Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 4

Menjelang matahari terbit, Raras sudah selesai berkemas dan menyediakan sarapan untuk Kinan dan Birawa.

Selama menumpang di rumah kakak iparnya, Raras tidak ingin bermalasan apalagi sampai mbakyu marah denganya yang telah melanggar perjanjian bahwa dia akan rajin meluangkan waktu untuk berkemas.

Semalaman Raras nyaris tidak bisa terlelap tidur dengan tenang karena perkataan mas Birawa kepadanya, perkataannya tadi malam bagaikan peringatan bahwa dia harus bersiap menerima permainan mas Birawa yang masih tidak tahu apa yang akan lelaki berumur itu lakukan kepadanya.

Raras sangat takut sekali bahwa mas Birawa bertindak kelewatan kepadanya selama dia masih menumpang di sini, malam itu Raras melafalkan doa dan berharap kejadian buruk tidak menimpanya.

Raras tidak ingin mengecewakan bapaknya, sebab Ibrahim selalu menasihati Raras untuk menjaga hormatan dirinya dengan baik supaya tidak keblablasan. Raras selalu mengingat nasihat Ibrahim dan berusaha berjaga jarak dengan Birawa, biarpun bapaknya sedang jauh di sana pasti selalu memikirkan keadaannya yang tinggal satu rumah dengan keluarga baru Kinan.

Raras semalam mendapat pesan masuk dari Andri, bahwa hari ini sudah dapat mulai bekerja dan Andri akan menjemputnya kemari. Raras membalas pesan menyuruh Andri menunggu di depan Perumahaan saja tidak perlu masuk kedalam, Raras tidak mau terutama mbakyu Kinan bertanya aneh-aneh dengan hubungan mereka yang sudah jelas bersahabat sejak Andri menjadi teman masa kecil sampai kakak kelas di sekolah menegah pertama.

Persahabatan itu semakin akrab sampai sekarang, sampai mereka beranjak dewasa dan sampai Andri bertunangan yang sempat melukai perasaan Raras tetapi hanya sebentar karena mas Birawa datang memberikan cinta secara tulus untuknya tetapi untuk kedua kali. Raras kembali terluka untuk yang di namakan cinta.

"Aku harus bisa menghadapi kamu, mas." gumam Raras menyakinkan dirinya sendiri bahwa dia sudah tidak mempunyai perasaan sama sekali kepada Birawa, yang ada sekarang hanyalah mereka sebagai kakak ipar dan adik ipar tanpa mempunyai masalah.

***

Kinan bangun lebih siang dari pada Raras, tubuhnya hanya memakai kimono tidur. Kinan melangkah menuju ruang makan, sampai di sana mendapati sajian makanan yang masih hangat.

Kinan bersyukur lega bahwa Raras yang membuatkan sarapan, sejujurnya dia juga malas sekali kalau di suruh buat sarapan kecuali ada mertua datang Kinan segera masak takut di nilai menantu yang buruk dalam keluarga Bhagawanta.

Suaminya juga Birawa jarang makan di rumah, sering juga menyuruhnya tidak perlu masak. Birawa beralasan akan makan di rumah makan langganan dan misalkan Kinan memasak membuat sarapan, alasan Birawa sudah terlambat berangkat bekerja.

Tetapi tidak tahu mengapa hari ini, suaminya yang tampan dan bertubuh gagah itu duduk di kursi meja makan. Birawa sudah memakai pakaian kantor dengan sangat rapi, suaminya selalu tampil perfeksionis, mulai dari rambutnya kalau masuk bekerja disisir kebelakang sehingga memperlihatkan ukiran wajah yang tampak tegas dengan rahang keras brewok kasar dapat menggoda kaum hawa, menjadi ingin mendapatkan gelitikan brewok dan kumisnya tersebut di bagian titik kelemahan.

"Aku ambilkan untuk mas sarapan," Kinan mengambilkan nasi goreng sebanyak dua centong nasi karena itu adalah porsi Birawa yang tidak suka makan berlebihan.

Birawa menyuap nasi goreng kedalam kunyahanya dan tidak lama dia terdiam sejenak saat merasakan nasi goreng telur orak-arik tersebut.

"Kenapa mas?, apa nasi gorengnya tidak enak?" Kinan mendadak tidak nyaman dengan suaminya, mungkin selera adiknya tidak nikmat dengan lidah suaminya sampai suaminya terdiam dan melanjutkan kunyahan.

"Ada sesuatu yang berbeda dengan sarapan hari ini," kata Birawa berat dan kembali menyuap nasi goreng tersebut. Birawa berani bertaruh bahwa nasi goreng ini adalah bukan masakan Kinan.

"Iya mas, bukan masakan aku. Itu masakan Raras, kalau tidak nikmat jangan paksakan kamu makan nanti bisa sakit perut" ujar Kinan memberitahukan kepada Birawa, tentu saja Birawa pandai merasakan makanan kampungan seperti Raras.

Secara jelas Birawa terlahir sebagai orang kaya dan makanan sejak kecil mungkin gandum, makan makanan yang sempurna dan sehat. Tidak akan selera kalau makanan yang masaknya saja orang kampung seperti Raras, tidak sederajat dengan adiknya itu.

"Saya menyukainya, sudah dapat menebak bahkan dari harum nasi goreng tersebut, mungkin kamu harus lebih pandai masak seperti adik kamu." Birawa mengaku dengan tampang menyukai masakan dari Raras, bahkan tidak segan menambah dua piring, membuat Kinan menatap malas.

"Panggil adik kamu, suruh keluar makan bersama" pinta Birawa tanpa melirik Kinan yang kedua tangannya bersedekap duduk bersebelahan.

"Raras sudah berangkat bekerja," kata Kinan cepat.

"Bekerja?" Birawa mengernyitkan keningnya, dia melihat kearah jam tangan kanan yang dia kenakan, bahkan ini masih pukul tujuh lewat dua puluh menit.

Birawa menyesal terlambat bangun lebih awal supaya dapat sarapan bersama wanitanya, mulai besok Birawa akan bangun lebih awal karena kesempatan Raras menginap di sini semakin menyemangati Birawa karena kehadirannya.

"Raras itu sekarang sudah dapat pekerjaan baru menjadi sales promotion girl rokok, baru semalam dia kasih tahu" kata Kinan sontak saja membuat Birawa terkejut.

"Bercanda kamu!" Birawa membentak tidak percaya bahwa Raras bekerja sebagai SPG rokok, itu membuatnya meradang tidak senang akan pekerjaan baru Raras.

Kinan terkejut karena bentakan Birawa, wajahnya tampak aneh melihat suaminya itu yang mengeraskan rahang.

"Bercanda bagaimana?, kalau adik aku merasa nyaman bekerja seperti itu kita tidak bisa melarang mas, lagian dia sudah dewasa bukan anak balita yang harus di awasi." Kinan berkata santai dan seakan masa bodoh dengan pekerjaan adiknya, semenjak kedua orang tuanya bercerai. Kinan dan Raras hidup masing-masing dan karena itulah Kinan tidak ingin ikut campur dalam kehidupan Raras.

Birawa sudah malas berbicara kepada Kinan, tidak pernah sesekali memikirkan saudaranya sendiri, padahal dia sebagai mbakyu harus bisa berikan pandangan konsekuensinya. Birawa juga tidak mengerti bagaimana konsep penjualan para sales rokok perempuan tersebut, semakin di pikirkan semakin membuat Birawa gregetan memikirkan Raras.

Birawa bangkit dari duduk lalu mengambil tas kantor dan tanpa berpamitan kepada Kinan, Kinan sebagai isteri selalu tidak bisa di andalkan. Pernikahan yang tidak pernah membahagiakan Birawa sampai sekarang.

Dalam perjalanan menuju Perusahaan minyak kelapa sawit. Birawa terus saja memikirkan keadaan Raras, bahkan terlintas nasihat Ibrahim saat berbicara dengannya lewat via suara.

"Bapak minta tolong dengan mas Birawa, selama Raras menginap di sana tolong sesekali mengontrol anak bapak itu, apalagi nanti sudah dapat pekerjaan baru karena bapak mau Raras mendapatkan pekerjaan yang jelas nyata tidak aneh-aneh. Hanya Raras yang bapak punya, bapak tidak mau Raras berubah hanya karena pergaulan bebas."

"Bagaimana mas bisa melalaikan kamu, sayang. Bapak kamu sendiri yang meminta tolong dengan mas, tunggu nanti kamu bakalan menyukai mas kembali dan kita pasti bisa menghalau rintangan yang akan membuat kita terjatuh sampai terluka dan terbangun bahagia di pelaminan." gumam Birawa bagaikan sumpah untuknya, sudah bersiap menerima konsekuensi suatu hari nanti asalkan wanitanya menjadi milik seutuhnya sebagai seorang isteri.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel