Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 8 RASA BERSALAH

Sampai di rumah, Adyt memarkir mobilnya di dalam garasi, lalu ke luar dari pintu yang menghubungkan garasi, dengan taman. Teras kamarnya ada di taman, jadi Adyt tidak perlu masuk ke dalam rumah untuk ke kamarnya.

Adyt langsung masuk kamar mandi, ia berendam dengan air hangat. Pikirannya terasa buntu, perasaannya tak menentu.

Adyt menyudahi berendamnya, saat terdengar azan subuh dari masjid komplek.

Selesai salat subuh, Adyt tidak dapat menahan kantuk, hingga tertidur. Gedoran di pintu mengagetkannya.

"Uncleeeeee, banguun!" teriakan dari luar pintu sungguh memekakan telinga.

Adyt membuka pintu.

E-Bi langsung merangsek masuk, naik ke atas ranjang Adyt, melompat-lompat ceria di sana.

"Hati-hati jatuh!" Adyt mengingatkan.

"Uncle nggak ke kantol?" Tanya Satria.

Adyt melihat jam didinding 09.15.

'Aku kesiangan!' 

Cepat Adyt masuk kamar mandi, tidak didengar lagi celotehan E-Bi.

"Uncle mau ke kantol?" Tanya Safira, saat Adyt memakai baju kerja, lengkap dengan dasi, dan jas.

"Iya Sayang" jawab Adyt.

"Ikuuuuttt!" teriak E-Bi

"Uncle kerja, bukannya mau jalan-jalan." Adyt memasang kaos kakinya.

"Iiikuuut yaa Uncle," rayu Safira yang menggelendot di lengan Adyt, yang sudah selesai memasang sepatu.

"Mau apa ikut ke kantor?" Tanya Adyt sambil mengecup pipi Safira.

"Mauuu ...." Safira bingung menjawab.

"Mau temu Tante Adys!" jawab Andri.

"Heeh betul!" sahut yang bertiga.

"Tante Adysnya harus kerja" jawab Adyt.

"Eenghhh ... mau maen cama Tante Adys," rengek Arjuna.

"Ya sudah begini saja ya. Nanti sore, Uncle janji, bawa Tante Adys ke rumah Andri. ari ini kita semua makan malam di sana," bujuk Adyt.

"Benel ya Uncle, jangan boong, kata Mamah boong doca!" kata Andri.

"Iya janji." Adyt mengangkat dua jarinya.

Adyt melangkah ke luar, diikuti E-Bi. Di ruang makan, berkumpul Tiara, Emira, dan Sekar, Emi, dan para Ayah tampaknya sudah berangkat ke kantor.

"Pulang jam berapa tadi malam, sampe kesiangan," tanya Emira.

"Lupa lihat jam, waktu sampai rumah, karena mengantuk, jadi langsung tidur." Adyt duduk menghadapi nasi goreng yang disodorkan mamahnya.

"Ke mana sih?" Tanya Emira.

"Ketemu teman-teman jaman kuliah dulu, keasyikan ngobrol lupa waktu." Adyt terpaksa berbohong.

"Ya sudah, sarapan dulu."

"Bunda, Bunda, kata Uncle malam ini Uncle bawa Tante Adys ke lumah Oma," cerocos Satria.

"Bener, Dyt?" Tanya Tiara.

"Iya benel Mam, Uncle cudah janji." Andri mengangkat dua jarinya persis Adyt tadi.

"Ini bocah-bocah memaksa mau ikut ke kantor mau ketemu Adys katanya, dari pada mereka yang ke sana, mending Adysnya yang aku bawa ke rumah Oma nanti malam."

"Jangan bilang kamu mulai perhatian sama Adys ya." Emira mengingatkan.

"Enggak lah Mah," jawab Adyt singkat.

'Dan itu tidak akan pernah terjadi. Kalau dia tidak berminat sama aku, aku juga tidak berminat dengan gadis seperti dia,' batin Adyt.

Adyt mengambil kartu keluarga, yang disimpan di lemari kecil, di ruang tengah secara diam-diam. Sebelum ke kantor, Adyt mampir dulu ke rumah pak RT, untuk minta surat pengantar.

"Surat pengantar apa, Mas Adyt?" Tanya pak RT.

"Menikah, tapi minta tanggalnya dikosongkan dulu saja bisakan?"

"Bisa, tapi kok dikosongkan, memang kapan mau menikahnya?"

"Nah itu dia, Pak, belum ketemu tanggalnya, tapi minta surat pengantarnya dulu, nggak apa-apa kan?"

"Iya, nanti ngundang-ngundang kalau nikah ya," gurau pak RT.

"Pasti, Pak" Adyt mengangguk.

Tiba di kantor.

"Pagi, Pak," sapa Sari sambil membungkuk sedikit seperti biasanya.

"Pagi, kopi susu saya antarkan ke ruangan saya," kata Adyt sambil lalu tanpa menoleh.

"Baik, Pak," jawab Sari, yang sebenarnya merasa agak heran melihat Adyt hari ini datang agak siang.

Adyt duduk di kursi, ia menatap ke arah dinding kaca.

'Pasti Adys sudah selesai membersihkannya. Eeh ... kenapa aku memikirkannya,' gumam hati Adyt.

Suara pintu diketuk.

"Masuk"

Lina, seorang OG lama masuk membawakan kopi susu untuk Adyt.

Adyt bersandar di kursinya, ia memijit keningnya yang terasa sakit, ia yakin karena kurang tidur.

Lina meletakan kopi susu di atas meja.

"Ada yang bisa dibantu lagi, Pak?" Tawarnya.

"Tidak, terimakasih," jawab Adyt lesu. Lina ke luar.

Adyt memejamkan mata, kepalanya terasa berat luar biasa.

Lina masuk ke pantry, Adys, dan Ikbal baru dari belanja keperluan pantry, gula, teh, kopi, susu, dan lain-lainnya.

"Boss sepertinya lagi sakit ya, tadi pas aku ngantar kopi, dia terus memijit keningnya. Jadi aku tanya, ada yang bisa dibantu, Pak, harapanku sih dijawab iya, tolong pijit kepala saya, hahahaha! Ternyata cuma, tidak, dan terimakasih," cerocos Lina.

"Jangan ketinggian mimpi, Lin, nanti stress!" ujar Tika juga ikut terkikik.

"Lupa Lina, kalau Boss sudah punya pacar artis ngetop." Ikbal menimpali.

"Tahu nih Lina, pungguk merindukan bulan," sahut Tika, membuat mereka tertawa, kecuali Adys yang hanya diam saja.

'Jadi dia masih sakit,' gumam hatinya.

***

Rama masuk ke ruangan Adyt.

"Pagi, Boss," sapanya.

"Pagi, Ram," jawab Adyt singkat.

"Sakit, Boss?"

"Cuma pusing."

"Pulang saja Boss, istirahat."

"Aku baru sampai, Ram."

"Sudah minum obat?"

"Belum."

"Minum obat, Boss."

"Hmm ... siang ini jadwal meeting dengan klien, Ram, kamu sama Sari yang tangani ya," pinta Adyt.

"Siap, Boss, aku bicarakan dengan Sari dulu ya." Rama beranjak ke luar.

"Ram, suruh Adys ke sini!" perintah Adyt. Rama mengernyitkan keningnya..

"Mau minta dipijit Adys ya, Boss,?" goda Rama.

"Raam!" geram Adyt, membuat Rama tertawa, dan segera ke luar dari ruangan Adyt.

Baru tertutup, pintu ruangan oleh Rama, sudah terbuka lagi. Andrea muncul di ambang pintu.

"De!" Adyt sedikit terkejut, dengan kedatangan Andrea.

"Kamu sakit? Mukamu pucat." Andrea mendekati Adyt, ia mengecup pipi Adyt. Adyt kembali memijit kepalanya.

"Badanmu hangat, kepalamu pusing? Aku pijit ya." Andrea duduk di lengan kursi Adyt, jarinya mulai memijit kepala Adyt yang bersandar di kursinya.

Ketukan di pintu terdengar.

"Masuk!"

Adys muncul di ambang pintu, agak tergeragap melihat pemandangan di depannya. Wajahnya merah, karena sedikit risih, melihat Adyt, dan Andrea yang terlihat mesra.

"Maaf, Bapak memanggil saya?" Tanyanya.

"Ambilkan obat di dashboard mobil saya, sekalian bawakan air mineral satu botol kecil." Adyt mengangsurkan kunci mobilnya. Agak ragu Adys mendekat, dan mengambil kunci mobil yang diserahkan Adyt. Saat mendekat ke arah mereka, Andrea sempat membaca nama di kartu tanda pengenal, yang tergantung di saku depan baju seragam Adys.

'Adysti, apa dia Tante Adys itu?' tanya Andrea di dalam hati.

Adys masih berdiri ragu.

"Kalau nggak ngerti buka pintu mobilnya, minta bantu security di depan, ingat kunci lagi mobilnya!" kata Adyt. Seakan ia tahu keraguan Adys.

"Baik, saya permisi." Adys berbalik membelakangi Adyt, dan Andrea, lalu melangkah pergi.

'Huuhhhh! Mau pamer kalau punya pacar artis? Mau pamer kalau disayang pacarnya? Memang aku peduli? No!' gerutu Adys di hatinya.

   

"Itu yang dibilang anak-anak Tante Adys?" Tanya Andrea.

Adyt mengangguk.

"Kok bisa, dia dekat dengan anak-anak?" Tanya Andrea penasaran.

"Dia temannya Aunty Sekar," jawab Adyt.

"Teman Kak Sekar?"

"Iya"

"Kok bisa?"

"De ... aku pusing, jangan banyak bertanya!" protes Adyt.

"Maaf ...." Andrea meletakan pipinya di kepala Adyt.

Sebenarnya, niat awal Adyt memanggil Adys tadi, ingin memberitahu soal rencananya, membawa Adys ke rumah omanya. Tapi karena ada Andrea, dibatalkan niatnya.

Pintu terdengar diketuk.

"Masuk!"

Adys muncul di depan pintu.

Ia berjalan ke arah meja, lalu meletakan obat, air mineral, dan kunci mobil di atas meja.

"Ada lagi yang bisa dibantu, Pak?" Tanya Adys sopan.

"Tidak, keluarlah!" Adyt mengibaskan tangannya.

"Baik, saya permisi." Adys melangkah ke luar, dengan perasaan kesal.

'Dasar sombong, bilang terima kasih aja nggak pernah!' rutuk Adys dihatinya.

"Kamu mau makan siang apa, Sayang?" Tanya Andrea.

Adyt meminum obatnya, lalu menggeleng.

"Tidak, De, aku malas makan." Adyt menyandarkan lagi punggungnya ke belakang.

"Kamu harus makan, atau mau pulang saja, biar kuantar"

"Enggak, De, aku cuma perlu memejamkan mata sebentar"

"Nggak apa-apa aku tinggal?"

"Kamu mau kemana?"

"Aku ada syuting siang ini, Sayang"

"Kapan berangkat ke Bali?" Tanya Adyt tiba-tiba. Membuat wajah Andrea berubah murung, teringat pembicaraan mereka kemaren.

"Lusa" jawabnya singkat.

"Semoga lancar syutingnya, hati-hati disana" Adyt menggenggam jemari Andrea, ada rasa bersalah di lubuk hatinya.

    Meski pernikahan dini hari tadi bukan kemauannya, tapi tetap saja ia merasa jadi seorang penghianat. Andrea memeluk leher Adyt, bibirnya ingin mengecup bibir Adyt, tapi Adyt menghindar.

"Aku lagi flu, De, nanti ketularan bisa rusak semua rencanamu."

     Andrea memberengut, tapi Adyt benar jadwalnya sangat padat, ia tidak boleh sakit, harus tetap fit. Akhirnya Andrea mengecup pipi Adyt saja.

"Benar nggak apa aku tinggal?" Andrea meraih tasnya.

"Nggak apa-apa pergilah" jawab Adyt.

"Aku pergi, Sayang, nanti makan ya, terus istirahat" pesan Andrea.

"Iya makasih, De."

"I love you, Sayang" sekali lagi Andrea mengecup pipi Adyt.

"Love you too," jawab Adyt pelan.

###

 Setelah sholat dzuhur.

Adyt bersandar di kursi, merileks kan tubuh, juga pikirannya. Matanya mengantuk, efek obat yang tengah bekerja. Pintu dikunci, horden sudah menutup dinding kaca keseluruhannya. Sari tengah pergi dengan Rama, menemui klien perusahaan.

Suara gedoran di pintu, membuat Adyt membuka matanya gusar, asa yang berani menggedor pintu ruangannya. Adyt membuka pintu, berdiri di depannya Emilia, Sari, juga Rama.

"Ya ampun, Dyt, kamu sedang apa? Dari tadi diketuk nggak dibukain sampai aku gedor juga lama banget baru dibukain, kamu tidur?" cerocos Emilia dengan suara cemprengnya.

"Aku nggak enak badan kak, habis minum obat ngantuk makanya aku kunci pintu" jawab Adyt.

Emilia menyentuh dahi Adyt.

"Hangat, kamu pulang aja istirahat jangan dipaksain" kata Emi penuh sayang.

"Nggak apa-apa, Kak. Kakak ada apa ke sini?" Tanya Adyt.

"Anak-anak telpon kamu, tapi nggak diangkat jadi telpon aku."

"Ada apa?" Tanya Adyt heran.

"Katanya, tadi pagi kamu janji, mau ngajak Adys ke rumah Oma malam ini" jawab Emi.

"Ooh itu ... iya." Adyt melihat jam tangannya.

*BERSAMBUNG*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel