Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2

Kelakuan Joni sungguh keterlaluan, dia bahkan sampai tega meniduri anak gadis orang dan tertawa ketika orangtua anak gadis itu menangkap dan memberi hukuman yang setimpal.

Joni sudah bersumpah tidak akan kembali lagi ke kota tersebut dan Lily berdoa bahwa dia berharap Joni akan kembali pulang, jika Joni benar-benar kembali pulang, maka akan muncul kehebohan ditengah masyarakat karena sebagian besar berpikir bahwa Joni telah lama meninggal. Tapi ada saatnya Will paling membutuhkan ayah kandungnya, dan saatnya sekarang bagi Joni membalas budi baik Bu Rosy karena sudah menyelamatkan nyawanya.

Bu Rosy berdiri diambang pintu kamar Will, cahaya dari lorong membentuk bayangan lembut diatas tempat tidur dan diatas tubuh putra nya yang sedang tertidur, meskipun sudah memiliki tubuh dengan tinggi seratus delapan puluh centimeter, John tetaplah anak kecil yang memiliki semangat dan gairah yang tinggi akibat hormon yang meledak-ledak, dalam banyak hal Will sangat menyerupai ayahnya. Terlalu tampan untuk dijabarkan dengan kata-kata. Rambut dan mata yang hitam. Tubuh tinggi dan langsing, dan memiliki senyuman maut yang mampu menarik perhatian semua gadis remaja di kota.

Tetapi bagaimana juga Will merupakan putranya, dia membesarkan putranya dengan penuh kasih , perasaan aman dan kekayaan yang tidak pernah dia dapatkan dari orangtua kandungnya dulu. Bu Rosy telah menanamkan ke dalam diri Will yang berharga, nilai kehormatan yang tinggi, keluhuran budi dan rasa kepedulian kepada oranglain yang tidak pernah dimiliki oleh Joni.

Didalam hati dan pikiran Bu Rosy, dirinya tidak akan pernah bisa memisahkan antara ayah dan anaknya. Sekarang setelah Will tumbuh menjadi tiruan sempurna dari seorang Joni, Bu Rosy menyadari betapa bodohnya dirinya karena berpikir bisa menyembunyikan tentang rahasia dari orangtua kandung Will untuk selamanya. Jika Sean tidak bertubuh tinggi dan berambut gelap juga, seseorang pasti menebak kebenaran itu jauh selamanya, mungkin hanya mungkin mereka akan memilih untuk tidak ikut campur jika itu benar terjadi.

Tapi itu sekedar kemungkinan, jika Bu Rosy bisa mengulang semua dari awal lagi apakah ia akan tetap berbohong pada Sean dan membiarkan pria itu percaya bahwa Will adalah putranya? Sekalipun Sean pernah menjadi pacarnya untuk waktu yang singkat ketika mereka masih anak-anak, tetapi Bu Rosy tidak mencintai pria itu. Terkadang Bu Rosy bahkan tidak yakin apakah dia mencintai Sean.

Orangtua mereka sudah lama berteman dan kedua keluarga merasa senang sekali saat berpikir bahwa keluarga Sean dan anaknya akan menyatukan kedua keluarga.

Dan bertolak belakang dari pengakuan Sean, Bu Rosy ragu jika pria itu pernah benar-benar mencintainya, Oh Sean memang menginginkannya, mengejarnya, menyingkirkan semua pria muda yang menunjukkan ketertarikan padanya, Sean ingin menikahinya, ingin memilikinya, ingin mengaturnya tapi tidak pernah mencintainya. Dan ketika Sean menyadari bahwa setelah memiliki Bu Rosy sebagai istri , Bu Rosy tidak pernah benar-benar menyerahkan diri seutuhnya kepada Sean, hasrat yang dirasakan pria itu perlahan berubah menjadi kebencian.

Bu Rosy berdiri didepan kamar Will dan mengawasi anaknya yang tertidur, sama seperti waktu ia berdiri disamping ayunan anak itu ketika masih bayi, sejak pertama kali Bu Rosy menggendong bayi itu dengan tangannya sendiri, bu Rosy sudah jatuh cinta dan tahu bahwa ia akan melakukan segalanya dengan tangannya sendiri untuk membuat bayi itu aman terawat dan bahagia, Tidak sekali pun selama empat belas tahun terakhir ia pernah menatap Will tanpa memikirkan mengenai Joni.

“Oh, kau wanita yang sangat licik” kata Sean kepadanya ‘kau berhasil meyakinkanku bahwa Will adalah putraku. Tapi aku seharusnya tahu lebih baik.

Aku seharusnya bisa menebak. Aku melihat bagaimana sikapmu terhadap anakitu, kau memujanya. Kau tidak mungkin memiliki perasaan yang sama jika anak itu adalah putraku, astaga setiap kali kau melihat Will kau pasti memikirkan Joni, iya kan?”

Rosy kemudian menyapu rambut yang jatuh dikening Will “ya Tuhan, jangan biarkan dia mengingat apa yang terjadi pada kematian Sean” bisiknya “biarkan kenangan itu terkubur selamanya, meskipun aku harus menghabiskan sisa hidupku di dalam penjara, aku tetap rela, LIndungilah Will, Hanya dia yang terpenting.”

Tempat pemakaman itu terlihat gelap dan sunyi. Cahaya bulan menyebar di sekeliling batu nisan yang terukir dengan indah diatas kuburan yang masih baru, yang dipenuhi oleh hiasan bunga ucapan belasungkawa, John satu-satunya putra sang Ibu tapi bukan satu-satunya putra sang ayah. Cerdas, tampan dan menarik,

Pria yang dicintai dan dipuja dan diidamkan, Sean memiliki kemampuan menaklukan dunia, layaknya berkat dari Tuhan, tapi Sean malah menyia-nyiakan berkah itu seolah hal itu tidak ada artinya sama sekali. Pria itu menuntut terlalu banyak hal tanpa memberi balasan sedikit pun.

Sesosok tubuh yang diliputi bayangan berlutut, tangannya yang terbungkus sarung tangan mengelus batu nisan. Indah tapi dingin dan keras. Persis seperti Sean.

Sean, yang dikenal sebagai orang yang dilimpahi pesona dan tahu bagaimana menggunakannya, tapi justru menjadi orang yang tidak berguna, Sean yang memiliki semua hal yang dinginkan semua pria, tapi tidak cukup pintar untuk menghargainya, justru dengan sombongnya telah menyia-nyiakan bakat dari Tuhan tersebut.

“Kau adalah ba***an tengik yang menyedihkan! Aku senang sekali mendengar kau mati! Kau dengar aku? Aku senang sekali kau mati?”

Sosok itu bangkit dari tanah dan menoleh ke sekeliling, mengira-ngira apakah ada yang melihatnya datang berkunjung ke makam orang tercintanya pada tengah malam.

Semua akan baik-baik saja selama Will tidak mengingat apa yang terjadi hari itu, Jika ingatan anak itu kembali, maka dia dengan tidak segan akan menghabisinya dengan cara apapun juga, demi kebaikan semua orang khususnya bagi semua orang yang pernah terlibat dalam pembunuhan ayahnya dulu, mungkin anak itu cukup beruntung dan tidak akan pernah bisa mengingat siapa pembunuh ayahnya.

Ayahnya! Hah! Tidak seorangpun apalagi Sean, yang pernah menduga Will adalah anak pria lain. Dan bukan pria biasa melainkan anak dari Joni. Bagaimana perasaan Sean, saat menyadari bahwa anak yang dibesarkannya bagaikan anak kandung sendiri, anak yang menyandang namanya dan memanggilnya ayah ternyata adalah anak dari pria yang paling di bencinya.

Ironis. Pembalasan yang paling sempurna, apa yang kau tanam, itulah yang kau petik. Apakah Joni, yang jiwanya telah terbakar dineraka, akan menyambut Sean ketika pria itu tiba disana? Apakah Joni menyunggingkan senyuman mautnya itu kepada Sean dan mentertawai kemenangannya?

Gelak tawa lembut dan tertahan terdengar dari sayup di antara embusan angin malam, sesosok itu meludahi kuburan Sean, berbalik dan berjalan menjauh menuju ke pintu gerbang pemakaman.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Nantikan di bab selanjutnya…stay tuned

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel