Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 3

Mobil Andri berhenti dibelakang mobil hitam yang sudah terpakrir didepan rumah Raras. Raras segera keluar rumah dan melihat Kinan berjalan menghampiri ke mereka berdua.

Kinan begitu tanpak dewasa, setelah 2 tahun jarang bertemu. Mbakyu-nya itu telah banyak perubahan. Penampilannya berkelas memakai perhiasan, rambut hitamnya dia semir cokelat terang dan memakai pakaian kantoran.

"Kamu itu dikasih amanah sama bapak malah keluyuran?, siapa lagi lelaki disebelah kamu itu?" tanya menyelidik Kinan menatap Andri.

"Perkenalkan, saya Andri Jaksana. Lama tidak berjumpa?" sapa ramah Andri mengulurkan tangan dihadapan Kinan mendadak terkejut.

"Gusti!, kamu beneran Andri anaknya bapak Agung yang pengusaha mebel itu?" tanya Kinan menerka dan tidak akan salah.

Andri mengangguk benarkan. Kinan langsung tersenyum dan menatap kagum kepada Andri yang tumbuh menjadi lelaki tampan, seingatnya Andri ini adalah teman masa kecil Raras dan teman satu sekolah juga. Pantas saja sampai mereka sama-sama dewasa saling lengket.

"Sudah dewasa sekali ya...kamu. Kapan rencananya mau melamar adik, mbak?" lontaran pertanyaan asal-asalan dari Kinan, membuat Raras terkejut dan langsung menyentuh lengan mbakyu.

"Terima kasih, mas. Mas sudah mau mengantar aku pulang, aku juga sebentar lagi mau berangkat kerumah mbakyu aku." ujar Raras memberitahukan dan ada nada tak nyaman terdengar, suasana mendadak canggung.

"Iya, mas pamit pulang dulu dan nanti kasih tahu mas alamat rumah mbakyu kamu supaya nanti kalau mas mau mengajak kamu keluar membahas urusan, tidak kesasar." kata Andri setelah mendapat anggukan dari Raras, Andri masuk kedalam mobil dan menjalankan kendaraannya meninggalkan Raras dan Kinan.

"Kalian saling suka, bukan?" Kinan bersuara dibelakang tubuh Raras lalu membalikkan badan tersenyum menatap Kinan.

"Mbak, mas Andri itu sudah punya tunangan dan aku tidak ingin merusak hubungan mereka. Kami tidak lebih dari sekedar sahabat." jelas Raras menjelaskan kepada Kinan yang mengikuti Raras masuk kedalam rumah.

"Kenapa tidak kau rebut saja?, masih ada peluang kamu mendapatkan Andri. Yaa...kalau aku sih tentu akan melakukan berbagai cara supaya orang yang aku sukai menjadi milikku."

Mendadak perkataan Kinan barusan membuat Raras berpikir, berpikir mungkinkah dulu saat Kinan tahu hubungannya bersama Birawa. Kinan melakukan berbagai cara sampai menjelek-jelekkan nama suaminya dan kenapa sekarang mereka bisa menikah. Kenapa juga Kinan datang seolah-olah tidak ada terjadi apapun, bertampang tidak berdosa. Seharuanya Kinan menceritakan bagaimana mereka berdua bisa menikah, itu yang Raras harapkan sekarang.

Tetapi seharusnya tidak perlu mengetahui urusan mereka. Raras sudah belajar ikhlas mendoakan pernikahan Kinan bersama mas Birawa semoga selalu dalam kebahagiaan. Raras tidak ingin menjadi manusia pendendam kepada siapapun, lagi pula suatu saat nanti dia sendiri juga bakalan bahagia bersama lelaki yang akan mencintainya secara tulus.

***

Kinan menghentikan mobil BMW putih miliknya di halaman luas depan rumah mewah dan megah tersebut. Rumah tempat tinggal Kinan di perumahan Elite, membuat Raras takjub saat turun dari dalam mobil. Kinan sudah menjadi orang kaya sekarang dan berutunglah nasipnya.

"Mau sampai kapan kamu termenung begitu?, masuk sini!" ajak Kinan memaksa Raras masuk kedalam.

Langkahan Raras mendadak berhenti sembari menahan tangan Kinan saat hendak membuka pintu utama.

"Mm-mbak, ada siapa dirumah?. Apa aku beneran boleh tinggal disini untuk sementara waktu?" tanya Raras menatap Kinan yang memutar memalas kedua bola matanya.

"Aku sendiri. Kalau bukan karena permintaan bapak, mana aku mau kamu menginap disini seperti anak kecil. Kamu tahu bukan, aku ini sudah menikah dan kenapa kamu tidak ikut bapak pulang kampung sekalian?. Menyusahkan saja kerjaan kalian berdua." gerutu Kinan dengan tatapan tidak senang menatap Raras. Menurutnya sejak sedari dulu Ibrahim itu selalu meminta tolong kepadanya yang sudah menjadi orang berharta, dari beberapa bulan lalu meminjam uang untuk makan dan sekarang malah adiknya.

Raras sedikit kecewa mendengar perkataan ketus dan tatapan Kinan yang memperlihatkan jelas bahwa senang akan kehadirannya. Tetapi mbakyu itu tetap berbaik hati mau mengajaknya kemari, walaupun harus mendekar perkataan tidak mengenakkan seperti barusan.

"Maaf ya mbak, aku tidak akan mengecewakan mbak saat aku tinggal disini. Sambil kerja diluar, aku akan bantu-bantu pekerjaan mbak." kata Raras dengan janjinya menyakinkan Kinan, itu adalah balas budinya selama tinggal disini nanti.

"Yaa!, baguslah kalau kamu sadar diri kalau menumpang memang tidak seenaknya. Mbak mengharapkan ucapan itu sejak tadi dari kamu, masuklah kedalam." setelah itu Kinan mengajak Raras masuk kedalam dan mengantarkan adiknya menuju kamarnya yang tidak jauh dari kamarnya bersama suaminya.

"Ini kamar kamu," kata Kinan menghidupkan saklar lampu sehingga kamar yang tadinya gelap gulita langsung terang benderang dan terlihat secara jelas kamar tersebut begitu luas.

Kamar tersebut juga tersedia kamar mandi dan kasur besar, hanya itu yang mungkin ukuran kamarnya menyerupai ruangan tamu dirumahnya sana. Raras duduk tepian ranjang mengistirahatkan sejenak tubuhnya yang lelah setelah perjalanan lumayan jauh.

"Raras, dengarkan mbakyu kamu ini," Kinan berdiri tepat dihadapan Raras yang langsung mendongak menatap Kinan bertampang serius sekali. "Kamu tahu aku sudah menikah bersama mas Birawa. Aku harapkan kamu jangan bertingkah genit dengan suamiku, mengerti?."

Mengapa pula dia harus bertingkah genit kesuami orang lain. Maaf saja, karena itu bukan dirinya yang suka merebut kebahagian orang lain.

"Inggih, mbakyu." angguk sopan Raras bersama tersenyum manis.

"Bagus lah. Kalau kamu mau langsung makan, makan saja dan makanan sudah tersedia. Aku mau masuk kedalam kamar dan jangan coba-coba bertingkah aneh disini kalau tidak mau aku usir." kata tegas Kinan setelah itu melangkah keluar kamar meninggalkan Raras seorang.

Raras menghela napas panjang dan memang sudah terduga mbakyu-nya sendiri bakalan lebih waspada dengannya. Raras tahu dia hanya menumpang disini, tujuannya menumpang bukan hal lain apalagi datang hanya untuk bertemu mas Birawa.

Pertengahan malam. Raras tersadar dalam tidur nyenyaknya. Tenggorokannya terasa kering dan ingin sekali minum untuk menghilangkan dahaganya.

Raras keluar kamar dan dia melangkah menuju dapur, disana dia mengambil gelas lalu mengambil air di Dispenser. Raras meneguk segelas air tersebut sampai tandas, sangat melegakan kalau sudah dapat minum.

"Pembantu baru?"

Tubuhnya di balik paksa untuk menghadap lelaki tersebut, tubuh lelaki berbadan perkasa dan jangkung. Raras hanya menatap dada bidanya saja, tak berani mendongak menatap wajahnya yang tampan nan tegas itu.

"Dimana Kinan mendapatkan pembantu seperti kamu?, sesuai sekali dengan pekerjaan yang Kinan berikan" perkataan itu seakan meledek Raras yang hanya bersabar menanggapinya.

"Apa kamu tidak merindukan, Mas?" suara itu mendalam dan tanpak menyalurkan kerindukan menunggu jawaban dari Raras yang masih terdiam tidak bergeming.

Raras memberanikan diri mendongak, matanya mengerjap tak menyangka Birawa semakin tampan dan matang. Lelaki berumur itu menumbuhkan jambang dan kumis. Tatapannya datar selalu terpaku menatap wajah ayu Raras.

"Tidak, Mas. Aku rasa kita tidak ada hubungan apapun kecuali aku sebagai adik ipar disini. Aku harap mas jangan mengecewakan mbakyu aku, karena dia sangat menyayangi kamu."

Birawa tersenyum ringan. "Tidak perlu menghawatirkan kesetiaan. Mas lebih setia dari pada mbakyu kamu, apalagi kamu." dengan sengaja menekankan akhir kalimat itu supaya semakin menyindir wanita yang berada di hadapannya sudah berwajah merah dan menghela napas. Birawa melangkah berjalan mendekat Raras mendadak mundur dengan tatapan keheranan dan tetap waspada.

"Kamu tidak tahu mas sudah menunggu saat seperti ini selama penantian 2 tahun. Setelah ini kamu tidak akan pernah merasakan ketenangan, karena mas akan membawa kamu masuk kedalam dunia yang mas ciptakan sendiri, yaitu di dalam rumah ini menjadi saksi pertemuan kedua kita." Birawa mengatakan begitu serius mengancam. Raras terdiam terpaku akan tatapan menajam Birawa, ngeri.

Tersadar. Raras mendorong kasar tubuh tegap Birawa, beruntung masih mempunyai kesadaran dan tidak boleh jatuh cinta untuk kedua kali dengan Birawa.

"Kamu jangan bermimpi, mas!" ketus Raras setelah itu melangkah cepat meninggalkan Birawa yang terdear mentertawakannya.

"Dari bermimpilah semuanya jadi kenyataan, adik." gumam Birawa seraya menyeringai kejam. Birawa menatap punggung kepergian Raras, wanita itu tidak tahu bahwa sesuatu yang berada dibawah langsung menegang. Selama dua tahun Birawa tidak pernah merasakan jatuh cinta kepada siapapun, dan bahkan hidupnya terasa hambar saat Raras menjahuinya.

Kesempatan ini tidak akan Birawa lewatkan. Bagaimanapun Birawa harus memberikan pelajaran penyesalan dulu kepada Raras, supaya wanita pujaan hatinya itu menyesal dan tunduk dihadapannya. Menyesal dalam artian meninggalkan dirinya karena kebodohannya sendiri.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel