Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 10 MAK COMBLANG CILIK

Adyt memutar mobilnya.

"Kok berputar, ke panti lurus," protes Adys.

"Kita ke rumah Oma."

"Ada apa?"

"Anak-anak ingin bertemu kamu."

"Tapi saya perlu mandi."

"Nanti mandi di sana."

"Saya nggak bawa baju."

"Tadi sudah saya belikan baju."

"Oh iya ... tapi saya perlu ganti, eehh ... itu ...."

"Ganti itu apa?"

"Anu ...."

"Anu apa?"

"Eeh itu ... dalaman."

"Dalaman apa?"

"Baju dalaman!"

"Iya apa?"

"Ya ampuuunnn! behe sama cidi!"

"Beha sama cidi? Ooh ...."

Adyt membelokan mobil kesebuah toko pakaian, di pinggir jalan.

"Turun!"

"Buat apa?"

"Katanya perlu underwear "

Adys turun dari mobil.

Mereka masuk ke dalam toko itu.

"Dalaman wanita di mana?" Tanyanya pada pramuniaga.

"Ooh di sana," pramuniaga menunjuk ke arah kanan.

Adys bingung sendiri, melihat Adyt tidak risih memegang-megang dalaman wanita.

"Berapa ukurannya?" Tanyanya membuat pipi Adys merona.

'Aduuh kenapa sih nggak minta aku memilih sendiri,' gumam hati Adys.

"Adys! Kamu mendengar pertanyaan saya?" Adyt menatap Adys, ia tidak sabar karena Adys tidak menjawab pertanyaannya.

"Eeh" Adys mengambil satu set underwear warna hitam.

"Ini ukurannya," jawabnya, berharap yang dipilihnya yang diambil Adyt.

Adyt melihat nomernya, lalu menatap dada Adys dengan seksama.

"Kenapa?"  Tanya Adys garang. Bibir Adyt tersenyum sedikit.

"Badanmu kecil tapi kenapa dalamanmu ukurannya besar, nggak salah?" Kata Adyt dengan nada mengejek.

"Nggak!" jawab Adys sengit.

Adyt meletakkan yang warna hitam, lalu mengambil enam set berwarna merah, hijau, kuning, biru, ungu, dan pink, hal itu membuat Adys ternganga.

"Ngapain banyak-banyak?" Protesnya.

"Tanggung kalau cuma beli satu," jawab Adut, asal saja sambil menyerahkan pilihannya ke pramuniaga, yang melayani mereka.

"Tapi aku nggak suka warna yang begitu!" protes Adys lagi.

"Aku suka," jawab Adyt.

"Kalau begitu Bapak saja yang pakai!" sengit Adys.

"Oke nanti saya yang pakai, kalau kita berduaan di kamar," jawab Adyt sambil melangkah pergi, Adys ternganga tak percaya..

'Itu tadi, dia bicara, ingin bercanda, atau apa?' Tanya Adys dalam hatinya.

Adyt mengambil selembar handuk warna biru.

"Berapa semua?" Tanyanya.

Kasir menyebutkan nominal yang membuat Adys terpana.

Setara dengan satu bulan gajinya, hanya untuk enam set dalaman, plus satu handuk.

***

Dari toko sampai memasuki komplek perumahan Tiara, mereka hanya diam saja.

"Loh, Pak, itukan rumah Bu Tiara, kenapa dilewati!" protes Adys.

"Kamu mau mandi'kan?" Tanya Adyt.

"Iya," Adys mengangguk.

"Mandi di rumah saya" kata Adyt sambil membelokan mobi, ke sebuah halaman rumah yang pagarnya baru dibukakan satpam .

"Rumah Bapak?" Tanya Adys.

"Rumah orang tua saya," jawab Adyt.

Adyt tidak memasukan mobil ke dalam garasi, ia hanya memarkir di depan teras rumah, karena akan dipakai lagi ke rumah omanya.

Adyt mengambil tas belanjaan Adys di jok belakang.

"Turun!" Perintah Adyt.

Adys menurut, ia mengamati rumah Adyt yang sangat besar, dan mewah. Ada taman dengan air mancur di tengah halaman yang sangat luas.

"Ayo masuk." Adyt menarik tangan Adys, tangan mereka bersentuhan hanya sesaat, lalu dilepaskan lagi oleh Adyt.

"Bik Irah, Mamah, Papah sudah ke rumah Oma?" tanya Adyt pada asisten rumah tangga, yang membukakan pintu.

"Sudah dari lepas Ashar tadi, berangkatnya Mas" jawab Bik Irah.

"Ooh ya, ini temen saya, namanya Adys mau numpang mandi, tolong antarkan ke kamar tamu ya," pinta Adyt.

"Kenalkan saya Adys" Adys mengulurkan tangannya pada Bik Irah.

Disambut Bik Irah dengan menyebut namanya juga.

"Tolong dibantu ya, terima makasih," kata Adyt, sambil menyerahkan tas belanjaan Adys ketangan Adys, lalu melangkah pergi masuk ke kamarnya tanpa bicara pada Adysti.

'Itu bisa bilang tolong dan terimakasih, coba kalau di kantor semanis ini, aku pasti suka ... eee ... apa? Aku bisa suka sama dia, noooo ... tidaaaaakkk!'

   Bik Irah mengantarkan Adys ke kamar tamu.

"Bik, Pak Adyt kalau di rumah memang lemah lembut begitu ya kalau bicara?" Tanya Adys penasaran dengan sikap Adyt yang berbeda, saat di kantor dan di rumah.

"Ya begitu Mbak, sopan santun, meski jarang bicara," jawab Bik Irah.

"Ooh ... memang jarang bicara ya. Bisa pinjam mukena nggak Bik, mau sholat maghrib habis mandi."

"Ooh ada" Bibik membuka pintu lemari, lalu menyerahkan sajadah, dan mukena ke tangan Adys.

"Arah Kiblatnya ke sana ya, Mbak" si Bibik menunjuk ke arah jendela.

"Ooh ya, terima kasih, saya mau mandi dulu."

"Silakan, saya ke luar dulu ya."

 Selesai mandi, dan sholat, Adys ke luar kamar dengan memakai gaun yang dibelikan Adyt, yang ia sendiri tidak tahu berapa harganya, tepat saat itu Adyt juga keluar dari kamarnya. Adyt tampak santai dengan kaos oblong abu-abu muda, dan celana pendek hitam. Wajahnya keliatan rileks tidak kaku seperti biasanya.

"Barang-barangmu bawa sekalian!" perintah Adyt.

Adys kembali ke kamar, mengambil tas belanjaan, juga baju yang tadi sudah dipakainya.

"Sudah?"

"Ya"

"Bik kami pergi" panggil Adyt

 Bik Irah keluar dari belakang.

"Terima kasih ya bik" ucap Adys.

"Sama-sama Mbak" jawab Bik Irah. Adyt sudah masuk ke mobil, disusul Adys.

Sampai di rumah Tiara, baru saja Adys menjejakan kakinya, turun dari mobil yang diparkir Adyt di halaman, E-Bi sudah menyerbunya.

"Tanteee! Uncleeee!" teriak mereka. Safira mengangkat tangan, minta Adyt menggendongnya, begitu pula Andri. Mudah saja Adyt menggendong keduanya, di kiri kanan lengannya.

Satria, dan Arjuna menarik dua tangan Adys, masuk ke dalam rumah .

"Uncle ma Tante lama benel balu campe!" gerutu Safira.

"Uncle sama Tante baru pulang kerja, terus mandi dulu, sholat maghrib dulu, Fira sama Andri sholat nggak?"

"Fia colat, Ayah pakaikan bunda cama Fia mukena, Abang pacang calung ma peci na cendili," cerocos Fia.

"Abang pinter dong pasang peci sama sarung sendiri" kata Adyt.

"Fia juga pintel, tapi kata Ayah, Ayah cayang bunda cama Fia jadi dipacangin ma dilepacin cama Ayah mukenanya," jawabnya.

"Bunda masa mukenanya masih dipasang, dan dilepaskan Ayah, Bunda kan sudah gede?" Tanya Adyt.

"Ayahkan cayang Bunda, cepelti Uncle cayang Tante Adys" jawabnya polos.

"Siapa yang sayang Tante Adys Fi?" Tanya Emi.

"Uncle!" jawab Fia dan Andri berbarengan, sambil jari mereka menunjuk ke arah Adyt.

"Hahahaha ... ini bocah-bocah, kayanya mau nyomblangin kamu sama Adys, Dyt" goda Emi.

"Jangan mulai deh, Ka" protes Adyt.

Emi tertawa.

"Adys cantik kok, poles saja sedikit pasti kinclong kaya Aunty Sekar dulu" Emi tak mau berhenti menggoda.

"Kak, nggak enak sama Opa" mohon Adyt, agar Emi berhenti menggodanya, karena tidak enak kalau kedengaran opanya.

Adyt masuk ke ruang tamu, dengan dua bocah dalam gendongannya.

"Andri sini sama Papah, kasian Unclenya cape, baru pulang kerja" Andrew meraih Andri agar pindah ke dalam gendongannya.

"Andrea ada syuting lagi, Dyt?" Tanya Andrew.

"Iya Opa, lusa juga dia mau syuting layar lebar di Bali, dan lombok untuk beberapa bulan" jawab Adyt.

"Punya pacar artis harus kuat mental ya, Dyt" kata Andrew lagi.

"Iya Opa" jawab Adyt singkat, sambil duduk memangku Safira yang lengannya melingkar manja di leher Adyt.

    BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel