Bab 2 || Afan vs Kavin
KRINGGGG.
Bell istirahat berbunyi yang menandakan jika waktu pembelajaran sudah habis. Bu Nika yang mengajar di kelas tersebut pun mengakhiri pembelajaran pagi itu, lalu setelah Bu Nika keluar kelas barulah siswa-siswi kelas 11 IPS 2 keluar dari kelas mereka.
"Buset! Siapa sih ini dorong-dorong, lo pikir gue gerobak apa?" kesal Sindi saat tubuh cewek itu didorong oleh seseorang dari belakang.
"Sorry sorry," kata Pandu lalu berlari begitu saja.
"Awas aja ya lo!" ujar Sindi meneriaki teman sekelasnya itu.
"Woi Yudis! Warung Mang Agung kagak nih?" tanya Yudis pada Kelvin yang sedang mengikat dasi miliknya.
"Gas lah," jawab Yudis sambil menoleh kearah Kelvin.
Suasana kelas tersebut benar-benar ramai, ada yang keluar untuk pergi ke kantin atau sekedar nongkrong di taman. Ada juga yang tetap duduk di dalam kelas sambil bergibah ria dengan temannya dan ada juga yang memilih untuk tidur seperti Hema.
Sementara itu, Leta dan Nindi memilih untuk pergi ke kafetaria yang berada di dekat taman sekolah.
"Mau pesen apa biar gue yang ngantri, lo cari tempat duduknya," ujar Leta sebelum masuk kedalam kafetaria.
"Samain aja deh sama lo," jawab Nindi.
Mereka berdua pun masuk kedalam kafetaria, dimana Leta langsung mengantri makanan sementara Nindi mencari tempat duduk.
Kavin yang sedang duduk di sebelah Riko langsung menyenggol lengan sahabatnya itu saat ia melihat Nindi sedang kebingungan mencari tempat duduk.
"Cewek lo noh," kata Kavin sambil menunjuk kearah Nindi menggunakan gerakan kepala.
Riko menatap kearah tunjuk Kavin barusan lalu melambaikan tangannya kearah Nindi. Untung saja cewek itu melihat Riko dan langsung berjalan kearahnya.
"Temen lo mana?" tanya Kavin setelah duduk di depan Riko.
"Ada tuh, lagi ngantri makanan. Gue bagian nyari tempat duduk," jawab Nindi sambil menoleh kearah Kavin.
"Kenapa nanya?" sambung Nindi sambil tersenyum penuh arti.
Kavin hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban yang membuat Nindi berdecak sebal.
"Kok udah nyampe sini aja sih, katanya mau ke kantin?" tanya Nindi ada Riko dengan tangan yang bergerak untuk mencomot kentang goreng milik pacarnya itu.
"Tadinya niat mau ke kantin, tapi nih monyet ngajakin kesini," jawab Riko sambil menunjuk muka Kavin.
Melihat itu Kavin langsung menyingkirkan tangan Riko dari depan mukanya, "Seganteng ini lo samain gue sama monyet?" tanya Kavin sambil menunjuk wajahnya.
"Dih pede," jawab Nindi sambil memutar bola matanya malas.
Sementara itu, Leta yang baru saja selesai memesan makanan, cewek itu cekingukan untuk mencari Nindi.
"Etdah masih sih tu bocah?" gumam Leta dengan mata yang masih menatap sekeliling.
Karena cukup banyak orang yang berada di kafetaria membuat cewek itu sedikit bingung saat melihat orang-orang yang ada disana.
"Leta sini!" teriak Nindi dari tempat duduknya.
Mendengar suara cempreng dari Nindi membuat cewek itu langsung menoleh kearah samping. Dan detik itu juga Leta langsung berjalan menuju kearah Nindi.
"Gila sampe pegel kaki gue!" kata Leta sambil meletakkan nampan berisi dua cup jus semangka dan beberapa camilan seperti donat panggang dan kentang goreng serta cumi krispi.
"Emang lebih rame dari biasanya sih," jawab Nindi yang dibalas anggukkan kepala oleh Leta.
Cewek itu juga menyadari jika kafetaria lebih lama daripada biasanya. Mereka memakan makanan mereka sambil mengobrol santai. Sesekali mereka membuat lelucon yang membuat mereka berempat tertawa.
Namun interaksi mereka harus terganggu dengan teriakan Jeje yang masuk kedalam kafetaria sambil meneriaki nama Leta.
"Leta! Leta! Letaaa!" kata Jeje sambil berjalan mendekati Leta.
"Bau-bau ada berita hot nih," gumam Leta yang diangguki oleh Nindi.
"Kok kalian tau?" hanya Kavin.
"Baunya udah kecium sampe sini," jawab Leta santai.
"Kenapa?" tanya Leta pada Jeje.
Jeje berdiri di sebelah Leta dengan nafas yang ngos-ngosan, cewek itu mengatur nafasnya lalu menepuk bahu sedikit keras.
"Itu, itu di depan!" kata Jeje.
"Di depan? Ada apa didepan?" tanya Nindi yang juga penasaran dengan gosip apa yang dibawakan Jeje.
Jeje meminun jus buah semangka milik Leta, "Didepan ada mantan lo anjir! Dia nyariin lo di kelas, katanya sih sekarang masih ada disana! Gue tau tu cowok problematik makanya gue nyariin lo buat--" belum selesai Jeje menceritakan apa yang terjadi, Leta lebih dulu bangkit dari duduknya dan berlari pergi dari sana.
"Lah anjir malah pergi," kata Riko lalu ikutan bangkit.
"LETA!!" teriak Nindi lalu berlari mengikuti Leta, takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya itu.
"Je, dateng sama siapa anaknya?" tanya Riko pada Jeje.
Jeje menoleh kearah kakak kelasnya itu, "Sendiri kak," jawab Jeje.
"Vin ikut gue," kata Riko sambil menarik kerah seragam Kavin agar ikut pergi dengannya.
"Bangsat! Sabar anjir minuman gue belum abis," kata Kavin lalu menyambar cup berisi jus mangga miliknya.
"Lah gue ditinggalin?" tanya Jeje.
"Thanks Je!" ujar Riko sambil berjalan keluar dari kafetaria dengan tangan yang masih setia memegangi kerah seragam milik Kavin.
"Mau ngapain lo nyari gue?" tanya Leta saat ia berpapasan dengan Afan di Koridor lantai satu.
"Gue-" ucapan Afan terpotong saat Nindi berlari kearah mereka dan berdiri di samping Leta.
"Lo, lo ngapain nyari Leta, Kak?" tanya Nindi dengan nafas yang tersengal-sengal.
Afan hanya melirik kearah Nindi lalu kembali menatap Leta.
"Gue,,,,, ayo balikan sama gue!" ujar Afan sambil memegang kedua tangan Leta, namun dengan cepat cewek itu langsung menarik tangannya dengan kasar.
Mendengar itu, Leta langsung tertawa, "Barusan lo bilang apa? Balikan? Gue nggak salah denger, ya?" tanya Leta sambil menatap Afan.
"Lo nggak inget dulu lo sendiri yang udah ninggalin gue demi cewek baru lo itu? Bahkan lo sampe pindah sekolah biar bisa ketemu sama cewek lo! Terus sekarang dengan santainya lo ngajak gue balikan? Bangun kak, jangan ngimpi terus," ujar Leta dengan menggebu-gebu.
Tak hanya Afan, Nindi juga ikut terkejut saat Leta mengatakan hal seperti itu pada Afan.
"Tapi, Ta? Aku masih cinta sama kamu," kata Afan sambil memohon pada Leta.
"Makan tuh cinta! Udah gue bilang jangan ganggu cewek gue lagi, lo budek apa pura-pura budek?" ujar Kavin sambil berjalan mendekat kearah Leta.
Afan yang melihat itu langsung tersenyum miring, tak menggubris ucapan dari Kavin.
"Kak Kavin?" gumam Nindi saat melihat Kavin, cowok itu berjalan dengan gagahnya di sebelah Riko.
Dua kancing kemeja seragam cowok itu terbuka dengan dasi yang di longgar yang membuat kalung yang di pakai cowok itu terlihat dengan jelas. Ditambah dengan kedua lengan kemeja seragamnya yang ia gulung, dan kedua tangan cowok itu dimasukkan kedalam saku celana seragamnya yang membuat cowok itu terlihat badas.
Sudah kedua kalinya Leta mendengar Kavin berkata seperti itu, namun ia masih saja terkejut. Leta bingung dengan maksud Kavin, karena menurut Leta hal seperti ini akan menyulitkan keduanya di kemudian hari.
"Bacot!" umpat Afan dan langsung melayangkan pukulan pada Kavin.
Namun dengan cepat Kavin menangkis pukulan tersebut dan membalas pukulan Afan tepat di rahang cowok itu hingga membuat Afan tersungkur.
Melihat itu, Leta dan Nindi kompak berteriak karena terkejut dengan apa yang baru saja mereka lihat.
Begitu juga dengan Riko yang langsung menarik tubuh Kavin saat cowok itu berjalan mendekat kearah Afan.
"Vin, stop!" perintah Riko namun cowok itu justru mendorong tubuh Riko dan langsung berjongkok untuk mencengkeram kerah seragam Afan.
"Lo pikir gue bakalan diem aja pas cewek gue dikejar-kejar cowok lain?" kata Kavin sambil menoleh sekilas kearah Riko dan kembali melayangkan satu pukulan kearah Afan namun kali ini Afan berhasil menghindar dan membalas pukulan Kavin.
"KAK AFAN UDAH!!!" teriak Leta saat Afan berhasil memukul pipi Kavin.
"Anjing!" umpat Kavin lalu berdiri begitu juga dengan Afan.
"Lah oon! Padahal udah keren-keren barusan," gumam Riko saat melihat sahabatnya itu terkena pukulan.
"Suruh main film aja gih! Ekting dia lebih bagus daripada sebelah," jawab Nindi yang berdiri di samping Riko.
"Kak udah! Gue bilang udah!! kata Leta saat Afan akan kembali melayangkan satu pukulan lagi kearah Kavin.
Kavin menarik tangan Leta agar cewek itu bersembunyi di belakang tubuhnya, "Aku gapapa kok, kamu tenang aja ya?" kata Kavin sambil menoleh kearah Leta lalu menaikkan sebelah alisnya.
"Ngerasa jagoan lo?" tanya Afan sambil menatap tajam kearah Kavin.
Sementara sang empu hanya tersenyum smirk menanggapi ucapan dari Afan barusan.
"OK, let's see who will lose!" kata Kavin lalu mulai memasang kuda-kuda.
Namun belum sempat perkelahian itu terjadi, Leta langsung menarik paksa tubuh Kavin agar menjauh dari Afan.
"Kak Riko ngapain sih? Bukannya misah mereka!" kesal Leta pada Riko yang justru hanya diam saja.
"Ah? Iya gue lupa," jawab Riko santai lalu membantu Leta untuk menahan tubuh Kavin.
"Lo pura-pura berontak goblok!" bisik Riko saat Kavin hanya diam saja saat Riko menahan tubuh cowok itu.
Dan setelah mendengar itu, Kavin langsung sok-sokan minta di lepaskan, melihat itu Nindi langsung ikutan menahan tubuh Kavin. sementara itu Leta berjalan Kearah Afan dan langsung menampar pipi cowok ituitu dan berkata.
"You don't have my trust anymore! Jadi stop!Jangan ganggu hidup gue lagi. Lo udah nggak punya ruang di hati gue, dan seperti yang lo denger, gue ceweknya Kavin! Jadi jalanin hidup kita masing-masing, gue nggak pernah ngusik kehidupan lo jadi gue, dan lo jangan pernah muncul di hidup gue lagi!" kata Leta lalu menarik tangan Kavin agar pergi dari sana.
Namun baru tiga langkah cewek itu berjalan. Leta kembali berhenti dan berkata, "Dan satu lagi, itu perintah, bukan permohonan," setelah mengatakan itu Leta kembali berjalan begitu juga dengan Kavin.
"This my girl," kata Nindi lalu merangkul bahu Riko dan membawanya pergi dari sana.
"Jangan lupa, itu perintah bukan permohonan," kata Riko saat mereka berjalan melewati Afan.
===
Leta menarik tangan Kavin dan membawanya ke ruang UKS. Untuk mengobati luka di wajah Kavin.
"Kak? Lo ngapain sih bantuin gue, gue nggak mau nyeret orang lain buat masuk ke masalah gue!" kata Leta saat mereka berdua berada di dalam UKS yang sepi itu.
Dari luar Riko yang akan masuk kedalam UKS langsung menahan tangan Nindi, "Biarin mereka berdua, kita pergi aja," kata Riko yang membuat Nindi langsung melepaskan cekalan tangan Riko.
"Kamu gila ya? Ntar kalo mereka berantem gimana?" tanya Nindi sambil memelankan suaranya.
"Nggak bakalan! Udah ayo jangan disini, bentar lagi bel masuk bunyi," ujar Riko dan kembali menarik tangan Nindi. Dan pergi dari UKS tersebut.
Kavin menatap Leta selama beberapa detik lalu duduk diatas kursi yang ada di UKS tersebut.
"Lo nggak nyeret siapa-siapa, tapi gue sendiri yang mau masuk," jawab Kavin enteng yang membuat Leta menatap Kavin dengan tatapan yang sulit di artikan.
Leta menyugar rambutnya kebelakang lalu duduk di sebelah Kavin, "Masalahnya yang lo lakuin barusan itu cukup beresiko!"
"Lo lupa koridor itu masih bisa keliatan dari CCTV depan UKS?" sambung Leta.
Namun bukannya takut, Kavin justru tersenyum, "Terus?"
"Ya lo bakalan masuk BK gara-gara lo berantem barusan!"
"Bagus dong! Udah lama gue nggak masuk BK," jawab Kavin santai yang membuat Leta langsung memukul lengan Kavin.
"Lo bener-bener ngeselin ya?" kata Leta saat Kavin justru tertawa saat dipukuli oleh Leta.
Kavin membenarkan duduknya dan menghadap ke arah Leta, "Lo baru sadar kalo lo ngeselin?"
"Gue udah lama sadar kalo lo ngeselin! Cuma gue nggak tau kalo lo se ngeselin ini," ujar Leta sambil bangkit dari duduknya.
"Mau kemana lo? Lo nggak ada niatan buat ngobatin gue?" tanya Kavin sambil menatap Leta dengan kepala yang sedikit mendongak karena posisinya Kavin masih duduk di kursi.
"Ogahh!" jawab Leta lalu keluar dari UKS bersamaan dengan suara bel masuk berbunyi.
===
"Jadi gimana Ta keadaan Kak Kavin?" tanya Nindi saat Leta kembali ke kelas dan duduk di sebelahnya.
Leta mengedikkan bahunya pelan, "Nggak tau, harusnya sih baik-baik aja ya? Soalnya jauh dari jantung," jawab Leta santai yang membuat Nindi geleng-geleng kepala.
"Nggak boleh gitu tau Ta, lo harus berterimakasih sama Kak Kavin," kata Nindi meningkatkan sahabatnya itu.
"Gue? Harus banget ya, kan gue nggak minta bantuan sama dia, orang dia sendiri yang mau,"
Mendengar jawaban dari sahabatnya itu membuat Nindi langsung nenyentil jidat Leta.
"Anjir sakit gila!" keluh Leta sambil mengelus-elus pelan jidatnya. Ia yakin sekali jika jidat mulusnya itu sekarang sudah memerah.
"Nah sama kaya yang di rasain Kak Kavin, dia sampe ke tonjok gitu tadi. Sentilan gue tadi nggak seberapa sakitnya dibandingin sama Kak Kavin yang kena bogeman dari Kak Afan tadi!" ujar Nindi panjang lebar.
Leta terdiam saat mendengar perkataan dari sahabatnya itu. Benar apa yang di katakan oleh Nindi barusan, sakit yang ia dapatkan barusan memang tidak sebanding dengan apa yang Kavin alami. Namun kembali lagi, Leta tidak meminta Kavin untuk menolongnya, bukan?
Nindi menghembuskan nafasnya lalu meraih bahu Leta agar cewek itu menghadap kearahnya, "Gini ya Ta, emang bener kok lo nggak minta Kak Kavin buat bantuin lo, tapi lo tadi liat sendiri kan dia sampe kena bogeman gitu? Please Ta lo jangan tutup mata, lo tau kan abis ini Kak Kavin pasti kena masalah gara-gara udah berantem sama Kak Afan. Setidaknya buat formalitas aja kalo lo emang nggak mau berterimakasih dari lubuk hati lo!" ujar Nindi dengan tulus.
"Gue bilang gini karena gue perduli sama lo, Ta! Gue nggak mau lo dipandang jelek gara-gara masalah ini," sambungnya.
Leta masih saja diam, ia hanya menatap Nindi lalu mengalihkan pandangannya saat seorang guru masuk kedalam kelasnya.
"Pagi anak-anak! Hari ini saya kasih tugas aja ya,saya lagi buru-buru soalnya," ujar Bu Fuji lalu memberikan selembar kertas pada ketua kelas tersebut.
"Dikumpulin kapan Bu?" tanya Mike, ketua kelas 11 IPS 2.
"Hari ini, tolong nanti langsung dibawa ke ruang guru ya?" kata Bu Fuji.
"Baik Bu," jawab siswa kelas 11 IPS 2 dengan kompak, setelah itu Bu Fuji keluar dari kelas tersebut dengan tergesa-gesa.
Sepertinya sedang ada hal yang sangat mendesak yang harus segera di selesaikan oleh guru 30 tahun itu.
===
Hingga bel pulang berbunyi, Leta masih saja diam. Cewek itu bertingkah tidak seperti biasanya.
"Ta? Mau nongkrong dulu nggak?" tanya Nindi sambil memasukkan barang-barangnya kedalam kelas.
Leta menggeleng pelan, "Aduhh sorry banget Nin, gue nggak jadi pulang bareng sama lo. Barusan Kakak gue ngabarin kalo dia bakalan jemput gue. Lo duluan aja," ujar Leta yang membuat Nindi sedikit kecewa.
"Yahhhh,,,,, yaudah dehh gue balik duluan ya?" kata Nindi yang dibalas anggukkan kepala oleh Leta.
"Tapi beneran nih gapapa gue balik duluan? Ntar kalo dia dateng lagi gimana?"
"Gapapa, lagian jam segini masih banyak orang. Anak-anak OSIS juga ada kegiatan di deket gerbang, jadi aman lah. Lo tenang aja," jawab Leta mencoba meyakinkan Nindi.
Setelah selesai membereskan barang-barangnya mereka, Leta dan Nindi pun berjalan keluar kelas.
"Eh Nin, liat deh! Gila menor banget anjir kaya mau nge lenong hahaha," ujar Keta sambil menunjuk kearah siswi yang baru saja keluar dari kelasnya.
"Hahah anjir, kalo ketemu sama guru BP udah sih abis tu anak," kata Nindi sambil tertawa.
Leta geleng-geleng kepala melihat hal tersebut, ternyata masih banyak di sekolahnya siswi-siswi yang berpenampilan berlebihan seperti itu.
Sudah satu tahun ini sekolah Leta lebih tegas dari sebelumnya, dan memastikan jika siswi tidak berpenampilan berlebihan. Namun masih banyak siswa siswi yang melanggar peraturan.
Karna menurut mereka, "Peraturan dibuat untuk dilanggar,"
"Gue balik dulu ya, kalo ada apa-apa langsung ngabarin gue," ujar Nindi saat mereka berada di dekat parkiran sekolah.
Leta menoleh kearah Nindi lalu mengangguk pelan, "Iya, lagian bentar lagi Kak Yuki juga nyampe sini. Udah gih sana kalo mau pulang,"
"Oke deh, balik dulu ya! Babayyy!!" kata Nindi lalu berlari menuju ke parkiran.
Sementara itu, Leta langsung menyelinap pergi dari sana dan berlari menuju ke lapangan basket. Saat cewek itu sampai di dekat pintu masuk lapangan basket, langkah cewek itu terpaksa berhenti saat ia melihat sudah banyak orang yang mengikuti latihan basket disana.
"Yah telat banget gue, mana udah pada ngumpul lagi," gumam Leta.
Leta menghentakkan kakinya dengan kesal, "Duh gimana ya? Masa iya gue kesana sekarang, tapi udah pada ngumpul gitu," monolog Leta dengan gelisah.
Cewek itu berbalik badan, dari kejauhan cewek itu melihat dua siswi kelas 10 yang sepertinya sedang berjalan kearahnya.
"Eh kalian berdua!" panggil Leta saat dua siswi tadi hampir sampai di dekat Leta.
"Iya kak?" tanya salah satu siswi yang ber name tag 'Siska'
"Kalian berdua mau nonton latihan basket?" tanya Leta to the point.
Kedua siswi itu kompak menganggukkan kepalanya pelan, "Iya Kak, ada yang bisa kita bantu?" tanya siswi satunya.
"Hmm, boleh minta tolong panggilin Kak Kavin buat kesini? Tapi kalian ngomongnya pelan-pelan ya, jangan sampe yang lain tau. Bilang aja di tungguin Kak Leta di hall," kata Leta sambil tersenyum.
Dua siswi tersebut menganggukkan kepalanya, "Oke kak, kalo gitu kita kesana dulu ya," kata Siska.
"Thanks banget ya," jawab Leta.
Setelah itu dua siswi tadi berjalan kearah lapangan, lalu berjalan kearah Kavin yang sedang berdiri di dekat tribun.
Dari tempat Leta berdiri, cewek itu melihat dua siswa tadi sedang berbicara dengan Kavin, dari kejauhan cewek itu melihat Kavin menganggukkan kepalanya dan tak lama dari itu Kavin pergi dari tempatnya tadi.
Melihat itu, Leta langsung berlari menuju ke hall sekolah yang berada tak jauh dari sana. Cewek itu mengatur nafasnya yang tidak beraturan itu. Tangan Leta terulur untuk memegang dadanya, ia merasa jika jantungnya utu berdetak tidak normal. Bukan karena Leta akan segera bertemu dengan Kavin, namun jantungnya itu berdetak kencang karena cewek itu baru saja lari-larian.
Suara langkah kaki membuat Leta menoleh kearah Pintu dan benar saja, ia melihat Kavin sedang berjalan memasuki hall. Kavin mengangkat sebelah alisnya saat Leta menatap dirinya tanpa kedip.
"Ngapain lo ngajakin gue ketemuan di tempat sepi kaya gini? Jagan bilang lo mau mesum ya?!" tuduh Kavin dan langsung menutupi dadanya menggunakan kedua tangannya.
Mendengar itu, ingin sekali rasanya Leta memasukan sepatu yang sudah empat hari ini ia pakai. Namun mengingat tujuan ia bertemu dengan cowok itu karena ingin berterimakasih dengan cowok itu, mau tak mau Leta mengurungkan niat jahatnya itu.
"Langsung ke intinya aja! Gue mau bilang makasih sama lo," Kata Leta sambil berjalan mendekat kearah Kavin.
"Buat?"
"Yaa,,, buat lo yang udah bantuin gue dua kali," jawab Leta.
"Terus juga,,," Leta tak meneruskan ucapannya itu, namun tangan cewe itu terulur untuk memegang pipi Kavin yang memar karena terkena bogeman mentah dari Afan tadi.
"Lo luka kaya gini juga gara-gara gue,,, gue bener-bener minta maaf atas kejadian tadi," ujar Leta dengan tulus.
Mendengar itu salah satu ujung bibir Kavin sedikit terangkat, "Lo nggak salah, lagian yang nonjok bukan lo, kan?" jawab Kavin laku menurunkan tangan Leta yang sedari tadi masih memegang pipinya.
"Tapi kan, tetep aja-"
"Sttt, udah gue bilang gue sendiri yang mau masuk ke masalah lo. Jadi lo nggak perlu ngerasa bersalah sama gue, oke?" kata Kavin lalu tersenyum.
"Oke, kalo masih ngerasa nggak bersalah sama gue, sebagai gantinya gimana kalo besok lo traktir gue makan di kafetaria?" sambung Kavin saat lihat wajahnya Leta yang sedari tadi memasang wajah bersalah.
Leta mengangguk pelan, "Oke, deal!" jawab Leta.
Setelah itu mereka tertawa bersama, entah apa yang mereka tertawakan.
Merasa urusannya sudah selesai, cewek itu mengajak Kavin untuk keluar dari hall. Dan berpisah di persimpangan koridor. Dimana Leta berjalan kearah kanan dan Kavin tetap berjalan lurus untuk menuju ke lapangan basket.
Leta berjalan kearah gerbang sekolah dan segera menesan ojol, untungnya kali ini cewek itu mendapatkan driver untuk mengantar cewek itu pulang.
