Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 6

Raras tiba sampai di rumah mendapati suasana yang sangat sunyi, berulang kali Raras memanggil dan mencari mbakyu Kinan tetap tidak ada sahutan.

Akhirnya Raras menyadari bahwa rumah dalam keadaan kosong dan dia pun masuk kedalam kamar, membersihkan diri setelah itu istirahat sejenak.

Rara mengecek handphone jadul miliknya mendapati dua pesan dari Andri dan Kinan, segera saja membaca pesan tersebut.

Mas Andri

Kamu sudah pulang?.

Mbakyu

Ras, mbak sedang menghadiri acara bersama teman-teman satu kantor, kamu mau bukan masak makan malam untuk mas Birawa dan mbak?, mbak pulang delapan malam kalau mas tanya.

Raras menghela napas pelan membaca pesan dari Kinan, tetapi tidak masalah karena Raras hanya menumpang sementara di sini dan akan menurut perkataan mbakyu Kinan.

Setelah berpakaian tidur, Raras keluar kamar dan melangkah menuju ruang dapur mulai membuatkan makan malam untuk tuan rumah. Raras baru teringat bahwa dia tidak membalas pesan mas Andri, tetapi di pikir-pikir kalau mas Andri tidak bersalah dan tidak seharusnya Raras mendiamkan lelaki tersebut.

Raras menjadi bingung haruskah bertanya dengan Andri atau lebih baik menyelidiki terlebih dahulu siapa lelaki yang bermesraan dengan tunangan Andri, mungkinkah Andri tidak tahu bahwa tunangannya itu seperti itu.

"Senangnya ada isteri kedua masak, harum masakan kamu sampai kedepan teras dan mas yakin kalau kamu yang sedang masak untuk makan malam," lengan kekarnya merangkul santai pinggang Raras serta tubuh besar Birawa berdiri bersebelahan dengannya sembari membungkuk sedikit menghirup harum masakan dari wanitanya yang sepertinya spesial.

Raras tentu saja terkejut dengan mata membelalak, dengan jengkel menepis kuat lengan kekar tersebut dari pinggangnya yang seenaknya berlagak akrab. Raras sempat menelan ludah, membayangkan lengannya sendiri yang kecil dan bagaimana kalau mas Birawa marah pasti dengan mudah menyiksanya, karena tenaganya sangat besar berbanding dengan tubuhnya yang sedikit pendek.

"Jangan mengada-ngada deh, mas. Aku mau masak dan lebih baik mas jangan dekat-dekat," Raras mengusir Birawa yang malah tersenyum tipis dan dia masih berdiri berdekatan bersama wanitanya.

"Kamu semakin cantik kalau sedang marah begitu, dek. Mas hanya mau bicara sesuatu dengan kamu,"

"Bicara?, perasaan kita berdua sudah tidak punya hubungan apapun mas, aku juga tidak butuh penjelasan dari kamu" Raras bernada ketus sembari mematikan kompor lalu mengambil mangkuk untuk menuang soup sayur buatannya.

Birawa menggeram karena Raras malah menganggap ajakannya tersebut sebagai candaan, wanitanya itu terkejut saat tangannya mencengram kuat pundaknya membalikkan tubuh supaya berhadapan. Birawa terpaksa dan sebenarnya tidak ingin membuat wanitanya tampak ketakutan, tetapi sepertinya sesekali harus di kerasi supaya wanitanya tahu bahwa lelakinya ini ada saatnya jika ingin bercanda.

"Jangan samakan mas seperti teman kamu atau lelaki lain yang kamu anggap angin lalu, ngapain kamu bekerja sebagai sales rokok?!, memangnya tidak ada pekerjaan lain selain sales rokok, jawab pertanyaan mas!" suara Birawa menajam dan berat, serta tatapanya menatap serius kearah Raras yang tergugu.

Raras mengangkat kepalanya seakan menantang Birawa, dalam batinnya dia harus berani melawan mantan yang pernah singgah kedalam perasaannya ini dan tidak harus di rendahkan dengan mas Birawa.

"Memangnya kenapa, mas?. Itu pilihan pekerjaan aku dan aku mempunyai hak untuk hidup aku sendiri, mas...tidak berhak ikut campur maupun mbakyu" kata penegasan Raras melepaskan diri dari Birawa tetapi secara mendadak tangan dengan tulang besar itu mencengram dagunya lumayan kuat yang ketahuan menantang.

"Kamu tidak harus bekerja seperti itu, kamu menyukai lelaki menggodai kamu, hem?. Berhenti bekerja mulai besok!, kamu bekerja di perusahaan mas supaya mas bisa lebih leluasa mengawasi kamu" Birawa berusaha menahan geramannya karena wanitanya dan dia sama-sama keras kepala, tidak tahu mengapa dulu wanitanya sangat penurut dan pemalu tetapi mengapa setelah 2 tahun berpisah, wanitanya berubah.

Birawa menduga pasti perubahannya karena kekasihnya ini menikah dengan mbakyu yang tidak lain adalah saudaranya sendiri. Birawa berjanji akan membuat Raras kembali jinak dan tidak keras kepala dengannya, mungkin ketergantungan dengannya itu bakalan lebih bagus dan dengan mudah Birawa mendapatkan kembali cinta wanitanya.

"Aku tidak mau!, sudah cukup berurusan dengan mas!. Aku sudah melupakan kamu, mas. Kamu itu suami mbakyu aku, kenapa kamu jahat dengan aku mas?, kenapa dulu saat aku sayang-sayangnya dengan kamu, k-kalian..." tangisan Raras pecah, sekarang dia tampak lemah dan ini adalah kebodohan terbesar Raras menangis di depan mantan yang menjadi suami mbakyu-nya sendiri.

Raras tidak ingin berdosa apalagi merusak hubungan rumah tangga mbakyu, tangannya menepis tangan Birawa yang cukup kuat mencengram tetapi mendadak melunak. Raras berusaha berhenti memangis, tidak mungkin kalau tidak ada perasaan tetapi itu hanya di ucapannya, melainkan perasaan yang sesungguhnya dari luka kecil yang membekas berubah membaik.

Raras berbalik badan hendak berlari tetapi tubuhnya mendadak membeku karena sebuah pelukan hangat dari arah belakang, kedua lengan kekar itu memeluk dengan posesif perut Raras dan Birawa harus membunguk sedikit supaya kepalanya dapat sejajar sebelah dengan kepala wanitanya, terdengar bibirnya tidak mengeluarkan suara menangis melainkan bergetar.

"Mas masih tetap mencintai kamu, kamu selalu menjadi wanita pertama yang membuat mas nyaris menggila setelah lost kontak selama 2 tahun. Jangan menangis dan maafkan mas melukai perasaan kamu, kamu juga harus tahu bahwa pernikahaan ini tidaklah membuat mas bahagia, kebahagian mas hanyalah kamu seorang." gumam Birawa terdengar begitu lirih dan ikut terluka melihat seseorang yang dia sayang dan cintai harus menangis karenanya.

Birawa mempunyai alasan menikah bersama Kinan, tetapi hanya saja Birawa takut bahwa Raras belum siap mendengarnya sekarang dan malah tidak percaya dengan pengakuan yang sebenarnya.

Raras meneteskan air matanya, dengan kasar melepaskan pelukan Birawa. "Aku kecewa dengan mas." tanpa berbalik menatap Birawa, Raras melangkah cepat menuju kamarnya sendiri meninggalkan Birawa yang mengusap kasar wajahnya dan menendang kursi meja makan karena kebodohannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel