PART 8
Raras bangun lebih awal karena sudah kebiasaan kesehariaanya, bahkan sebelum alarem handphone jadulnya berbunyi. Raras sudah terkadang terbangun dan hari kedua di rumah mbakyu dan Birawa, Raras harus berkemas-kemas dan harus lebih rajin lagi supaya mbakyu tidak kecewa dengannya, apalagi bertengkar dengan mas Birawa seperti tadi malam.
Raras semalam tidak bisa tidur dengan tenang di tambah mas Andri yang terus menghubunginya, dan mereka sempat saling mengobrol lewat via suara, seperti biasa mas Andri mengatakan selalu mengkhawatirkannya dan menduga bahwa dirinya marah dengannya.
Mungkin, Raras tidak harus mengatakan apa yang dia lihat kemarin saat tunangannya berciuman dengan lelaki lain, karena Raras menjadi ingat perkataan Birawa semalam yang seakan menunjukkan kesalahannya langsung mengambil kesimpulan dan itu bisa saja tidak benar.
Raras sedang menyiapkan sarapan, masakan sederhana sesuai apa yang tersedia di dalam kulkas karena Raras belum bisa masakan ala-ala barat, masih masakan kampung.
Raras mengenakan pakaian tidur langsungan, berlengan pendek dan panjang sedikit di atas pahanya yang putih mulus, rambutnya dia ikat asal karena masak buru-buru sebab pukul delapan sudah harus standby di lokasi dan hari ini akan menjadi hari tersibuk untuknya, karena mereka mendapatkan acara besar-besaran dan dapat di pastikan pulang malam.
Raras mendadak terkejut karena sebuah pelukan dari belakang, pelukan tersebut terasa begitu hangat bersama sebuah kecupan mendarat di tengkuknya yang banyak anak rambut tidak ikut terikat. Meremang bulu tengkuknya dan dadanya berdegup mengetahui pelukan tersebut saat kepalanya menunduk melihat lengan kokoh yang memeluk pinggangnya.
"Masak apa, cah ayu-nya mas?" Birawa bernada pelan, kepalanya bertumpu di cekungan leher kekasihnya, hidung mancung Birawa menghirup harum tubuh kekasihnya biarpun belum mandi tetapi harum wangi manis selalu melekat di tubuhnya.
"Mas, lepaskan aku!" Raras dengan kasar berusaha melepaskan pelukan Birawa, bersyukur lelaki itu menurut segera melepaskan pelukan dan akan tetapi malah berdiri di sebelahnya.
"Mas!, jangan peluk-peluk aku seperti itu karena itu berbahaya dan kita tidak boleh seperti itu, aku tidak mau membuat mbakyu aku kecewa dengan aku. Harusnya mas bisa lebih bisa menghargai isteri, mas!" marah Raras menatap muak kearah mas Birawa. Raras binggung harus bagaimana lagi menjelaskan kepadanya, begitu mengeyel, membuat Raras jengkel dengannya.
"Bagaimana kalau mas tidak mau?" Birawa malah tersenyum tipis, semakin menyukai saat kekasihnya itu menatapnya marah karena kelihatan semakin seksi.
"Mas minta tolong kamu bekal kan makan siang untuk mas, mas menyukai masakan kamu." setelah itu Birawa duduk di kursi meja makan sembari dengan perasaan kesengsem melihat punggung kekasihnya yang terdiam sesaat dan kembali melanjutkan masak.
Tidak lama Kinan datang sudah berpakaian kantor sama seperti Birawa, sempat Raras mendengar Kinan mencium bibir atau pipi Birawa sampai suara kecupannya terdengaran.
"Kamu pulang jam berapa hari ini, sayang?" tanya Kinan bergelayut di lengan kokoh Birawa yang malah menampilkan wajah datar tidak bersahabat, menyibukkan diri dengan handphonenya.
"Kemungkinan sore, pukul empat" sahut Birawa, membuat Kinan tersenyum.
"Bearti kita berdua bisa makan malam di Restoran kesukaan kamu itu, sudah lama kita tidak makan di luar" ajak Kinan berharap Birawa mensetujuinya.
Birawa melepaskan lengan Kinan yang berada di lengannya dan menatap risih. "Saya sangat sibuk sekali, pulang pasti kelelahan dan langsung ingin istirahat." tolaknya, membuat Kinan memalas mendengarnya.
"Saya tidak sempat sarapan, kotak bekal mas sudah di siapkan?" tanya lembut Birawa menatap Raras yang mendongak dan mengangguk segera memberikan kotak makanan kepada mas Birawa.
Birawa mengambilnya dan secara sengaja jemari tangannya saat memegang kotak makanan menyentuh tangan Raras, kekasihnya itu berusaha tidak terkejut hanya tampak canggung melihat Birawa yang terus menatapnya.
"Terima kasih." setelah itu Birawa melangkah pergi meninggalkan kakak-beradik tersebut.
Kinan bangkit dari duduk mendekati Raras, di tatapnya penuh tanda tanya kearah adiknya itu.
"Apa kamu berusaha mengambil posisi mbak, ras?" tanya Kinan tidak senang, bahkan suaminya itu tidak pernah mengucapkan terima kasih atau menerima saat Kinan ingin menyiapkan bekal untuknya.
Rara terkejut dan dengan cepat menggeleng. "Tidak mungkin aku mengambil posisi, mbakyu. Mbak, aku minta maaf kalau membuat mbakyu tersinggung, aku sama sekali tidak macam-macam dengan suami mbakyu."
"Mbak pegang janji kamu, mbak sangat mencintai mas Birawa. Kalau kamu ketahuan mempunyai hubungan dengan mas, mbak akan laporkan ke bapak karena anak manjanya ini sudah merusak kehidupan rumah tangga mbakyu-nya sendiri. Harusnya kamu bisa melupakan mas, biarpun pernah singgah mencintai kamu." kata Kinan memperingatkan, setelah itu melangkah meninggalkan Raras yang melihat mbakyu-nya sendiri memang berubah drastis.
"Aku bukan anak manja mbakyu, asal mbak tahu saja." gumam Raras, tidak terima di katakan sebagai anak manja dan sebenarnya yang manja siapa di antara mereka berdua.
***
