlarian di bibir pantai karena kejaran ombak, bermain air dengan girang dan tertawa begitu lepas.
Mark tersenyum, diam diam memotret Selva hingga ponselnya dipenuhi dengan pesona Selva yang menyatu sempurna dengan pemandangan pantai yang indah.
Selva berlari ke arah Mark.
Brugh
Mark terkejut kala Selva berhambur ke pelukannya, “Hari ini aku sangat senang sekali. Bagaimana dengan paman?” Mark tersenyum merengkuh pinggang ramping itu dan mengecup singkat bibir manis Selva.
“Sangat bahagia dan lebih menyenangkan karena ada kamu,” jawab Mark membuat Selva tersenyum dan langsung memeluk leher Mark dengan girang.
Mark benar benar tak bisa mendefinisikan akan rasa bahagianya saat ini. Ia belum pernah merasakan jatuh cinta sebahagia ini. Dan ia tak pernah selupa ini dengan sekitarnya saat bersama dengan Selva. Mark benar benar sangat tenang dan merasa jika dunianya sungguh berwarna ketika Selva berada di hidupnya.
Selva menguraikan pelukannya dan berkata, “Kita pulang sekarang?” Tanya Selva kala melihat sekitar sudah benar benar sepi tanpa siapapun, hanya menyisakan dirinya, terlebih matahari sebentar lagi akan terbenam.
Mark merengkuh pinggang ramping itu untuk lebih dekat dengan dirinya dan berkata, “Paman ingin lebih lama lagi di sini bersamamu.” Selva menatap Mark dan tersenyum, mengangguk patuh dengan keinginan Mark.
Keduanya lalu duduk di atas pasir, menikmati sunset yang benar benar begitu indah saat ini dengan obrolan ringan yang mengundang gelak tawa keduanya.
Selva menoleh menatap Mark dari samping, “Kenapa aku merasa lebih egois saat ini?” Mark menoleh dengan tatapan bingung.
“Aku ingin memiliki paman seorang diri!” Mark terkesiap dengan pernyataan Selva barusan. Itu lebih seperti ke pernyataan cinta bukan?
