Pustaka
Bahasa Indonesia

Kebekuan Hati

58.0K · Tamat
celine lam
55
Bab
236
View
9.0
Rating

Ringkasan

Sean sang artis ditemukan tewas mengenaskan . hampir separuh penduduk mengetahui kabar berita ini, termasuk mantan istri dan anaknya. sementara di sisi lain, Joni meninggalkan kota itu sepuluh tahun yang lalu dan bersumpah tidak akan pernah kembali, namun sekarang dia menerima sebuah surat dari anaknya yang membutuhkan bantuannya di kota itu. Akankah Joni akan kembali ke kota masa lalu nya berada?

MetropolitanPerselingkuhanRevengeOne-night Standbadboypembunuhanpetarung

BAB 1

Suara sambaran petir untuk sejenak membuat kata-kata pendeta tidak terdengar, sejenak Lily menoleh ke Bu Rosy yang berdiri bangga di sisi Will dan menyadari cara anak itu memegang paying hitam besar diatas kepala ibunya, melindungi, menjaga. Di usianya yang ke empat belas tahun, anak itu memiliki kaki dan tangan yang panjang, dia juga memiliki mata yang tajam mirip sekali dengan ayahnya.

“dari abu kembali menjadi abu. Dari debu kembali menjadi debu.” Begitulah yang diucapkan pendeta Podiman yang sama sekali tidak memperdulikan cuaca yang buruk dalam acara pemakaman tersebut. Saat dia memberikan wejangan terhadap semua orang yang memiliki kepedulian khusus terhadap almarhum.

Kilatan cahaya Nampak membelah langit diatas mereka, beberapa wanita Nampak terkesiap dengan keras. Dengan tubuh gemetaran dan wajah pucat, Merry berteriak dan maju mendekati liang lahat, seolah berniat menjatuhkan diri ke dalam peti mati.

Merry cukup membuat malu didepan banyak orang dengan membuat pertunjukkan yang sebenarnya tidak perlu, bukankah sudah cukup mendengarkan ungkapan kemarahan pada saat upacara pemakaman, tanpa harus menyaksikan lagi luapan kedukaan yang berlebihan?

“Oh abang aku sangat mencintaimu” merry berkata diatas peti mati kakaknya, “kau tahu aku mencintaimu, kumohon kakakku, kumohon kembalilah, jangan tinggalkan aku”

Jimmy Nampak melangkah kedepan dan menyelipkan lengannya di seputar pinggang anak tirinya itu, kemudian pria itu menariknya kebelakang untuk sekali lagi didudukkan diantara dirinya dan ibu gadis itu, Merry dengan cepat berbalik dan menutupi wajahnya di dada Jimmy, lalu terisak dengan keras.

Lily menyadari kesedihan di wajah Bu Rosy dan tahu betapa besar keinginan wanita itu untuk menenangkan mantan adik iparnya itu. Tapi karena keadaan mereka sekarang, tidak pantas jika tersangka pembunuhan menawarkan pelukan sayang kepada adik almarhum, sangat tidak adil bagi Bu Rosy apabila sampai ditahan, karena wanita baik hati itu tidak pernah melakukan hal yang buruk dalam hidupnya.

Hujan terus berlanjut, bahkan tambah deras selama acara pemakaman berlangsung, Angin yang hangat dan lembap bertiup ke arah tenda yang dimana semua sanak keluarga dari almarhum berkumpul. Lily berdiri bersama Bu Rosy dan Will persis diluar naungan pelindung itu. Ketika Will diminta untuk bergabung dengan keluarga Ayahnya, anak itu menolak dan tetap bertahan dengan setia di samping ibunya.

Lily tahu orang-orang akan mengatakan bahwa hari ini merupakan hari yang buruk untuk pemakaman, beberapa orang bahkan tengah mengisyaratkan bahwa hari ini surga tengah berduka meratapi kematian dari Sean. Padahal itu tidak mungkin, Ia mengganggap bahwa cuaca yang buruk mencerminkan kehidupan Sean yang buruk, membosankan, gelap, dingin dan hancur. Bajingan menyedihkan itu tidak pantas dikebumikan dalam cuaca terang dan cerah. Justru jika hari dan acara ini memang tulus diadakan dipersembahkan untuk Sean, maka setan pun akan keluar dari neraka dan membawa api serta belerang untuk membakar tanah tempatnya dikubur. Kemudian malaikat maut secara pribadi akan mengawal jiwa Sean yang penuh dosa langsung ke neraka paling dalam.

‘Ketika acara pemakaman selesai dan para pelayat mulai membubarkan diri, lengkingan serta teriakan dari Merry menghentikan langkah kerumunan yang hendak pulang itu. Lily kemudian menoleh dan melihat pada saat Jimmy dan kepala polisi menahan kedua lengan adik perempuan Sean itu. Merry melawan mereka layaknya orang gila, matanya yang melotot menoleh ke segala arah.

Edy menganggukkan kepalanya, setiap helai dari gulungan rambutnya yang tidak tersentuh oleh lembapnya udara. Pria itu menoleh acuh terhadap putrinya yang histeris, kemudian menghujam Rosy dengan tatapan tajamnya. Tatapan menuduh yang diberikan kepada mantan menantunya itu tidak menyiratkan peringatan. Lily berpikir bahwa orang-orang tidak menyadari arti dari tatapan itu.

Mereka terlalu sibuk mengawasi Merry yang terus menendang dan berteriak saat akan diseret dari sisi liang lahat. Dugaan menakutkan membuat tubuh kurus Lily gemetaran. Lily tahu bahwa kekuasaan besar dari keluarga itu cukup untuk melawan kekuasaan yang dimiliki oleh keluarga Rosy.

Bu Rosy kemudian mengulurkan tangan dan menyelipkan tangannya di lengan lily lau menatapnya dengan sorot memohon, Bu Rosy memperingatkan bahwa tidak peduli apapun yang terjadi, tidak peduli seberapa rumit masalah ini nantinya, tidak ada satu hal yang penting kecuali melindungi Will.

“Ayo kita pulang”Kata bu Rosy, lalu menoleh kepada anaknya “Apa kau mau mengucapkan selamat tinggal kepada nenekmu sebelum kita pergi?”

“tidak ada hal yang akan kukatakan kepada nenek selama dia terus memperlakukan mama seperti itu”

Bu Rosy tidak pernah merasa bangga seperti saat ini kepada Will. Seorang remaja yang beranjak dewasa, sebagian diri Will memang masih anak-anak tetapi sikap menyayangi dan melindungi yang ditunjukkan kepada Bu Rosy bisa menggambarkan akan menjadi pria seperti apa Will di masa depan. Ibunya membesarkannya untuk menjadi seorang pria yang baik dan terhormat.

Lily kemudian menutup payungnya dan masuk ke kursi belakang, ketika mereka sampai dirumah Lily akan menyeduh seteko kopi untuk mereka dan menyiapkan makan siang yang ringan. Sejak kematian Sean, Bu Rosy memang jadi tidak banyak makan, bahkan porsinya hampir tidak bisa membuat seekor burung bertahan hidup. Dan hal itu bukan hal yang mengherankan, mengingat betapa cepatnya wanita itu dijadikan tersangka utama pembunuhan tersebut. Bahkan selera makan Will yang biasanya besar, kini telah menurun sejak lima hari terakhir, sejak mereka mengetahui status tersangka itu.

Semakin besar upayanya menghalau kenangan buruk itu, semakin nyata terbayang seperti mimpi buruk yang akan terus berulang dan sama sekali tidak bisa dikendalikan.

Mereka pun pulang, menjauh dari area pemakaman, melalui sebuah taman kemudian melintasi jembatan dan lurus melalui jalan utama. Pandangan mata Lily terpaku pada pintu gerbang taman yang sudah berkarat, tempat yang dulu pernah menjadi area bermain anak-anak ketika dirinya masih kecil. Lily pernah tinggal di dekat area tersebut dan bermain dengan anak-anak sebayanya, bahkan karena seringnya Lily bermain disana sampai mendapat seorang teman akrab bernama Sherly.

Lily dan Sherly termasuk kedalam golongan penghuni kelas kumuh karena pada waktu itu keadaan ekonomi mereka termasuk golongan ekonomi menengah kebawah. Dan hingga hari ini dia masih menyalahkan dirinya sendiri atas kekejaman dan amarah yang tumbuh dalam diri Sherly akibat keinginan untuk melepaskan diri dari kemiskinan dengan cara apapun yang dia bisa.

Joni merupakan anak yang paling nakal di area tersebut. Penduduk setempat tidak hanya merendahkan Joni, mereka membencinya juga. Anak itu sama sekali tidak peduli dengan keangkuhan mereka dan berulang kali membuat masalah dengan mereka, sudah banyak kenakalan yang diperbuat oleh Joni di area tersebut sehingga membuat orang-orang menjadi malas kalau bertemu dengan dirinya.

Bagaimana kelanjutan ceritanya?

Nantikan di bab selanjutnya…stay tuned.