Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 11 KAMU ISTRIKU

Sementara Adys yang duduk di ruang tengah, sedang diinterogasi Satria, dan Arjuna di depan Sakti, Randi, dan Dika juga Safiq.

"Tante lama benel campai na, kenapa cih?" Tanya Satria.

"Tantekan kerja dulu, Sayang" jawab Adys lembut.

"Kelja di kantol Uncle ya?" Tanya Arjuna.

"Iya," jawab Adys singkat.

Satria mendekati Sakti.

"Ayah, culuh Tante na kelja kantol Ayah," pintanya sambil menggoyangkan lengan Sakti.

"Memang kenapa?" Tanya Sakti.

"Bial Abang bica ketemu Tante telus, nggak pake lama," rengeknya.

"Kalau mau ketemu terus, suruh Unclenya pacarin Tante Adys," kata Sakti. Membuat wajah Adys merona.

Satria langsung berlari ke luar, diikuti Arjuna.

"Uncle! Uncle mau ya pacalin Tante Adys, mau ya Uncle," rengek Satria.

"Heeh, mau ya Uncle," rengek Arjuna juga.

Adyt menatap Andrew, ia merasa tidak enak dengan Andrew, mendengar permintaan Satria, dan Arjuna.

"Eeh Abang kok minta begitu?" Tanyanya heran.

"Kata Ayah, kalau Abang mau celing temu Tante Adys, culuh Uncle pacalin Tante Adys na," jawab Satria polos.

"Iya benel!" angguk Arjuna membenarkan.

'Ya Tuhan ....

Uncle Sakti, masa anaknya diajarin yang begini,' rutuk Adyt dalam hatinya.

"Fia cuka juga ma Tante Adys, Tante Adys cayang kita ya, Bang," kata Safira menimpali.

"Unclekan sudah punya Aunty De," jawab Adyt.

"Gak mau Aunty De. Aunty De nggak cayang kita ya kan, Bang?" Safira mencari dukungan.

"Heeh, Andli juga mau na Tante Adys aja, nggak mau Aunty De." Andri yang duduk di pangkuan Andrew ikut bicara. Andrew menatap Adyt, ia menganggukan kepala, seakan berkata, iya kan saja kemauan mereka, meski cuma pura-pura pacaran.

"Uncle, mau ya pacalan ma Tante Adys, kalau nggak mau kita nggak mau makan!" Satria memberengut, ia melengoskan wajah, dengan tangan dilipat di dada.

"Heeh, kita nggak mau makan!" sahut yang bertiga.

'Aduuuhhh ini gara-gara Uncle Sakti nih,' gumam Adyt dalam hatinya.

"Iya saja, Dyt" kata Andrew pelan.

"Iya, iya ... mau," jawab Adyt.

Safira langsung turun dari pangkuan Adyt, lalu menarik tangan Adyt agar berdiri, dibawanya Adyt ke dalam, lalu berdiri tepat di hadapan Adys.

    Satria, Arjuna, dan Andri mengikuti.

"Uncle bilang cayang ma tante!" Perintah Safira.

"Iya, kalau pacalan halus bilang cayang." Satria ikut bicara. Adys mendongak menatap Adyt tidak mengerti.

"Makan malam sudah siap, ayo ke meja makan semua" panggil Tiara.

'Selamaaat ....'

Adyt mengelus dadanya.

"Ayo, Sayang, Fira, Uncle suapin ya," bujuk Adyt agar Safira lupa dengan kemauannya.

"Nggak mau, bilang cayang dulu!" Safira menggeleng kuat.

"Uncle bilang sayangnya nanti, pas berduaan, sayang, kalau di sini tantenya malu." Sakti akhirnya turun tangan membujuk anaknya.

"Ooh gitu ya Ayah?" Tanya Safira.

"Iya, jadi sekarang kita semua makan dulu ya," bujuk Sakti. E-Bi mengangguk.

Lalu berlarian masuk ke ruang makan, disusul para orang tua.

------

Adyt memasuki kantornya, seperti biasa ia meminta kopi susu. Matanya menangkap pergerakan Adys, dan Ikbal yang membersihkan kaca dinding ruangannya. Adys, dan Ikbal mengangguk memberi salam, dibalas dengan anggukan sebelum Adyt masuk ke dalam ruangannya.

Lina datang membawakan kopi susu. Mata Adyt masih mengamati Adys di luar sana. Terlihat Adys, dan Ikbal bertukar kata, dan bertukar senyum.

'Perhitungan dimulai, Adysti,' gumam hati Adyt.

Saat Adys membersihkan kaca pintu ruangannya, Adyt menyentakan pintu dengan cepat, sehingga Adys kehilangan keseimbangan.

Adys tersungkur ke muka, cepat Adyt menarik Adys masuk ke dalam ruangannya, tidak peduli pandangan karyawannya di luar sana.

"Pak!?"

"Saya tidak suka karyawan saya pacaran di jam kerja, apa lagi di depan mata saya!" Mata Adyt tajam menatap mata Adys.

"Bapak juga sering pacaran dengan Bu Andrea di kantor," jawab Adys tak mau kalah.

"Ouuhh ... kamu cemburu, ingin balas dendam?"

"Diih siapa yang cemburu, andai Bapak lelaki yang tersisa di muka bumi pun, saya nggak bakal mau kawin sama Bapak!" Adys menantang tatapan Adyt.

Adyt mendekatkan tubuhnya semakin dekat.

"Kamu lupa, kita sudah sah nikah secara agama, tinggal menunggu secara negara," bisik Adyt di telinga Adys. Adys merasa merinding seluruh tubuhnya.

"Sekarang katakan, kenapa subuh itu kamu tidur di atas ranjang tempat saya tidur!" perintah Adyt.

"Saya nggak sengaja, Pak, saya ngantuk habis jagain Bapak yang demam semalaman."

"Jangan-jangan kamu sudah gerayangin badan saya, cium bibir saya!" tuduh Adyt.

"Diih ngapain, saya nggak minat ngegerayangin atau cium Bapak!" sengit Adys.

"Ooh ya, nggak minat ya? Hmmm saya jadi penasaran ...."

"Penasaran apa?" Tanya Adys marah.

"Akan kita lihat, apakah tubuhmu bekerja sesuai dengan ucapanmu." Adyt mendekatkan wajahnya.

 Adys mengangkat tangan, berusaha mendorong dada Adyt agar menjauhinya. Punggung Adys menempel di pintu, Adyt memutar kunci pintu.

Pintu terkunci, tubuh Adys terkunci di antara lengan Adyt. Adys mendongak ingin protes, mulutnya terbuka tepat saat Adyt menurunkan kepalanya.

 Bibir Adyt mengecup bibir Adys, lidah nya masuk ke rongga mulut, mencumbui setiap benda yang ada di sana. Mata Adys membelalak, dua tinju mungilnya memukuli dada Adyt, tapi dada itu terasa sangat keras.

Adyt menarik pinggang Adys, ia merapatkan tubuh mereka. Adys mulai merasa lemas, rasanya tubuhnya seperti plastik terbakar api, meleleh karena rasa panas yang tak dimengertinya.

Dua tangannya, kini mencengkram kuat kemeja di bagian bahu Adyt.

Bibir, dan lidah Adys tidak meresepon cumbuan bibir, dan lidah Adyt. Adyt mengangkat kepalanya.

Dilihatnya mata Adys masih terpejam, bibirnya juga masih terbuka. Adyt menurunkan lagi kepalanya.

Bibirnya menarik bibir bagian bawah Adys, lalu bagian atasnya, setelahnya kedua bibirnya.

Bibir, dan lidah Adys kali ini merespon ciuman Adyt.

Bibir mereka saling melumat, lidah mereka saling membelit. Lengan Adys melingkari leher Adyt tanpa disadarinya. Adyt mengangkat kepala, wajah Adys jatuh di dadanya.

Terdengar isakan dari mulut Adys.

"Bapak mengambil ciuman pertama saya, apa salah saya, saya benci sama Bapak!" isaknya.

'Hmmm ada ya orang benci, tapi meluknya kencang begini,' batin Adyt.

Karena tangan Adys melingkar kuat di pinggangnya, dan wajah Adys tenggelam di dada bidangnya.

"Salah kamu adalah, karena kecerobohan kamu, saya terpaksa menikahimu."

 Adys mengangkat kepala, ia menolakan dada Adyt dengan dua tangannya.

"Saya tahu saya salah, tapi sungguh itu tidak saya sengaja, gadis mana yang mau dinikahkan seperti itu!?"

'Dia mulai kembali jadi singa galak sepertinya,' batin Adyt.

"Kamu harus bertanggung jawab atas kecerobohanmu."

"Bertanggung jawab, bertanggung jawab seperti apa maksud Bapak?" Tanya Adys marah.

"Bertanggung jawab sebagai istri pastinya!"

"Maksud, Bapak?"

"Kau istriku bukan, maka bersikaplah sebagai layaknya seorang istri di hadapanku."

"Apa?!"

"Kenapa, keberatan? Kamu harus membayar kecerobohanmu, kamu sudah mencoreng namaku, maka kamu harus membayar semuanya!"

"Tapi saya nggak sengaja, Pak, sumpah!" suara Adys mulai melemah.

"Sengaja, atau tidak semua sudah terjadi, jadi ingatlah, di depan orang kamu karyawanku, tapi di depanku, saat kita berdua, kamu adalah istriku!"

"Kalau saya tidak mau?"

"Kalau kamu tidak mau, maka akan saya katakan kesemua orang, kalau kamu sudah menjebak aku, agar aku menikahimu!"

"Bapak keterlaluan, saya benci sama Bapak!"

"Keputusan ada ditanganmu, Adysti."

"Sekarang katakan dulu pada saya, sikap seorang istri yang bagaimana yang Bapak inginkan saya lakukan?"

"Seperti ini" Adyt meraih pinggang, dan tengkuk Adys.

Bibirnya menyergap kasar bibir Adys. Lagi-lagi tubuh Adys meleleh, bibirnya merespon ciuman Adyt.

Adyt melepaskan ciumannya lalu berbisik.

"Kukira tubuhmu setuju untuk memenuhi keinginanku." Adys mengangkat tangannya, ingin menampar Adyt, tapi Adyt sigap menangkap tangan Adys.

"Ingin ditambah tuduhannya, selain penjebakan juga KDRT?" Tanyanya.

"Bapak keterlaluan!" maki Adys.

"Itu sepadan dengan apa yang harus kutanggung, karena kecerobohanmu"

Tok..tok..tok

Rama terlihat mengetuk pintu kaca.

"Keluarlah sekarang," perintah Adyt. Adys menghentakan kakinya kesal.

"Bersikap sopanlah di depanku." Adyt menahan tubuh Adys dengan memeluknya dari belakang.

"Lepasin, ada pak Rama!" sengit Adys.

"Kenapa, dia tidak melihat kita," jawab Adyt.

"Pak, dengar tuh, Pak Rama mulai menggedor pintu."

 Adyt melepaskan Adys.

Adys membuka kunci pintu, lalu membuka pintunya. Rama terkejut melihat Adys muncul dari ruangan Adyt.

"Silahkan masuk, Pak." Adys melebarkan pintu. Adyt bersandar di kursinya.

"Pagi, Bos, itu Adys ...."

"Aku suruh bersihin kamar mandi," jawab Adyt.

"Ooh ... Bos kemeja Bos kenapa kumal begitu?" Tanya Rama, ia menunjuk bagian bahu kemeja Adyt yang bekas diremas Adys.

"Ooh, tadi sebelum ke kantor mampir ke rumah Uncle Sakti. Fira, dan Satria minta gendong, jadi kumal begini, bekas tangan mereka," jawab Adyt berohong.

"Ooh"

"Ada apa ke sini?" Tanya Adyt.

"Mau membicarakan soal ...."

Rama, dan Adyt serius membicarakan tentang perkembangan perusahaan.

****Bersambung****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel