Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 12 SUDAH PUNYA SUAMI

Rama sudah kembali ke ruangannya

Tak lama terdengar ketukan di pintu.

"Masuk!"

Sari muncul di pintu.

"Pak Tristan sudah di sini, Pak," kata Sari, Adyt berdiri.

"Suruh masuk," perintah Adyt.

"Hallo, Bos Adyt, tiga tahun nggak ketemu tambah oke aja lo, Bro!" Tristan memeluk Adyt.

 Adyt tertawa, ia membalas pelukan Tristan.

"Apa kabar, kapan pulang?" Tanya Adyt.

"Seminggu lalu, gue pulang, padahal gue betah banget di sana, tapi mau gimana lagi, seperti yang lo tahu, gue pewaris tunggal kekayaan Bokap gue." Tristan merentangkan dua tangannya.

"Maaf, Pak mau minum apa?" Tanya Sari yang masih berdiri di ambang pintu.

"Minum apa, Tris?" Tanya Adyt.

"Es campur ada nggak?" gurau Tristan.

"Beneran mau es campur?" Tanya Adyt.

"Beneran ada ya? Tadi aku cuma becanda, tapi kalau beneran ada boleh juga, sudah lama nggak minum es campur" jawab Tristan.

"Bawain es campur dua ya, belikan di kantin," kata Adyt ke Sari.

Sari menganggukkan kepala, lalu pamit pergi.

"Baru kali ini, ada kantor menyediakan es campur, buat tamunya," gurau Tristan sambil duduk, setelah dipersilahkan Adyt.

"Tamu istimewa, harus dilayani secara istimewa juga dong, Tris," jawab Adyt.

Adyt, dan Tristan bernostalgia saat kuliah bersama di Australia.

Suara pintu diketuk.

"Masuk!"

Adys masuk, dengan dua mangkok es campur di atas nampan. Kuncir kudanya bergoyang saat berjalan.

Adys meletakan dua mangkok es di meja, di hadapan Tristan, dan Adyt.

"Adysti ...." gumam Tristan, saat membaca nama yang tertera di kartu pengenal Adys.

"Digaji berapa, Dys, sama Bosmu?" Tanya Tristan tak diduga.

 Adys menatap Tristan, lalu Adyt. Bingung harus menjawab apa.

"Jangan menggodanya, Tris, dia sudah punya suami," kata Adyt.

"Masa sih?" Tristan mengamati Adys dengan seksama. Adyt memberi kode dengan dagunya, agar Adys segera pergi, tapi Adys bukannya pergi, malah menjawab pertanyaan Tristan.

"Pak Adyt bohong kok, Pak, saya belum punya suami," kata Adys nyaring, matanya memandang mengejek ke arah Adyt.

"Nah, dia masih single katanya, hahahaha ... kapan-kapan kita jalan bareng ya." Tristan mengedipkan sebelah matanya ke arah Adys.

Adys jadi salah tingkah, melihat sikap Tristan yang langsung tembak saja.

"Saya permisi." Adys segera berbalik pergi.

"Adys kamu pulang jam berapa, aku jemput ya!" kata Tristan.

Adys tidak menjawab, ia langsung ke luar dari ruangan Adyt.

'Iiih itu orang serem juga, baru ketemu sekali, sudah ngajak-ngajak pergi,' gerutu Adys di hatinya.

"Gila, Dyt, karyawan lo kece-kece, dari OG sampai Sekretaris lo, mantap banget!" Tristan menggelengkan kepalanya sambil berdecak.

"Lo belum tobat juga jadi playboy ya, Tris?" Tanya Adyt.

"Selama masih ada kesempatan, dan kemampuan, aku nggak akan berhenti jadi playboy, Dyt. Menikmati hidup selagi masih bisa," jawab Tristan.

"Dimakan es campurnya, Tris, baru lanjut ngobrolnya" Adyt mempersilahkan Tristan memakan es campurnya.

***

Tristan sudah pulang, Adyt menyuruh Sari memanggil Adys. Adys masuk ingin mengambil mangkok bekas es campur. Adyt cepat mengunci pintu.

"Apa maksudnya tadi bilang belum punya suami, kamu lupa kalau namamu ada di sini?" Tanya Adyt marah, sambil mengacungkan buku nikah yang baru diambilnya tadi pagi.

"Bapak bilang kan kalau ada orang, kita bukan suami istri, kalau cuma berduaan begini baru kita suami istri," jawab Adys tanpa sadar, kalau kalimatnya barusan, akan dijadikan senjata Adyt untuk mengalahkannya.

Mudah saja bagi Adyt, mencari kesempatan agar mereka sering-sering berdua seperti saat ini.

Adyt mendekat, Adys mundur.

"Pak. Bapak mau apa?" Tanya Adys cemas.

"Aku suamimu, saat kita berduaan, seperti yang baru kamu katakan, jadi menurutmu, apa yang akan dilakukan seorang suami pada istrinya," kata Adyt dengan suara, dan tatapan mengancam.

"Jangan menakuti saya, Pak," mohon Adys.

"Ooh ... kamu takut sama saya?"

"E ... enggak!" Kepala Adys menggeleng.

Tubuhnya sudah terjepit di antara meja Adyt, dan tubuh Adyt.

"Pak, hmmmppp ...." bibir Adyt menerjang bibir Adys. Adys berusaha menolakkan dada Adyt. Kakinya berusaha menendang kaki Adyt. Tapi Adyt lebih gesit. Kedua kaki Adyt menjepit rapat kaki Adys, tangannya menelikung tangan Adys ke belakang dengan satu tangannya.

Sedang tangannya yang lain menahan tengkuk Adys.

Bibir Adys mulai merespon ciuman Adyt. Adyt melepaskan tangan, dan kaki Adyt. Dalam satu gerakan Adys didudukan Adyt di atas mejanya. Tanpa disadari tangan Adys melingkari leher Adyt. Kakinya menjepit paha Adyt. Tangan Adyt masuk ke balik baju Adys, menyentuh dadanya, Adys tersadar saat merasakan sentuhan kuat tangan Adyt di dadanya.

Tangan Adys menolakan dada Adyt sekuat tenaga, kakinya menendang kaki Adyt, tepat ditulang keringnya. Adyt terpekik, ia terpincang-pincang memegangi kakinya. Adys melompat turun dari meja.

"Rasakan, itu akibatnya pegang-pegang nggak permisi!" omel Adys.

Adyt terduduk di sofa dengan wajah meringis.

"Dasar singa galak!" makinya.

"Biarin galak, dari pada situ omes, otak mesum!" jawab Adys tak kalah keras.

Adys meraih mangkok kosong, lalu ke luar dengan cepat setelah membuka kunci pintu.

Ponsel Adyt bergetar.

"Papah," gumamnya.

"Ya, Pah."

"Ke ruangan Papah sekarang, Dyt," pinta papahnya.

"Siap, Pah," jawab Adyt.

Di ruangan Dika.

"Duduk, Dyt," pinta Dika.

Adyt duduk di hadapan Dika, berbatas meja kerja papahnya.

"Ini ada undangan ulang tahun, rekanan perusahaan kita di Bali besok malam, Dyt. Papah mau kamu yang pergi ke sana. Kata Mamahmu, Andrea lagi ada syuting di sana kan. Nah, papah beri waktu kamu untuk sekalian liburan, dan ketemuan sama Andrea." Dika menyerahkan selembar undangan pada Adyt.

Adyt membuka undangan di tangannya.

"Jadi kapan aku harus berangkat, Pah?" Tanya Adyt.

"Besok pagi, nanti ada orang yang jemput kamu di bandara, penginapan, dan semuanya sudah dipersiapkan pihak mereka," jawab Dika.

"Oke, Pah. Terima akasih sudah memberi waktu liburan buat aku."

"Jujur, Papah kasihan melihat kamu, Dyt, punya pacar, tapi seperti nggak punya. Hhhh ... mungkin itulah resiko punya pacar artis, ya kan?"

 Adyt hanya mengangguk saja.

"Ya sudah, kembali ke ruanganmu, oh iya, itu kamu jalan pincang begitu, kakimu kenapa?"

"Kesandung meja, Pah."

"Ooh ... hati-hati, Nak, cepet diperiksa ke dokter, takutnya ada memar. Oh ya, pekerjaanmu serahkan dulu ke Rama, biar tidak terbengkalai. Selama kamu liburan nanti, suruh Rama kasih laporannya ke Kakakmu."

"Iya, Pah, aku kembali ke ruangan ku dulu."

"Iya."

-

Adyt memanggil Rama, dan Sari ke ruangannya.

"Ada apa, Bos?" Tanya Rama.

"Aku mau liburan seminggu ke Bali, Ram. Aku minta, kamu tangani semua pekerjaanku, selama aku pergi, laporannya kamu serahkan kak Emi. Sari tolong bantu Rama ya, aku yakin kalian bisa bekerjasama dengan baik"

"Baik, Pak," jawab Sari.

"Kok mendadak, Bos?"

"Big Bos yang kasih liburan dadakan."

"Hmmm kayanya ada yang bakal kangen-kangenan nih," goda Rama.

"Raamm ...."

"Becanda, Bos"

"Oke Rama, Sari saya pulang sekarang, selamat bekerja sama ya." Adyt berdiri dari kursinya, diikuti Rama, dan Sari.

"Selamat liburan, Bos," kata Rama.

"Terima kasih, Ram." Adyt berjalan terpincang-pincang.

"Kenapa kakimu, Bos?" Tanya Rama.

"Kepentok kaki meja," jawab Adyt.

"Kok bisa?"

"Aah sudah jangan dibahas, aku pulang sekarang ya." Adyt berpamitan ke Rama, dan Sari.

------

Mata Adys sebentar-sebentar menengok ke pintu, lalu menengok ke jam yang menggantung di dinding.

'Kenapa dia belum datang ya, apa kakinya sakit, bengkak, atau patah tulang? Iish ... nggak mungkin patah tulang, kalau cuma ditendang,' gumam Adysti.

"Kamu nungguin siapa sih, Dys dari tadi ngeliatin pintu?" Tanya Ikbal heran.

"Ooh ... eeh, enggak, Mas," jawab Adys berusaha untuk kembali fokus bekerja.

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel