Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

##### 2.Kejamnya sahabatku

Ya Tuhan kenapa kalian sekeji itu terhadap ku. Aku bukan najis, aku bukan sampah stop memanggil ku dengan sebutan itu. Aku tidak seperti yang kalian fikirkan. Tolong jangan menghina dan mengejek ku lagi" jawap ku dengan isak.

"Cuiiihhhh... pelacur lu, najis betul kami cuihh. Masih bisa lagi lu menyangkal yah. Tau malu donk lu. "Jawab mereka.

Setelah mereka puas menghinaku, mereka pun beranjak pergi dari hadapan ku. Dengan wajah penuh kebencian. Aku yang terpaku disana hanya bisa menangis melihat perlakuan mereka terhadap ku.

Aku sungguh tidak tahan lagi ya TUHAANNN... sungguh aku tidak sanggup dengan semua nya ini. Sungguh aku tidak tahan dengan perlakuan mereka yah TUHAANN.. huhu...huhu...suara tangis ku yang memenuhi ruangan saat itu. Yang sesekali aku lap dengan tangan ku.

"Hhmmm... Kau tengok pelacur itu, menagis si pelacur itu. Kasihan yah bisa nya hanya menangis saja dia hahaha.. kesihan betul "ejek seorang rekan yang melihat ku menangis saat itu.

"Syukurin situ, biar sedar diri dia. Kalau aku jadi dia sudah lama aku resign dan pergi cari kerja lain. Semua satu kantor pun sudah tau keburukan nya. Jadi buat apa lagi dia bertahan kerja disini. Heran juga yah kenapa tidak ada malu malunya tu orang" Sahut seorang rekan lagi.

"Biarkan tau rasa dia. Kesalahan dibuat sendiri sich. Itu lah akibatnya sudah bermain main dengan api. Dia memang pantas menerima semua itu. Itu hukuman buat orang yang tak tau malu seperti dia. Tidak menyangka wajah cantik, tampak lugu tapi kelakuan menjijikkan " Tambah kata seorang rekan lagi.

"Dulu aku suka melihat dia. Dia kalau berbicara lembut, ramah dan baik hati lagi. Tapi setelah aku tau sifat dan kelakuan nya yang menjijikan, cuih... aku terus tidak respect sama dia. Siapa sangka dibalik wajah nya yang lugu dan lembut itu ternyata oh ternyata.... iiiihhhhh.. najis dech. "Ejek seorang rekan lagi.

"Husss... sudah ahhh... jangan gosip saja. Dia sudah menangis tu kasihan ah.. sudah... sudahh... " jawap seorang rekan.

"Hhhmmmm... sehina itu kah aku di pandangan mereka semua. Sekotor itu kah diriku. Begitu jijik kah mereka terhadap ku. Aku bukan najis dan aku bukan sampah. "Bisikku dengan bercucuran air mataku.

Ingin rasa nya aku resign dari tempat kerja ku ini. Tapi aku tak tau. Apakah ini jalan yang terbaik. Ya ALLAH aku betul betul bingung harus bagaimana. Bantu aku ya ALLAH... "Rintihku.

Dengan wajah penuh air mata. Aku pun pergi ke toilet. Aku cuci wajahku. Mataku terlihat memerah dan sedikit bengkak. Sudah tidak heran lagi tiap hari aku akan mengalami hal seperti ini. Dan rekan rekan ku pun juga sudah terbiasa melihat ku begini.

Aku pun masuk untuk memulai pekerjaan ku. Yah tiap-tiap hari selalu hinaan ini yang ku dengar, aku pun tak tau kenapa aku masih bisa bertahan kerja disini. Aku sebenarnya sudah tidak kuat. Kadang aku merasa lelah dengan semuanya. Tapi aku harus bersabar demi kebahagiaan orang tua ku.

Yang paling sangat aku sedihkan kenapa tidak ada seorang pun yang mempercayai bahwa aku benar benar tidak bersalah. Bahwa semua ini adalah fitnah. Bahkan orang orang yang dulu sering aku tolong pun malah ikut membenci dan menghinaku.

KALA ITU.

Kalau aku mengingat persahabatan ku dulu, kami adalah dua sahabat yang tak terpisahkan. Kami seperti dua sisi koin yang saling melengkapi. Kehadiran kami di mana pun selalu menjadi pusat perhatian. Bahkan kami sering dipanggil kembar. Karena kami memang memiliki persamaan.

Bahkan aku menganggap Vira bukan hanya sekedar sahabat. Vira sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri. Karena aku memang sayang padanya. Aku sangat percaya sepenuhnya padanya.

Namun, hubungan itu mulai berubah sejak kami bertemu Lee. Seorang Pria tampan yang datang sebagai konsultan dikantor tempat kami bekerja. Dengan kepintaran nya. Dengan aura yang memikat mampu mengubah semua orang.

Saat itu kami sama-sama terkesan pada sosoknya. Tapi, Aku tidak pernah berpikir untuk menganggap Lee lebih dari seorang rekan kerja. Bahkan aku sering bercanda dengan Vira tentang Lee, hal itu yang mendorong Vira untuk terus mendekatinya.

“Aku rasa dia tipe kamu, Vir,” ujar ku sambil tersenyum saat makan siang bersamanya di kantin.

“Ah, kamu ini, ada ada saja” jawab Vira sambil tertawa kecil, meski jelas wajahnya memerah dan tampak malu malu.

Namun, seketika hubungan kami renggang. Lee mulai memperhatikan ku lebih. Bahkan bukan tak jarang ia sering mengajak ku untuk lunch bersama tanpa mengajak Vira. Awalnya, Aku hanya menganggap itu sebagai bentuk profesionalisme. Tapi, perlakuan Lee membuat Vira jadi cemburu.

“Kamu tahu kan aku suka sama dia, Lex,” kata Vira suatu hari dengan nada kesal.

“Aku tahu, Vir. Tapi aku tidak pernah mencoba mendekatinya. Dan aku hanya setakat tekan kerja saja. "jawab ku, bingung dengan tuduhan Vira.

“Tentu saja dia datang pada kamu. Kamu kan selalu kelihatan sempurna di mata semua orang. Dan kamu juga pasti menggoda nya kan? Bilang saja kau pun menyukainya. Ingat Lex aku tidak akan tinggal diam dengan semua ini,” ucap Vira sebelum memberi peringatan sebelum pergi meninggalkan Alexa sendirian.

Setelah hari itu, Vira mulai berubah. Ia tidak lagi menghabiskan waktu bersama ku. Vira berubah. Dia tak lagi meluangkan waktu denganku. Ia seolah menghindari ku dan membenciku teramat sangat.

Bahkan dikantor dia tidak pernah menyapa ku atau senyum terhadap ku. Ditambah lagi Jika Lee datang kemejaku mengajak berdiskusi. Vira pasti akan menyindir ku dengan ucapan ucapan tak baik.

Beberapa minggu kemudian, gosip mulai beredar. Rekan-rekan kerja bersikap dingin, bahkan ada yang menatapku dengan tajam. Aku bingung sekali, sampai akhirnya Maya, temanku, memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi.

“Kamu tahu tak, Lex? Vira bilang kamu perebut pacar orang. Katanya kamu sengaja menggoda Lee,” ujar teman ku dengan nada prihatin.

Aku terkejut. “Apa? Aku tidak pernah melakukan itu! Aku bahkan tidak punya hubungan apa-apa dengan Lee!”

“Tapi semua orang di sini percaya sama cerita Vira. Kamu tahu sendiri dia pandai berbicara,” lanjut temanku.

Alexa merasa hatinya hancur. Ia tidak percaya sahabat nya sendiri bisa menyebarkan fitnah seperti itu. Ia mencoba berbicara dengan Vira, tetapi sahabatnya itu hanya tertawa sinis.

“Lexa, kamu harus belajar menerima kenyataan. Tidak semua orang suka melihat kamu selalu menjadi pusat perhatian, ternyata orang orang bisa juga memperhatikan mu kerena membencimu. "ujar Vira dengan nada dingin tersenyum devil.

“Tapi aku tidak pernah meminta perhatian siapa pun, Vir. Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu,” jawab ku dengan suara bergetar menahan tangis.

“Terlambat, Lex. Kamu sudah merusak semuanya,” kata Vira sebelum pergi meninggalkan Alexa yang berdiri terpaku.

*********

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel