Bab 3 || Pingsan
Keesokan harinya.
Leta berteriak saat melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Yang itu artinya, cewek itu sudah bisa di pastikan bahwa ia sudah telah untuk pergi ke sekolah.
"Kak Yuki gimana sih kok nggak bangunin gue, orang biasanya juga bangunin gue!" kesal Leta sambil keluar dari kamar dan berjalan ke kamar Yuki yang terletak tak jauh dari kamarnya.
Dengan penuh kekuatan, cewek itu langsung menggedor-gedor pintu kamar Yuki. Yang membuat Yuki yang masih tertidur di kamarnya itu pun terbangun karena terganggu dengan suara gedoran pintu serta suara Leta yang terus memanggil-manggil namanya.
"Apaan sih!" tanya Yuki saat cewek utu sudah membuka pintu dan mendapati Leta yang masih saja marah-marah.
"Apaan sih apaan sih! Lo yang apaan! Lo gimana sih Kak, bisa-bisanya lo nggak bangunin gue, lo nggak liat sekarang udah jam berapa?" omel Leta panjang lebar.
Yuki menggaruk-garuk kepalanya, lalu menoleh kearah belakang dan melihat jam, "Yaampun! Gue lupa Ta! Hari ini gue nggak ada kelas," ujar Yuki panik.
Leta berdecak sebal lalu berjalan kembali ke kamarnya dengan langkah yang tergesa-gesa. Setelah sampai di dalam kamar, cewek itu menutup pintu kamarnya dengan kencang yang membuat Yuki terjingkat kaget.
"Kok bisa sih gue lupa ngasih tau Leta kalo hari iki gue nggak ada kelas," gumam Yuki.
Saat sedang ditinggal oleh kedua orang tuanya seperti ini, Yuki lah yang biasanya membangunkan Leta. Karena percumah saja Leta memasang alarm untuk membangunkan cewek itu, karena ujung-ujungnya Leta akan kembali tidur saat mematikan alarm itu.
Setelah di kamar selama kurang lebih setegah jam, cewek itu sudah siap dengan seragam sekolahnya. Leta mengambil handphone miliknya yang terletak di atas meja nakas. Betapa terkejutnya Leta saat melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dari Nindi.
"Lo mau kemana?" tanya Yuki saat Leta baru saja keluar dari kamarnya.
"Nguli! Udah tau gue make seragam gini, ya mau sekolah lah!" jawab Leta ngegas.
"Udah telat, ngapain sekolah mending bolos sekalian!" ujar Yuki.
"Nggak bisa! Hari ini gue ada pengambilan nilai olahraga, buruan Kak anterin gue!!" setelah mengatakan itu Leta langsung berlari turun ke lantai satu.
Begitu juga dengan Yuki yang ikut berlari, ia sebenarnya malas mengantar Leta ke sekolah, toh cewek itu sudah bisa di pastikan tidak di perbolehkan masuk ke kelasnya. Namun disisi lain, Yuki takut jika Leta mengadukannya pada kedua orang tua mereka. Bisa-bisa uang bulanan Yuki di potong lagi, karena jatah uang bulan ini sudah di potong 35% gara-gara Yuki ketahuan pergi clubbing bersama teman-temannya.
===
Leta turun ke dari mobil dan berlari ke gerbang sekolahnya yang sudah tertutup rapat. Namun untungnya yang menjaga hari ini adalah anggota OSIS, dan salah satunya adalah Nando yang tak lain dan tidak bukan merupakan ketua OSIS di sekolahnya, serta tetangga Leta.
"Nando! Bukain gerbangnya please," ujar Leta memanggil Nando yang sedang duduk di dekat gerbang sekolah.
Mendengar itu, Nandi langsung menoleh kearah belakang dan melihat Leta yang berdiri tepat di belakang gerbang sambil memegangi gerbang tersebut.
Nando bangkit dari duduknya lalu berjalan kearah Leta, "Udah jam berapa sekarang? Lo udah telat banget Ta," kata Nando sambil melihat jam tangan miliknya.
"Ck! Gue hari ini ada pengambilan nilai olahraga jam ke empat, lo boleh deh hukum gue sesuka jidat lo, yang penting gue bisa ikut pengambilan nilai olahraga ini!" mohon Leta dengan sungguh-sungguh, bahkan cewek itu sampai menangkupkan kedua telapak tangannya.
Nando terdiam beberapa saat, ingin sekali cowok itu menyuruh Leta pulang saja, karena cewek itu sudah melewatkan jam pelajaran pertama bahkan bel jam pelajaran kedua juga sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Namun saat melihat wajah melas Leta dan mata cewek itu yang sudah memerah seperti ingin menangis, membuat cowok itu tidak tega jika harus menyuruh Leta pulang.
Nando menghembuskan nafasnya pelan sambil menutup matanya, "Oke, gue ijinin lo masuk," kata Nando pada akhirnya setelah kembali membuka matanya.
Mendengar itu tentu saja Leta langsung tersenyum senang, "Lari keliling lapangan basket 8 kali," ujar Nando setelah cowok itu membukakan gerbang untuk Leta.
Leta yang mendengar itu pun langsung terbelalak kaget, "Hah! Yang berbener aja gila! Masa 8 kali?" protes Leta tak terima.
"Mau ikut pengambilan nilai olahraga, apa pulang?" tanya Nando memberi pilihan pada Leta.
"Menurut lo itu pilihan buat gue?" tanya Leta pada Nando.
Sementara cowok itu hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban.
Leta yang tidak punya pilihan akhinya menerima hukuman tersebut, dan berlari menuju ke lapangan basket setelah Nando mengatakan jika sudah selesai cewek itu harus kembali lapor ke Nando dan mengambil surat izin untuk masuk ke dalam kelas.
"Mana panas banget lagi," keluh Leta sambil melihat langit yang begitu cerah pagi hari ini.
Leta meletakkan tas ransel miliknya di salah satu kursi tribun, setelah itu Leta mulai berlari untuk mengelilingi lapangan basket tersebut, sesekali cewek itu mengusap kasar keringat yang mengalir di pelipis nya.
"Gila panas banget anjir!" monolog Leta sambil mengikat rambutnya dengan asal-asalan.
Baru saja Leta berlari sebanyak tiga putaran, cewek itu sudah merasakan lelah, bahkan sekarang cewek itu juga merasa pusing. Leta menyadari bahwa hal itu terjadi karena cuaca yang panas, ditambah lagi Leta pagi ini tidak sempat sarapan.
"Lo pasti bisa, bentar lagi kelar!!" kata Leta menyemangati dirinya sendiri.
Cewek itu terus berlari mengelilingi lapangan sambil menahan pusing yang semakin lama semakin menjadi-jadi.
Sementara itu dari kejauhan, Kavin, Leo dan Arun terlihat sedang berjalan ke lapangan basket untuk berlatih basket, sementara itu Riko tak ikut karena cowok itu hari ini tidak sekolah. Sedangkan teman-temannya yang lain tentu saja masih mengikuti pelajaran. Hanya mereka bertiga saja karena kebetulan mereka bertiga satu kelas, dan kelas mereka sedang jam kosong.
"Tumben dihukum," kata Leo saat melihat Leta sedang berlari di tepi lapangan basket.
Kavin yang masih tertinggal di belakang pun mempercepat langkahnya untuk melihat siapa yang sedang di hukum.
"Leta?" gumam Kavin saat melihat Leta.
"Woi Ta! Lo dihukum?" teriak Arun yang masih berdiri di pintu gerbang lapangan basket.
Leta yang mendengar itupun langsung menoleh kearah sumber suara, dan melihat Kavin dan kedua sahabatnya sedang mengawasi dirinya.
Leta tak memiliki tenaga untuk menjawab pertanyaan Arun tadi hanya diam lalu kembali melanjutkan larinya. Namun baru saja cewek itu lari beberapa langkah. Kepala Leta semakin pusing, dan cewek itu memutuskan untuk berhenti.
"Kenapa tuh?" tanya Leo saat melihat Leta yang terus memegangi kepalanya.
Khawatir terjadi apa-apa dengan Leta, mereka pun berlari mendekati Leta, namun belum sempat mereka sampai di depan Leta. Hal tak terduga lebih dulu terjadi.
"Leta!!" teriak Kavin saat tubuh Leta ambruk ke lantai lapangan basket.
Tak hanya Kavin yang terkejut, Arun dan Leo juga tak kalah terkejut saat melihat kejadian tersebut.
"Ta, bangun Ta!!" kata Kavin sambil mendudukkan tubuh Leta.
"Percumah lo bangunin, dia nggak bakalan bangun! Buruan angkat, bawa ke UKS anjir!" kata Leo dan bersiap siap untuk mengangkat tubuh Leta namun Kavin lebih dulu mengangkat tubuh Leta dan langsung membawanya ke UKS.
Begitu juga dengan Arun yang mengikuti Kavin dai belakang sedangkan Leo berlari ke kelas Leta untuk memberitahu Nindi jika sahabat cewek itu saat ini sedang pingsan.
"Woi Nin! Leta pingsan!" kata Leo dari ambang pintu.
Mendengar itu, semua murid kelas 11 IPS 2 langsung melihat kearah Leo, begitu juga dengan Pak Ardi yang sedang mengajar di kelas tersebut.
"Leta? Kenapa dia?" tanya Pak Ardi sambil berjalan mendekat kearah Leo.
"Kayaknya sih di hukum lari keliling lapangan Pak, kemungkinan Leta kecapekan makanya dia jadi pingsan," jelas Leo pada guru muda yang ada di depannya itu.
Nindi bangkit dari duduknya lalu berjalan kearah depan kelas, "Pak, saya boleh ijin nggak? Bentar aja kok paling sepuluh menit nanti saya balik kesini lagi," ujar Nindi meminta izin pada Pak Ardi agar cewek itu dapat menemani Leta di UKS.
"Yasudah, kalau begitu. Kamu boleh ke UKS, dan buat yang lain tetap di kelas!" ujar Pak Ardi, yang membuat seluruh siswa siswi kelas IPS 2 kecewa.
"Pak, Leta kan juga temen kita," protes Anggit.
"Sudah-sudah! Istirahat nanti kalian bisa jengukin Leta! Untuk sekarang, biar Nindi saja yang menemani Lata di UKS," kata Pak Ardi.
Setelah itu, Nindi dan Leo langsung berjalan menuju ke UKS dengan tergesa-gesa gesa. Nindi benar-benar khawatir dengan sahabatnya itu, ia yakin sekali jika Leta pagi ini tidak sarapan sebelum berangkat sekolah.
Sementara itu, Leta sudah di baringkan di UKS, dan kata petugas yang berjaga Leta penyebab Leta pingsan adalah karena tekanan darah Leta yang menurun.
Kavin berdiri di dekat ranjang pasien sambil terus memandangi wajah Leta yang terlihat pucat. Melihat kondisi Leta tersebut, terbesit rasa khawatir di dalam hati Kavin. Namun siapnya Kavin sendiri tak tahu harus berbuat apa.
Dan yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menunggu Leta hingga cewek itu tersadari dari pingsannya.
"Leta mana?" tanya Nindi pada Arun.
"Di sana," jawab Arun sambil menunjuk bilik yang hanya dibatasi oleh gorden.
Setelah itu, Nindi langsung berjalan ke bilik tersebut dan melihat Kavin juga sedang ada di sana sambil terus memandangi Leta.
"Eh? Nin, temenin gih, gue beli makanan dulu buat temen lo," ujar Kavin setelah menyadari kedatangan Nindi.
Nindi mengangguk pelan sebagai jawaban, "Oh ya kak, ini duitnya," ujar Nindi sambil mengeluarkan selembar uang limapuluh ribu.
"Simpen aja duitnya," kata Kavin dan langsung melenggang pergi dari sana..
"Mau kemana lo?" tanya Leo dan Arun secara bersamaan.
"Kantin," jawab Kavin singkat.
Mendengar itu, Leo dan Arun tentu saja ikut pergi ke kantin. Dan akhirnya mereka bertiga pergi ke kantin, Kavin sendiri niatnya hanya untuk membelikan Leta makanan, dan kembali lagi ke UKS. Sementara dia sahabatnya itu tentu saja tidak akan kembali lagi ke UKS.
Sementara itu, masih setia menunggu Leta yang masih terbaring diatas ranjang pasien.
"Ta, bangun dong jangan tidur terus! Lo nggak pernah pingsan sebelumnya, sekalinya pingsan masa lama banget gini sih," kata Nindi sambil membuka tutup minyak kayu putih dan di dekatkan di hidung Leta agar cewek itu bisa cepat sadar, karena setau Nindi orang pingsan biasa diberi minyak kayu putih seperti itu.
Dan benar sesuai dugaan Nindi, sekitar tiga menit kemudian, perlahan Leta mulai membuka matanya yang membuat Nindi bernafas lega.
"Nin, gue pingsan ya?" tanya Leta sambil menatap kearah Nindi.
Mendengar itu Nindi langsung mengangguk pelan, "Hmm, kata Kak Rita yang jaga tadi lo pingsan gara-gara tekanan darah lo menurun," jelas Nindi pada sahabatnya.
Leta memegangi kepalanya yang masih terasa pusing, "Masih pusing ya? Di buat tiduran dulu aja," kata Nindi lalu bangkit dari duduknya.
"Mau kemana lo?" tanya Leta.
"Kedepan, bentar doang kok," pamit Nindi lalu berjalan keluar dari UKS dan menghubungi Kavin yang sepertinya masih berada di kantin.
Nindi memberitahu Kavin bahwa Leta sudah siuman agar cowok itu bisa cepat-cepat kembali ke UKS agar sahabatnya itu bisa segera makan, dan ternyata Kavin memberi tahu Nindi cowok itu sudah keluar dari kantin dan sedang dalam perjalanan menuju ke UKS.
Setelah itu, Nindi pun kembali masuk kedalam UKS untuk menemani sahabatnya.
"Nin? Yang bawa gue ke sini siapa?" tanya Leta penasaran, seingat Leta sebelum dirinya pingsan. Ia melihat Kavin, Arun dan Leo berada di lapangan basket.
Mungkin saja salah satu dari mereka yang membawa Leta ke UKS, namun Leta tak tau siapa yang membawanya.
"Ohh itu, Kak Kavin yang bawa lo kesini," balas Nindi sambil duduk di ranjang pasien.
Mendengar hal itu tentu saja Leta terkejut, namun cewek itu berusaha agar terlihat biasa saja di depan sahabatnya.
"Ohh," gumam Leta yang masih bisa didengar oleh Nindi.
Leta menoleh kearah samping saat mendengar suara langsung kaki berjalan mendekat kearah mereka. Karena terhalang oleh tirai, alhasil cewek itu tidak bisa melihat siapa orang tersebut.
Tak lama tirai di buka oleh seseorang, dan ternyata orang itu adalah Kavin yang datang sambil membawa makanan dan sebotol air mineral.
"Gimana keadaan lo?" ujar Kavin sambil meletakkan makanan yang tadi ia bawa diatas bedside cabinet.
"Masih pusing dikit," jawab Leta santai.
Kavin manggut-manggut lalu menempelkan telapak tangannya tepat di jidat Leta, yang ternyata masih panas.
Nandi yang melihat itupun berusaha mati-matian agar tak tersenyum di hadapan Leta.
"Makan gih, abis tu minum obat. Lo boleh keluar dari UKS kalo infus lo udah habis," kata Kavin setelah menarik tangannya kembali dan membuka tutup tempat bento yang tadi ia beli.
Sebenarnya Kavin ke kantin hanya membeli air mineral, karena makanan yang ia beli tadi Kavin memesannya lewat Gofood.
"Mau makan sendiri, apa gue suapin?" ujar Kavin sambil menatap ke arah Leta, bahkan cowok itu sempat-sempatnya mengangkat sebelah alisnya untuk menggoda Leta.
Melihat itu Leta hanya bisa berdecak sebalsebal, "Gue bisa sendiri," jawab Leta.
"Kak Arun sama Kak Leo mana?" tanya Nindi yang sedari tadi hanya diam.
"Masih ngedeprok di kantin anaknya," kata Kavin.
Saat Nindi akan menjawab ucapan Kavin barusan, suara dering telepon dari handphone Nindi membuat cewek itu mengurungkan niatnya.
Tak lama Nindi menjawab telepon tersebut, yang ternyata adalah Amay yang mengatakan jika Nindi harus kembali lagi ke kelas.
"Ta, sorry banget gue harus balik lagi ke kelas. Lo gapapa kan gue tinggal disini?" ujar Nindi sambil memasukkan handphone miliknya kedalam saku.
Leta mengangguk pelan, "Iya gapapa kok, udah sono balik lagi ke kelas, ntar gue pinjem catetan lo,"
"Oke deh, Kak gue titip Leta ya!" ujar Nindi lalu berlari keluar UKS.
Leta menoleh kearah Kavin, "Lo juga balik ke kelas gih! Gue bisa sendiri," usir Leta pada Kavin.
"Hari ini gue jamkos," jawab Kavin santai.
"Lagian Nindi udah nitipin lo ke gue," imbuh cowok itu lalu menyodorkan sekotak bento kearah Leta.
Leta hanya diam lalu mulai memakan makanannya, "Thanks," ujar Leta setelah menelan makannya.
"Buat?" tanya Kavin sambil duduk di kursi yang ada di sana.
"Kata Nindi lo yang bawa gue kesini," jawab Leta santai.
"Lo juga udah beliin gue makanan, padahal harusnya hari ini gue nraktir lo makan," sambung Leta sambil menoleh kearah Kavin yang juga sedang menatapnya.
Mendengar itu Kavin langsung tertawa, "Kalo gitu lo harus traktir gue dua kali,"
Leta langsung berdecak sebal namun akhirnya cewek itu mengiyakan permintaan Kavin barusan.
