Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. Bukan Lucas?

Malam itu, akhirnya Lucas dan Kiana melakukan malam pertama mereka dengan penuh kepuasan. Lucas terkapar lemah di atas ranjang, tepat di samping tubuh Kiana. Kiana hanya tersenyum melihat sang suami yang nampak begitu kelelahan.

Cup.

Dikecupnya pipi suaminya yang sepertinya sudah terlelap ke alam mimpinya. Kiana merasa sangat bangga dan bahagia, sebab ia telah berhasil memberikan kesuciannya kepada suaminya, tepat di malam pertama pernikahan mereka.

Rupanya tak hanya Lucas yang merasa kelelahan, tetapi Kiana pun demikian. Akhirnya gadis cantik itu pun tertidur pulas karena didera oleh rasa lelahnya.

Tok, tok, tok.

Kedua mata Kiana segera terbuka lebar-lebar, begitu telinganya mendengar suara ketukan pintu yang cukup keras di pintu depan. Kiana segera terbangun dan melihat jam kecil di atas mejanya dengan perasaan heran.

"Aneh. Ini kan masih dini hari, tapi siapa yang datang di jam segini?" tanya Kiana keheranan.

Kiana beranjak dari tempat tidurnya, lalu bergegas mengenakan setelan piyama tidurnya. Akan tetapi, tak lama kemudian ia terlihat menoleh kesana kemari, seperti tengah mencari keberadaan seseorang.

"Lucas? Kemana dia? Kenapa dia nggak ada di sini?" Kiana mulai diliputi perasaan cemas.

Dengan tak adanya Lucas di sampingnya, otomatis membuat Kiana merasa sangat ketakutan. Karena ia masih merasa begitu asing di rumah mertuanya ini. Ditambah lagi dengan suara ketukan pintu yang cukup keras di depan sana, semakin memunculkan pemikiran yang tidak-tidak di benak Kiana.

"Bagaimana kalau ternyata itu adalah orang jahat? Bagaimana kalau orang itu ternyata adalah perampok sadis? Ya Tuhan, aku benar-benar takut. Kemana kamu, Lucas?" Kiana berdecak kesal dengan wajah ketakutannya.

Gadis itu terus berjalan mondar mandir berkeliling kamar, memikirkan setiap kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi di luar sana. Namun, seketika rasa takutnya pun perlahan menghilang, ketika ia mendengar suara suaminya di ruang depan.

"Huft, untunglah Lucas udah pulang." Kiana menghela napas lega.

Dengan raut wajah bahagia, ia pun segera beranjak untuk menghampiri sang suami yang sedang berada di depan sana.

"Kamu benar-benar sudah membuat aku ketakutan ya, Sayang. Setelah tadi malam kamu memporak-porandakan tubuhku, sekarang kamu pergi begitu saja tanpa membangunkan aku. Alhasil, aku jadi ketakutan dan memikirkan hal yang enggak-enggak tentang kamu." Kiana membuka pintu kamarnya dengan bersungut-sungut.

Cuaca di luar rupanya sangat buruk. Terdengar suara derasnya air hujan yang turun dan beradu di atap rumah. Seiring dengan suara lebatnya hujan di luar sana, bersamaan dengan itu pula muncul kilatan cahaya yang segera disusul dengan kerasnya suara gegelar guruh yang cukup membuat Kiana merasa ketakutan. Sebab sejak kecil ia memang merasa sangat ketakutan dengan gelegar suara guruh dan terangnya kilatan petir.

Kiana menutup kedua telinganya sebentar, begitu ia mendengar gelegar guruh itu. Wajah cantiknya benar-benar terlihat sangat ketakutan saat ini, tetapi ia tak boleh merasa takut lagi, karena saat ini Kiana bukan seorang anak kecil lagi. Ia adalah seorang gadis dewasa dan sudah menikah beberapa jam yang lalu.

Kiana terus berjalan menuju ke sumber suara suaminya itu berasal. Sesampainya di ruang depan, suara Lucas terdengar semakin jelas. Dengan raut wajah penuh kebahagiaan, Kiana segera berlari untuk menghampiri sang suami. Dimana saat itu ia melihat bahwa suaminya sedang asyik berbincang-bincang dengan kedua orang tuanya.

"Lucas, kamu …."

Dengan riangnya Kiana memanggil nama sang suami. Namun, seketika ucapannya terhenti, saat melihat keadaan Lucas saat ini. Bagaimana tidak?

Seluruh tubuh Lucas basah kuyup. Pakaian yang menempel di tubuhnya sudah rata dengan basahnya air. Bahkan Kiana bisa melihat dengan jelas, bagaimana lekuk tubuh atletis suaminya yang tercetak jelas dari balik kemeja basahnya itu.

Lengan kekar Lucas terpampang sempurna, begitu pula dengan otot perutnya yang six pack, serta dada bidangnya yang selalu membuat Kiana merasa nyaman bersandar di sana.

Namun, Kiana sama sekali tak mengerti kenapa suaminya itu bisa dalam keadaan basah kuyup seperti sekarang ini. Apa tadi Lucas pergi keluar rumah? Apa yang suaminya itu lakukan?

Lucas yang saat itu sedang asyik bercengkerama dengan kedua orang tuanya, seketika berbalik badan saat mendengar suara lembut sang istri yang lirih memanggil namanya. Pria tampan dengan wajah blasteran itu berjalan perlahan mendekati istrinya, dengan senyum memukau yang selalu menghiasi wajah tampannya tersebut.

"Sayang, kamu udah bangun?" tanya Lucas, begitu ia tiba di hadapan Kiana.

Kiana masih mematung tak mengerti dengan keadaan Lucas yang basah kuyup seperti saat ini. Suaminya itu tidak menceritakan hal apapun terhadapnya, dan tahu-tahu saat ini Kiana sudah melihat Lucas dalam keadaan basah kuyup. Tentu saja perasaan Kiana campur aduk melihat keadaan suaminya tersebut. Ia merasa heran, bingung, cemas, dan juga kesal, karena sebelumnya Lucas tidak berpamitan dulu kepadanya jika ingin pergi keluar.

"Kiana, kenapa kamu diam?" Lucas menautkan kedua alisnya, serta kedua tangan yang segera meraih pergelangan tangan sang istri.

Bagaikan mendengar dentuman suara atom yang begitu keras, Kiana tersentak kaget mendengar suara merdu suaminya yang baru saja menyapa indra pendengarannya. Dengan ekspresi wajah penuh keterkejutan, Kiana mengalihkan pandangannya, menatap sang suami yang ternyata kini sudah berada di hadapannya tanpa ia sadari.

"Lucas, kamu …."

Ucapan Kiana tercekat, karena entah kenapa ia merasa bahwa suaminya saat ini tak setampan suaminya tadi malam, saat mereka sedang bergelung mesra menikmati cinta di malam pertama. Namun, Kiana segera menggelengkan kepalanya dengan cepat untuk mengusir pikiran-pikiran aneh yang tiba-tiba saja menyerang otaknya. Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu tentang suaminya sendiri?

Lagi-lagi Kiana terdiam, dengan kedua matanya yang masih tetap tertuju pada sang suami. Penampilan Lucas saat ini benar-benar sangat menyedihkan. Rambutnya terlihat acak-acakan dan basah kuyup. Serta pakaiannya juga begitu basah, bahkan berada di dekatnya saja sudah membuat Kiana merasa kedinginan.

Melihat kondisi Lucas seperti itu, tentu saja langsung membuat Kiana merasa panik bukan main. Wanita cantik itu segera berlari ke dalam kamar, meskipun rasa sakit nan perih masih sangat terasa di antara kedua kakinya.

"Sayang, kamu mau kemana?" tanya Lucas kebingungan, karena melihat Kiana yang tiba-tiba berlari menjauh darinya.

Tak lama kemudian, Kiana datang dengan membawa handuk di tangannya. Sebagai seorang istri yang sigap dan cekatan, ia langsung mengarahkan handuk tersebut pada rambut Lucas. Lalu dengan penuh cinta dan perhatian, Kiana mengeringkan rambut suaminya itu dan meminta Lucas untuk segera berganti pakaian.

"Sayang, apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu basah kuyup begini?" Kiana masih terus bertanya, dengan kedua tangannya yang masih sibuk berada di atas kepala sang suami untuk mengeringkan rambutnya.

"Sebaiknya sekarang kamu cepat berganti pakaian. Aku nggak mau kalau sampai kamu sakit karena masuk angin," perintah Kiana, tanpa menunggu jawaban dari suaminya atas pertanyaannya tadi.

Kiana begitu sibuk dengan apa yang dikerjakannya, sampai-sampai ia tidak menyadari jika kedua mertuanya sudah berada di hadapan mereka saat ini.

"Kiana, sebaiknya kamu ajak Lucas istirahat ya. Kasihan, pasti dia sangat kelelahan," ujar Lia, ibu mertuanya.

"Baiklah, Ma. Kiana akan segera mengajak Lucas istirahat," angguk Kiana dengan patuh.

Kedua orang tua Lucas berjalan menjauh, sementara Kiana tetap melanjutkan aktivitasnya, yakni mengeringkan rambut Lucas. Namun, tiba-tiba saja Lucas merengkuh tubuh ramping Kiana dan mendekap sang istri dengan erat ke dalam pelukan hangatnya.

"Sayang, maaf."

Entah apa yang terjadi, tapi tiba-tiba saja terucap kata maaf tersebut dari bibir manis Lucas. Tentu saja kata-kata itu segera membuat Kiana menghentikan aktivitasnya. Ia kemudian menatap suaminya itu dengan perasaan keheranan sekaligus tak mengerti.

"Minta maaf? Tapi untuk apa, Sayang?" Kiana masih tak mengerti.

Lucas melepaskan pelukannya dan menangkup wajah cantik sang istri yang teramat dicintainya itu. Perlahan Lucas mendaratkan kecupan di kening Kiana dengan sangat lama, kemudian beralih menatap wajah cantik istrinya itu lagi.

"Maaf, karena aku baru bisa pulang sekarang, dan maaf juga karena tadi aku nggak sempat memberitahu kamu, kalau aku pergi." Lucas berkata dengan raut penuh sesal di wajahnya.

Kiana masih mematung tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh sang suami. Ditangkupnya rahang tegas yang terpahat sempurna di wajah Lucas, kemudian meminta supaya suaminya itu menjelaskan apa yang sebenarnya tadi.

"Memangnya ada apa? Katakan semuanya, Sayang?" desak Kiana, karena saat ini ia merasa bahwa perasaannya mulai tidak enak.

Lucas terlihat mengatur napas selama sekian detik, sebelum akhirnya ia meraih tangan Kiana dan mengecupnya dengan sangat dalam penuh cinta. Lucas kembali menangkup wajah Kiana, dan menceritakan alasan di balik baju dan tubuhnya yang basah kuyup seperti sekarang ini.

"Tadi malam aku mendapatkan telepon dari rumah sakit, karena ada seorang pasien gawat darurat yang sedang membutuhkan pertolonganku. Jadi aku langsung berangkat ke rumah sakit. Sebenarnya aku ingin memberitahu kamu, Sayang. Akan tetapi, kamu tertidur nyenyak sekali setelah acara pernikahan kita. Aku jadi nggak tega untuk membangunkan kamu. Karena itulah aku pergi begitu saja, tanpa izin terlebih dahulu sama kamu. Maafkan suamimu ini ya, Sayang." Lucas mengedipkan kedua mata dengan memasang wajah manisnya, berharap supaya Kiana mau memaafkannya.

Akan tetapi, alih-alih memberikan maaf kepada suaminya itu, Kiana justru terdiam seribu bahasa. Pikirannya berkecamuk kemana-mana, terlebih setelah mendengar penuturan Lucas barusan. Perasaan di hatinya semakin bertambah resah dan was-was.

"Mmm, dan maafkan aku juga, Sayang. Karena gara-gara hal itu, aku jadi belum bisa memberikan malam pertama untuk kamu. Sekali lagi maafkan aku ya," pinta Lucas penuh harap, yang seketika membuat jantung Kiana terasa berhenti berdetak.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel