Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Sentuhan Paman

Mark langsung menyelusupkan tangannya ke belakang kepala Selva dan memangut intens bibir pink tipis itu dengan dalam penuh gairah dan nafsu yang mendalam.

Perlahan Mark menggiring Selva untuk terbaring di atas pasir, tanpa melepas pangutan mereka. Semilir angin yang menyejukkan menjadi alunan tersendiri di antara cecapan bibir mereka.

Selva benar benar terbuai dengan bibir seksi Mark, itu sungguh mendebarkan jantungnya saat ini.

Tangan kekar itu merambah turun mengusap paha polos Selva, naik ke atas memijit perlahan paha dalam Selva dengan lembut hingga membuat sang empu membusungkan dadanya dengan mulut terbuka.

“Akhh paman,” desah Selva tertahan dengan rasa malu rona merah di pipinya terlihat begitu indah saat ini.

Mark mencium lembut pipi Selva dan berkata, “Pipimu sangat merah sayang. Jangan tahan suaramu, itu terdengar seksi dan merdu.” Selva menelan salivanya dengan gugup.

“Jangan di sini, bagaimana jika ada orang lain?” Tanya Selva dengan takut karena mereka benar benar di pinggir pantai.

Mark melihat sekitar yang benar benar sudah sepi tanpa pengunjung, “Tidak ada siapapun di sini, kamu bisa bersuara dan mendesah dengan bebas sayang.” Selva melengos dengan malu membuat Mark tersenyum dan menciumi lembut pipi Selva hingga turun ke leher.

Selva membuka mulutnya dengan dada yang sedikit terangkat kala merasakan pijatan lembut di paha dalamnya.

Mark terus mencumbui dengan lembut leher jenjang Selva dengan tangan di bawah sana yang aktif bergerilya memberikan rangsangan pada Selva.

“Akhhh paman,” desah Selva terkejut saat tangan kekar itu mengusap lembut permukaan intinya.

Mark mengangkat kepalanya, mengamati lekat wajah cantik itu untuk melihat ekspresi Selva kala terangsang.

“Akhhh paman enghhh geli akhhh paman hentikan akhhh,” desah Selva menggelinjang tak karuan dengan tangan yang mencengkeram kuat bahu kekar Mark kala tangan itu mengusap dengan cepat intinya dari luar kain segitiganya.

Mark menjilat bibir atas Selva, menjulurkan lidahnya, menghisap kuat bibir atas Selva dan mencecapnya dengan lembut.

Perlahan tangan kekar itu menyelusup masuk ke dalam kain segitiga Selva hingga menyentuh inti permukaan Selva yang sudah basah.

“Kamu basah sayang,” bisik Mark seraya menjilati daun telinga Selva dengan sesekali mengulum dan menghisapnya.

Selva meremas rambut Mark, mengusap leher pamannya itu dengan kuat, Mark melumat lembut bibir Selva guna untuk mengalihkan rangsangan yang ia buat di bawah sana.

“Akhhh paman geli enghhh hmppp paman,” desah Selva saat dua jari itu mengobrak abrik miliknya di bawah sana.

Mark melakukannya dengan lembut dan perlahan, memberikan rangsangan yang hebat dan nikmat dengan cara yang halus.

Mark begitu menikmati akan ekspresi Selva, itu membuatnya sangat terangsang dan sulit mengendalikan diri saat ini.

Selva benar benar seksi saat ini, bagaimana jika ia tanpa busana? Ahhh pikiran liar Mark sungguh keterlaluan.

“Paman aku ingin kencing akhhh hentikan paman,” Mark tersenyum manis kala mendengar rengekan selva yang terdengar lucu baginya.

Mark sedikit mempercepat temponya membuat Selva semakin melenguh panjang dan cengkraman tangannya di bahu mark semakin kuat.

Selva mengatur napasnya kala mark mencabut jemarinya.

Mark menjilati jemarinya yang dibalut cairan putih itu di depan Selva. Selva menelan salivanya, merasa malu dengan Mark saat ini.

Mark langsung melumat lembut bibir pink Selva dengan begitu intens dan dalam.

“Ayo pulang, sudah malam,” ajak Mark membuat Selva mengangguk dan bangun.

Mark melepas jaketnya dan menyampirkannya pada Selva. Tanpa mengatakan apapun, Mark langsung mengangkat tubuh ramping itu menuju mobilnya. Selva hanya memeluk leher Mark menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pamannya untuk menahan rasa saltingnya saat ini.

Mark yang mengetahui itu hanya tersenyum dan mencium sekilas pundak polos Selva.

Di Palermo

Kini Dezo sedang menghadapi sidang. Tidak, bukan sidang seperti yang kalian bayangkan. Ini sidang yang menyangkut nyawanya secara langsung.

Salah bicara nyawa Dezo yang melayang.

“Kamu hanya akan diam?” Tanya Yeda kala Dezo tak mengatakan apapun tentang keberadaan Mark.

“Lalu aku harus bicara apa bi? Aku sungguh tidak tahu di mana Mark,” jawab Dezo yang mana ia sudah seperti putra kandung Dolton dan Yeda karena kedekatan mereka yang sudah lama.

Dolton dan Yeda membuang napasnya dengan gusar.

“Kemana bandit gila itu? Aku sungguh tidak bisa tidur dengan nyenyak melihat tingkahnya, aku sudah malu dengan Clesi, kasihan Clesiku yang malang,” gumma Yeda yang merasa malu dengan Clesi atas perjodohan kemarin hari yang mana mark meninggalkan acara begitu saja tanpa kejelasan.

Dezo sudah menyumpah serapahi Mark dalam hatinya, ia benar benar akan membunuh Mark begitu ia menemukannya.

Tidak mungkin ia pergi ke kak Arden kan? Jika ia benar ke sana, ia pasti sudah bertemu dengan calon istriku, bagaimana jika wanita yang ia maksud adalah Selva? Tidak, bajingan gila ini harus dihentikan atau aku yang jadi tumbalnya, batin Dezo dalam hati.

“Yaaaa, apa yang kamu pikirkan? Jangan sampai aku tahu kamu membantu bandit itu melarikan diri dari perjodohan ini,” kata Yeda dengan galak membuat Dezo langsung menyunggingkan senyuman manisnya.

“Mana mungkin aku melakukan itu bi, aku sudah muak melihat bujangan lapuk itu, jika bisa aku ingin sekali menyeretnya ke gereja dan menikahkan dia dengan Clesi, jika perlu aku sendiri yang akan menjadi pendeta untuk menikahkan mereka berdua,” kata Dezo menyakinkan yang mana ia sudah geram dengan tingkah mark saat ini.

Dolton membuang napasnya dan bergumam, “Apapun yang terjadi, Mark harus menikah dengan Clesi. Feros memang tidak memiliki koneksi besar atau jaringan yang luas, tapi kita bisa memanfaatkan perusahaannya untuk mendaftar di laga tender di Fusia, dia pasti akan dengan senang hati melakukannya selagi itu menguntungkan perusahaannya. Jadi, ayo percepat pernikahan Mark dengan Clesi, jika perlu segera lakukan pesta pernikahan yang besar dan mengundang beberapa supervisor juga nantinya untuk menjalin banyak kelompok besar.” Yeda hanya mengangguk dan berusaha untuk memikirkan cara bagaimana cara menikahkan Mark dengan Clesi secepatnya.

Dezo yang mendengarkan obrolan itu sebenarnya tak tega hati juga dengan nasib Mark yang hanya dijadikan sebagai alat orang tuanya.

Namun usia Mark juga sudah tidak lagi muda, ia sudah 30 tahun, kapan dia akan menikah.

Sepertinya Clesi tidak buruk, dan masuk kriteria Mark, tapi entah bajingan itu mencari apa hingga sekarang tak kunjung menikah juga.

Dolton dan Yeda langsung beranjak dari sofa.

Sebelum pergi yeda berpesan, “Cari Mark dan segera bawa dia pulang untuk menikah dengan Clesi, jika tidak, kamu yang harus menggantikan pernikahan ini.” Dezo membuka mulutnya tak percaya kala ia mendapatkan ancaman tersebut.

Keduanya langsung pergi yang mana tandanya sidang sudah berakhir.

Dezo menunjuk dirinya sendiri dan bergumam, “Aku? menggantikan Mark untuk menikah? Astaga, yang benar saja. Sebenarnya anak mereka siapa, aku atau bajingan itu?” Dumel Dezo yang beranjak dari sofa lalu meninggalkan mansion Dolton.

Begitu sampai di teras, ponselnya berdering, terlintas ada nama Bajingan Kaya, yang mana itu adalah Mark.

Dezo langsung menerima teleponnya dan memakinya dengan leluasa, “Yaaa brengsek, di mana kau? Cepat pulang sebelum aku membunuhmu.”

Mark hanya tertawa dengan ringan lalu berkata, “Aku punya tugas untukmu.” Dezo berdecih dengan kesal dan menendang ban mobil Mark yang ada di depannya.

“Aku tidak sudi,” ketus Dezo dengan kesal.

Mark berdecak dengan kesal dan berkata, “Lalu kemasi semua barangmu dan pergi dari mansionku.” Dezo memejamkan matanya lalu tersenyum lebar.

“Baik, baginda ingin aku melakukan apa?” Tanya Dezo dengan lemah lembut meredakan emosinya yang hampir meledak karena tingkah Mark.

Mark tampak tertawa puas di seberang telepon yang mana itu hanya membuat Dezo semakin geram dan kesal.

“Belikan aku cincin, aku akan mengirimkan ukurannya, aku ingin cincinnya di desain khusus dengan ukiran nama Selva di dalamnya, nanti kirimkan beberapa desainnya,” perintah Mark yang mana itu membuat Dezo tertegun beberapa saat.

“APA? CINCIN? UNTUK SELVA?” Pekik Dezo dengan keras yang mana itu membuat mark mengumpat dengan kesal karena teriakan Dezo.

Dezo langsung melihat sekitarnya, bergegas masuk ke dalam mobil.

“Yaaa, bajingan. Kau sedang mencuri start? Selva milikku, bagaimana bisa kau dengan berani mendekatinya? Kau lupa statusmu? Kau pamannya, hanya aku yang pantas dan tepat bersanding di dekatnya,” kata Dezo seolah ia bersungguh sungguh untuk mendapatkan Selva padahal itu hanya gimmicknya dalam menggoda Mark.

Mark tampak kesal dan berkata, “andai kau dekat aku sudah mematahkan tangan dan kakimu, merobek bibirmu dan mencokel bola matamu.” Dezo langsung menelan salivanya, menggaruk kelopak matanya dan mengusap tengkuk belakangnya.

Ucapan Mark sungguh membuatnya sangat merinding saat ini. Itu terdengar menakutkan.

“Sudah lakukan apa yang kuminta,” telepon itu berakhir begitu saja tanpa menunggu jawaban Dezo.

Dezo membuang napasnya, dengan mulut terbuka ia benar benar masih syok dengan tingkah Mark yang gila.

“Dia benar benar akan menikahi Selva? Keponakannya sendiri? Jika paman Dolton tahu, bukankah dia akan dikremasi dengan cepat? Ahhh kenapa aku tidak sabar untuk menyebar abu tubuhnya di laut,” dumel Dezo yang tak habis pikir dengan pikiran Mark saat ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel