Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 2

1 bulan kemudian. Ibrahim mendapatkan kabar bahwa kesehatan Ibunya yang berada di kampung menurun, satu keluarga diharapkan datang kesana dan Ibrahim belum memberitahukan kabar tersebut kepada Raras.

Raras menyiapkan sarapan untuk bapaknya dan saat mereka berdua makan dengan tenang. Ibrahim membuka obrolan duluan.

"Bapak belum kasih kamu kabar bahwa tadi malam, kesehatan embah kamu menurun dan semua anak-anaknya disuruh kumpul besok," kata Ibrahim memberitahukan kepada Raras yang terdiam sejenak.

"Jadi, bapak mau pulang kampung besok?" tanya Raras memastikan.

"Iya, nduk. Bapak punya firasat yang tidak nyaman sampai sekarang. Subuh nanti bapak mau berangkat numpang mobil pakdhe kamu, Agus."

"Nanti selama bapak pulang kampung kamu menginap dulu sementara waktu dirumah mbakyu kamu, barusan tadi bapak sudah minta izin dengannya dan suaminya Birawa juga mengizinkan" sambung Ibrahim, membuat Raras terkejut sekali bergegas meminun segelas air miliknya untuk menghilangkan tenggorokannya yang terasa tercekat.

Tidak mungkin, batin Raras berkata. Tidak mungkin dia menginap dirumah Kinan dan Birawa yang sudah menikah. Raras tidak akan mau kesana bertemu mereka.

"Bapak, aku sudah besar dan tidak perlu menginap dirumah mbakyu, malu pak. Aku bisa menjaga diri tinggal sendirian saat bapak pulang kampung" kata Raras menyakinkan Ibrahim, bapaknya itu terlalu berlebihan dan selalu menganggapnya seperti anak kecil yang selalu butuh pantauan.

"Nduk, bapak pulang kampung bahkan tidak tahu kapan pulangnya dan pasti disana bapak harus menjaga embah. Bapak bakalan selalu memikirkan kamu yang sendirian disini, buatlah bapakmu ini tenang selagi mengurus embah, supaya tidak salah dan menerka yang bukan-bukan. Kalau disana 'kan ada mbakyu kamu dan suaminya yang bisa mengontrol kamu kalau sudah dapat pekerjaan baru," tutur Ibrahim bersikeras menjelaskan kepada Raras supaya mau menginap sementara waktu dirumah Kinan.

Ibrahim sangat menyayangi Raras dan dia anak perawan yang harus Ibrahim saja jangan sampai anaknya itu kecolongan, kalau Raras tinggal di rumah Kinan dapat dipastikan mbakyu nya bisa mengawasi dan mengetahui apa yang adiknya itu kerjakan. Ibrahim juga ingin Raras segera menyusul menikah sama seperti Kinan dan Birawa. Di umur puterinya yang sudah 24 tahun, kelihatannya Raras tidak terlalu memusingkan pernikahan, sebab anaknya itu sangat dewasa lebih mementingkan Ibrahim dan bekerja keras untuk membahagiaan Bapaknya ini.

Ibrahim tidak pernah meminta kebahagian dari anaknya yang selalu memberi dan membelikan sesuatu, melainkan Ibrahim ingin melihat Raras bahagia dan itulah kebahagian Ibrahim hanya bisa berdoa semoga Raras segera diberikan jodoh yang sama derajatnya seperti Birawa suami Kinan.

Setelah itu Raras hanya bisa terdiam tidak mau membantah perkataan Ibrahim, padahal dia berusaha menghindar tetapi malah mempertemukan keluarga yang berada disana. Raras bukannya masih ada perasaan kepada Birawa dan bukan tidak menyayangi Kinan, melainkan mereka berdua sudah berkuarga tidak seharusnya Raras menganggu apalagi menginap sementara waktu disana.

Menjelang subuh hari. Raras membantu keperluan Ibrahim dan di depan teras sudah menunggu Agus, yaitu kangmas kedua Bapaknya. Raras dan Ibrahim melangkah kedepan disambut Agus mengambil koper Ibrahim.

"Kamu tidak ikut?" tanya Agus menoleh menatap Raras yang berdiri disebelah Ibrahim.

Raras belum sempat menjawab. Ibrahim yang menjawabnya duluan."Putriku mau melamar pekerjaan nanti pagi, dan nanti mau menginap di rumah Kinan selagi aku tidak mengawasinya."

Agus berdecak-decak pelan. "Walah dalah!, puteri kamu ini bukan anak kecil yang harus diawasi. Tidak lihat tubuhnya yang sudah tinggi bongsor dan wajahnya yang dewasa ayu?," kata Agus menyuruh Ibrahim mengamati bentuk tubuh putri bungsunya itu yang sudah banyak perubahan beranjak semakin dewasa, apalagi bentuk tubuhnya yang subur.

Ibrahim menghela napas sejenak.

"Puteriku ini sangat berharga dalam hidupku, bahkan melebihi rumah ini. Justru dia semakin dewasa membuat aku khawatir dan takut kalau Raras sampai salah jalan karena lelaki, maka dari itu aku menyuruh Kinan nanti siang menjemput Raras dan itu baru membuat aku lega anakku tinggal bersama Kinan."

"Dengar itu nduk, Bapakmu sangat menyayangi kamu dan jaga kehormatan kamu selagi Bapakmu pulang kampung. Pakdhe doakan semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemauan kamu. Kalau tidak dapat, minta saja sana dengan suami Kinan, toh dia banyak membuka cabang perusahaan masa tidak mau membantu kamu masuk ke dalam perusahaannya." ujar Agus memberikan saran kepada Raras yang hanya menyengir tidak mengatakan apapun.

"Bapak berangkat dulu, kamu jaga diri baik-baik dan kalau sudah tinggal dirumah mbakyu kamu jangan merepotkan dia. Bapak tahu kamu anaknya rajin sekali, tetapi Bapak tidak mau kamu menjadi bahan omongan karena bermalasan." Ibrahim menasihati Raras, mengangguk mengerti lalu menyalami tangan bapaknya.

"Inggih, Pak. Hati-hati dijalan dan nanti kabari aku kalau sudah sampai." pintanya.

Raras melambaikan tangan setelah kepergian mobil Pakde Agus keluar dari halaman, sehabis ini Raras sudah membuat rencana bertemu Andri pukul delapan nanti. Andri memberikan lokasi untuk mereka bertemu membahas pekerjaan baru untuk Raras.

Tepat pukul delapan. Raras datang tepat waktu sesuai janjian mereka, dia memakai pakaian sopan terlihat sangat feminin dengan rambut panjangnya berurai bebas.

"Lama menunggu, Mas?." tanya Raras dengan suara lembutnya menyapa Andri yang sedang bermain handphone mendadak mendongak menatap Raras yang ternyata sudah datang.

"Tidak juga, Mas juga baru datang kemari. Kamu pesan lah minuman." tawar Andri memberikan menu kepada Raras hanya tersenyum dan menggeleng pelan.

"Ah, tidak usah repot-repot. Aku kesini cuman ingin tanya masalah pekerjaan sama mas."

"Kamu memang tidak sabaran, ya?." kekeh Andri membuat Raras tersenyum malu.

Raras menatap jelas wajah Andri, lelaki itu tampan tetapi sudah mempunyai tunangan. Raras merasa tidak nyaman kalau mereka ketemuan hanya berduaan seperti ini, tetapi Andri menyakinkan bahwa tidak akan ada masalah apapun dan tunangannya juga sudah mengenal Raras.

"Langsung pada pembahasan kita saja, mas menawarkan kamu pekerjaan menjadi sales promotion girl rokok seperti tunangan mas. Bella mengatakan ada lowongan, bagaimana?." kata Andri langsung mengatakan pekerjaan baru untuk Raras.

Raras terdiam sejenak. "Tetapi, aku tidak paham jualan rokok, Mas. Apa tidak ada pekerjaan lain?."

"Hanya itu untuk sekarang pekerjaan yang mas dapatkan. Kamu cobalah dulu selama satu bulan dan gajinya lumayan, itu kata Bella."

Raras terdiam sejenak dan di tasnya dia sudah tersedia berkas berupa lamaran pekerjaan. Akhirnya kertas tersebut dia keluarkan dan berikan kepada Andri.

"Aku mau, mas. Itu berkas lamaran sudah lengkap semua. Terima kasih, mas sudah mau membantu aku mendapatkan pekerjaan," Raras merasa tidak nyaman meminta tolong kepada Andri yang hanya tersenyum.

"Jangan seperti itu, bukannya kamu sudah mas anggap sebagai adik perempuan mas sendiri. Dan mas mau kamu juga mendapatkan pekerjaan baru, kalau tidak ada pekerjaan bearti kamu yang harus menunggu lamaran." candaan Andri membuat Raras tertawa kecil, membatin siapa yang mau melamar dirinya yang tak secantik perempuan kebanyaan.

Raras memang terlalu pemalu ingin berdekatan bersama lelaki. Hanya dengan satu lelaki yang membuatnya berani terbuka mengobrol dan bahkan saling bercanda, bersama Andri seorang.

Mereka setelah itu mengobrol ringan berbicara masalah pekerjaan sebab Raras ingin mengetahui lebih detail, handphone yang berada didalam tasnya berdering. Raras segera mengeluarkan handphone miliknya dan mengernyit mendapatkan nomer asing.

"Hallo?" sapa Raras lembut menunggu seseorang disebrang sana menjawab panggilannya.

"Ya ampun!, kamu kemana saja, Ras?. Mbak gedor-gedor rumah kamu sedari tadi loh ini, kamu memangnya tidak mendengar?. Masih tidur?." suara kekesalan itu membuat Raras meringis, dia hampir saja lupa bahwa siang ini Kinan akan menjemputnya untuk tinggal dirumahnya.

"I-iya Mbak, aku minta maaf Mbak. Aku sedang diluar bertemu teman aku, aku segera pulang sekarang." katanya merasa bersalah kepada Kinan, terdengar Kinan menghela napas kasar.

"Ya sudah!, buruan!."

Panggilan masuk tersebut langsung terputus dari Kinan. Raras memasukkan kembali handphone miliknya kedalam tas dan menoleh menatap Andri yang sedari tadi melihat kegelisahan Raras.

"Mas, aku harus pulang sekarang soalnya mbakyu aku sudah datang kerumah. Mau jemput aku." kata Raras memberitahukan kepada Andri, beranjak dari duduk dan saat hendak melangkah lengannya ditahan Andri.

"Mbakyu kamu itu ternyata masih cerewet. Jangan tanya kenapa Mas bisa mengetahuinya, mari masuk ke dalam mobil. Biar Mas antar kamu pulang." tawaran Andri berniat mengantar Raras pulang kerumah.

Raras mengangguk mau dan tidak bisa menolak tawaran Andri, lelaki berumur dua puluh enam tahun itu merangkul pundaknya membawanya melangkah menuju parkiran mobil. Setelah itu mereka masuk kedalam mobil dan Andri menjalankan kendaraannya menuju rumah Raras.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel