BAB. 9 SINGA GALAK
'Ya ampun sudah hampir jam tiga, lama juga aku tidur sambil duduk,' batin Adyt.
"Ya sudah kamu pulang sekarang aja, ajak sekalian Adysnya," kata Emi, sambil melangkah ke luar ruangan.
"Ya, Kak" Adyt mengantar Emi ke ambang pintu.
"Sari, minta Adys datang ke ruangan saya!" perintahnya pada Sari, lalu berbalik masuk lagi ke dalam ruangannya, tanpa menunggu jawaban Sari.
'Kenapa Adys jadi seperti begitu penting buat Adyt,' pikir Sari.
Suara pintu terdengar diketuk.
"Masuk"
Adys masuk ke dalam, ia berdiri di tengah ruangan Adyt.
"Bapak memanggil saya?" Tanyanya.
"Ganti bajumu sekarang" perintah Adyt.
"Hah..ini masih jam kantor pak saya ma..."
"Ini kantor saya, kamu harus menuruti perintah saya, jadi sekarang juga ganti baju kamu, lalu kembali lagi ke sini" Adyt menegakkan duduknya, matanya tajam menatap Adys, tapi suaranya terdengar berbeda karena flu.
Iiihhhhh...dasar bossy...menyebalkaaaaannn, rasanya ingin sekali Adys melempar bossnya itu dengan sepatu kets yang dipakainya.
"Ngapain bengong cepat ganti bajumu dan kembali ke sini tidak pakai lama" perintah Adyt mulai tidak sabar.
Tanpa suara Adys berbalik lalu ke luar ruangan Adyt.
Mulutnya menggeram marah....huuuuuhhh.....menyebalkaaann.
Tapi tetap saja Adys melaksanakan perintah Adyt karena tidak mau ribut.
"Kok ganti baju dys...mau pulang cepat? Kamu sakit? Aku antar ya?" Cecar Ikbal saat melihat Adys sudah mengganti seragamnya dengan bajunya sendiri.
Adys bingung ingin jawab apa.
"Nggak usah mas, aku nggak apa-apa kok, aku duluan ya" cepat Adys menyelempangkan tasnya di bahu lalu beranjak pergi.
Saat Adys tiba di depan ruangan Adyt, Adyt tengah menutup pintu.
"Lama banget siih" gerutunya. Adys diam saja.
"Ikuti saya" perintahnya.
Adys mengekor di belakang Adyt.
"Sari saya pulang duluan" Adyt bicara sebentar ke Sari yang berdiri dengan hati penuh tanya, ada apa antara Adyt dan Adys.
"Ya pak" jawab Sari matanya menatap penuh permusuhan ke Adys.
***
Adyt membawa Adys ke sebuah butik. Memilihkan dua lembar dress dan dua stel kemeja plus celana panjangnya juga dua flat shoes.
"Untuk apa?" Tanya Adys.
"Coba saja" perintah Adyt.
Adys malas berdebat kalau di depan orang, jadi menurut saja apa yang diperintahkan.
Adyt manggut-manggut saja setiap Adys mencoba baju pilihannya.
"Bungkus" ucap Adyt setelah semua dicoba.
"Yang terakhir jangan dilepas" katanya saat Adys ingin masuk ke ruang ganti untuk mengganti kemeja dan celana yang dipakainya.
"Ngapain beliin aku baju?" Tanya Adys dengan nada kesal.
"Diamlah aku harus konsentrasi menyetir" jawab Adyt tanpa ekspresi.
Adyt memarkir mobilnya kesalah satu studio foto.
"Mau ngapain?" Tanya Adys heran.
"Turunlah..jangan banyak bertanya" jawab Adyt judes.
"Kalau nggak dijawab aku nggak mau turun" ancam Adys kesal.
"Turun atau aku cium" Adyt balik mengancam dengan tubuh di majukan mendekati Adys.
Adys mengkerut ketakutan, tak bisa bergerak karena safety belt masih mengunci tubuhnya. Adyt melepas safety belt Adys.
"Turunlah" katanya melembutkan suaranya.
Adys akhirnya menurut juga. Ternyata mereka membuat pas photo untuk surat nikah. Setelah selesai kembali ke mobil.
Di dalam mobil.
"Tunjukan di mana rumah pak RW"
Adys menatap Adyt.
"Ini sudah di luar kantor pak, Bapak nggak bisa main perintah sama saya, bilang tolong kalau minta sesuatu" cerocos Adys jengkel.
"Enggak usah banyak protes, tunjukan saja di mana rumah pak RW" kata Adyt dengan nada tinggi karena merasa dibantah terus oleh Adys.
Kedua tangan Adys terkepal, rasa kesalnya sudah diubun-ubun.
"Bisa nggak kalau ngomong nggak pakai urat pak" jawabnya kesal.
"Bisa kalau yang diajak ngomong kalem nggak kaya singa seperti kamu" jawab Adyt tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.
"Apa Bapak bilang, saya singa?" Teriak Adys marah.
"Kalau kamu nggak singa ya sudah, tunjukan saja dimana rumah pak RW"
Adyt menjawab dengan cueknya membuat Adys makin kesal dan memasang wajah cemberut.
"Jangan cemberut, cepat tua" suara Adyt memecah keheningan diantara mereka.
"Tunjukan di mana rumah pak RW!" Perintah Adyt.
"Bilang tolong dulu" jawab Adys dengan suara marah.
Adyt menghentikan mobilnya ditepi jalan, menatap Adys dengan mata dipicingkan.
Hmmmm bisa ngambek juga ternyata singa galak ini batin Adyt.
Adyt mendekatkan wajahnya ke wajah Adys membuat tubuh Adys mengkerut, kejadian subuh tadi masih diingatnya, bekasnya masih terasa di bibirnya, padahal bibir mereka hanya saling menempel, bagaimana kalau sampai dicium mungkin nggak bisa tidur berhari-hari batinnya.
"Tunjukan atau aku cium" ancamnya.
"Iyaaaa...minggir" Adys menolakan dada Adyt agar menjauh.
"Jalan terus, rumah pak RW dekat pertigaan, yang ada kios dan bengkel motornya" jawab Adys.
"Apa susahnya sih jawab gitu aja pake muter-muter segala, ngarep dicium beneran ya" kata Adyt dengan nada sinis.
Mata Adys langsung bersinar marah.
"Maraahh..dasar singa" Adyt ingin menstarter mobilnya tapi urung karena Adys meninju kuat lengannya.
Bukan Adyt yang kesakitan tapi Adys yang berteriak kesakitan sambil memegangi punggung tangannya.
"Aduuuh..lengan bapak daging apa baja sih" tanyanya sambil meringis.
"Menurutmu?" Tanya Adyt cuek sambil menyalakan mobilnya.
"Baja kali" tanpa sadar Adys meraba pangkal lengan Adyt yang habis ditinjunya.
Keras,kokoh persis baja.
"Kenapa menghayal dipeluk tangan saya?" Itu sebuah godaan atau sindiran Adys tidak bisa menangkap maknanya, tapi yang pasti itu membuat pipinya memerah.
"Iiih..siapa yang mau dipeluk orang sombong seperti Bapak...ogah" jawab Adys sambil mengalihkan pandangannya kedepan.
"Itu rumahnya..stop" teriak Adys.
"Nggak usah teriak, aku nggak tuli" omel Adyt.
Mereka sudah duduk dihadapan pak RW.
"Bisa tolong ceritakan kronologi kejadian subuh tadi nggak pak, saya penasaran pengen tahu apa yang terjadi sebelum penggerebekan" pinta Adyt.
"Menurut cerita pak Salim yang punya warung teh dan gorengan diseberang panti, sore kemaren saat melihat mobil mas Adyt masuk kepanti warga yang berkumpul makan gorengan disitu pada ngomongin kalau mas Adyt sering terlihat masuk ke panti".
Pak Rw menarik nafas sesaat.
"Pak Salim coba menjelaskan kalau mas Adyt itu yang punya proyek pembangunan panti, tapi pas warga yang ronda melihat mobil mas Adyt masih ada didepan panti langsung berniat mengintip kedalam kamar lewat angin-angin diatas jendela, saat itu mereka melihat Sekar tidur satu ranjang dengan mas Adyt, warga langsung marah dan mendobrak pintu" cerita pak RW.
Adys menunduk dalam, menyesali kecerobohannya yang tertidur di ranjang yang sama tempat di mana Adyt tidur, setelah Adys tidak tidur semalaman karena harus menjaga Adyt yang demam.
"Ada warga yang menelpon saya, ada yang langsung menelpon penghulu dan wali hakim, makanya kalian langsung bisa dinikahkan" pak RW mengakhiri ceritanya.
"Itu kesalah pahaman pak, saya dan Adys tidak ada hubungan apa-apa dan tidak melakukan apa-apa" kata Adyt.
"Saya percaya mas, saya minta maaf tidak bisa mencegah warga untuk menikahkan kalian, mungkin seperti inilah caranya jodoh kalian dipertautkan,meski kalian menikah dengan cara seperti ini dan mungkin tidak saling mencintai tapi saya tetap doakan semoga kalian bahagia" kata pak RW.
Adyt mengangguk.
"Baiklah pak, terima kasih banyak atas penjelasannya, ini berkas-berkas yang Bapak minta untuk pengurusan buku nikah kami, sekali lagi terimakasih, kami permisi dulu pak" Adyt pamitan dengan menyalami pak RW diikuti Adys.
Liat saja Adysti aku akan bikin perhitungan denganmu.
Karena kamulah kawin paksa yang memalukan ini terjadi gumam Adyt dalam hatinya.
***bersambung***
