PART 5
"Mas, kamu menyuruh aku bangun lebih awal hanya karena kepingin sarapan bersama?" tanya Raras menatap Andri yang kelihatan senang dan tertawa pelan.
"Itu benar, mas kangen makan bubur ayam langganan kita berdua setelah pulang sekolah selalu mampir di sini, kalau tidak mas yang traktir giliran kamu yang traktir, banyak kenangan kita di sini" kata Andri bernostalgia bersama Raras yang tersenyum seraya melihat sekeliling, kedai yang sudah berubah tetapi suasana nostalgia saat dulu masih sangat terasa nyata.
Kenangan, kenangan saat aku mulai menyukai kamu. Andri dan Raras bersamaan membatin dalam hatinya dan mereka saling pandang lalu melontarkan senyuman.
Pelayan datang ke meja mereka, memberikan dua mangkuk bubur ayam dan barulah mereka tersadar langsung menoleh kearah pelayan.
"Silahkan mas dan mbak," kata pelayan mempersilahkan setelah itu melangkah menjauh dari mejanya.
"Mas, nanti aku harus bagaimana berjualan rokok itu?" tanya Raras saat mengambil dua sendok sambal di atas buburnya.
"Nanti ada yang kasih arahan ke kamu, intinya kamu selalu tersenyum dan tampak ramah kepada pelangan yang akan kamu tawarkan rokok, kalau tidak salah nanti kamu akan ke parade musik karena di sana sedang ramai-ramainya" Andri menjelaskan kepada Raras yang mengangguk paham.
"Oh, begitu mas. Apa tunangan kamu sudah ada di sana mas?"
"Belum, standby di sana pukul sembilan selesai sore pukul empat dan tenang saja pasti ada istirahat, tidak mungkin kalian terus-terusan berdiri dan keliling" kata Andri dan perkataannya yang ini baru Raras ketahui bahwa ternyata begitu pekerjaannya dan jam pulang bekerja.
"Habis makan mas yang antar kamu ke lokasi," sambil makan Andri sesekali melirik Raras yang makan dengan tenang dan sangat lahap.
"Duh, lebih baik tidak perlu, mas. Aku tidak masalah naik ojek online ke lokasi," tolak halus Raras merasa tidak nyaman hati, dia hanya tahu diri bahwa Andri sudah punya tunangan dan kenapa malah mengantarnya bekerja, lebih baik mengantar tunangannya.
Andri tersenyum hangat. "Mas sudah minta izin dengan tunangan mas, asal kamu tahu saja bahwa tunangan mas itu tidak cemburuan karena dia percaya dengan mas bahwa kita hanya sebatas sahabat, dia mengizinkan dan akan menunggu kamu di lokasi nanti dan dia yang juga akan membantu kamu kalau ada sesuatu yang tidak mengerti."
Raras setelah itu terdiam, dia tidak mengatakan apapun setelah itu dan mereka makan dengan tenang tanpa mengobrol kembali, mereka sekarang dekat tetapi terasa berpisah.
Sehabis makan, Andri mengantar Raras menuju lokasi tempat Raras berjualan nanti. Raras sendiri dalam perjalanan hanya diam tidak mengeluarkan suara dan begitupun Andri yang merasa suasana mereka mendadak canggung.
"Bagaimana tinggal satu rumah dengan mbakyu kamu?, kerasan?" tanya Andri membuka suara, karena sangat tidak nyaman mereka berdiaman seperti tadi.
"Begitulah, mas. Aku kerasan memang di sana, tetapi masih adem rumah sendiri"
Andri tersenyum mendengarnya. "Ya memang begitu, biarpun rumah kita kalah mewah sama rumah saudara, mau bagaimanapun rumah sendiri lebih adem,"
"Suami mbakyu kamu, bagaimana bersikap dengan kamu?" sambung Andri tahu bahwa itu adalah pertanyaan sensitif, tetapi dia penasaran dan melirik Raras sekalias yang ternyata tampangnya biasa saja.
"Biasa saja, Mas. Aku dan Mas Birawa sudah tidak mempunyai hubungan apapun dan kita juga terakhir lost kontak selama 2 tahun, jadi aku sudah bisa melupakan lelaki tersebut" kata santai Raras seakan menunjukkan bahwa dia sudah melupakan masa lalu dan hidup bahagia dengan status single.
"2 tahun itu dan tiba-tiba saja tahun 2020 ini mereka menikah, apa kamu tidak merasa curiga dengan mereka berdua?" pertanyaan menohok itu seakan langsung menyadarkan Raras yang tadinya kuat medadak lembek karena hubungan mereka yang memang mencurigakan.
Sebenarnya tidak terlalu mencurigakan Raras, karan dia belum mendengar penjelasan dari Kinan mengapa mereka berdua bisa menikah. Memungkinkan kalau mas Birawa selama mengenal dirinya ternyata tidak menyukainya melainkan menyukai Kinan dan selama itu dia hanya kegeeran saja.
Raras tertawa kecil mendengarnya, bahkan dari tertawanya itu terdengar bergetar, tidak seharusnya dia merasa sedih karena sudah tidak ada perasaan apapun dengan Birawa dan dia juga tidak membenci Kinan kalau perkiraannya benar.
"Kamu sendiri kapan menikah, Mas?" Raras mengalihkan pembicaraan, dia malas kalau membahas Birawa dan Kinan, biarlah mereka hidup bahagia sebagai pasangan suami-isteri.
"Masih lama mungkin, karena mas harus mementingkan pekerjaan terlebih dahulu." jawab Andri dan itu benar kenyataannya, dia tidak mau buru-buru menikah karena setidaknya Andri sudah bertunangan dan menikah akan dia pikirkan kalau sudah mantap.
"Jangan di gantung lama-lama loh, mas. Perempuan butuh kepastian." senyum manis Raras menoleh menatap Andri yang membalas senyumannya itu.
***
Raras sudah berganti pakaian mengenakan seragam dari brand rokok tersebut, sekarang
sudah mulai bekerja sebagai sales reguler yang katanya membutuhkan jangkauan tempat yang lebih luas dari pada sales event.
Menjadi seorang sales rokok tidak semudah yang Raras bayangkan. Baru sehari saja bekerja sudah banyak rintangan yang di lalui Raras, memang cuaca sedang tidak panas tetapi yang membuat panas adalah para customer yang jail menggoda dan menahan kaki yang pegal karena sepatu high heels.
Raras berusaha Profesional dan tegas dalam artian berbicara di sela kelembutannya menjelaskan bahwa dia di sini hanyalah bekerja secara halal bukan ingin menjadi wanita yang menjajakan diri apalagi seenak mereka dapat mencolek dalam kesempatan saat berniat membeli rokok.
"Raras, mbak tidak sangka kalau banyak penggemar kamu di sini, buktinya mereka para lelaki lebih suka merayu kamu daripada penyanyi dangdut yang sedang di sawer di atas panggung itu, kamu lebih menarik perhatian." kata Bella tunangan Andri, menggoda Raras yang duduk sebelahan dengannya karena mereka sekarang sedang istirahat sembari menikmati es aneka buah.
"Ah!, mbak. Mereka itu mendatangi aku hanya membeli rokok, bukan penggemar dan lagian aku bukan artis." senyum Raras yang tidak merasa beberapa lelaki merasa tertarik dengannya.
Raras sendiri tidak menyangka bahwa mereka berdua dapat akrab dengan cepat, ternyata Bella sangat baik dan memang pantas bersanding bersama Andri.
"Tetapi, kamu senang tidak lelaki sekarang mengenalimu?" tanya Bella sedikit bercanda, membuat Raras tersedak saat menyeruput es buah miliknya.
Bella malah mentertawakan Raras yang tersedak. "Pelan-pelan. Abaikan pertanyaan mbak," sembari melihat kearah handphone miliknya lalu tersenyum senang, "Maaf ya... Mbak harus meninggalkan kamu sebab sudah mendapatkan jemputan."
Bella tersenyum kearah Raras yang hanya mengangguk persilahkan, dari kejauhan Bella menghampiri seorang lelaki yang keluar dari dalam mobil tetapi mendadak kening Raras mengernyit saat mereka berpelukan dan yang lebih parahnya itu bukanlah Andri.
Raras tersadar saat adegan tersebut karena handphone jadul miliknya berdering, lantas mengeluarkan handphone tersebut dari dalam tas dan melihat nama yang tertera.
Mas Andri.
"Du-h!, mas ngapain nelfon aku yaa..." Raras masih bingung ingin menerima panggilan tersebut, tetapi akhirnya dia memilih mengabaikan dan pulang sendirian menggunakan ojek online.
Dalam perjalanan pulang, Raras masih memikirkan tunangan mas Andri yaitu Bella dan menerka-nerka siapa lelaki tersebut bahkan mereka tampak mesra. Raras ingin mengabaikan dan tidak ingin ikut campur urusan mereka, tetapi ini menyangkut kebahagian mas Andri, Raras tidak ingin mas Andri kemudian hari kecewa bahwa calon isterinya ketahuan berselingkuh.
