Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4.Mencoba Bersikap Biasa Saja

***

Setelah acara menginap di rumah keluarga ivan, kini keluarga yusuf sudah berada dirumah nya lagi.

Tia sudah bersiap akan ke kampus dan sedang menunggu seseorang. Tia merasa hari ini sedikit berbeda karena pagi ini yanga akan mengatarnya ke kampus adalah Zian, meski dia tau bukan hanya dia saja yang diantar oleh Zian tapi bersama dengan nay juga.

"Sayang kamu sedang nunggu siapa? kenapa belum berangkat juga? " tanya mami vina.

"Mala sedang nunggu naya sama bang Zian mam, kemarin bang Zian bilang mau mengatar kita kekampus hari ini sekalian ada urusan katanya" jawab mala menjelaskan kepada sang mami.

"Oh nunggu di jemput sang abang to, mangkanya anteng aja dari tadi" goda sang mami. Vina sebenarnya tau jika mala menyukai Zian tapi vina tidak tau apa yang membuat anak semata wayangnya itu enggang mengakui perasaannya. Vina tidak tau jika mala belum mengetahui tentang hubungan keluarga mereka yang sebenarnya.

"Apa sih mam, kan dari dulu juga selalu bang Zian yang antar jemput kita hanya sejak kuliah diluar saja kita berangkat sendiri sendiri" elak mala agar maminya tidak menggodanya.

"Ah iya ya lupa bunda, lagi pula Zian sudah punya kekasih, masak suka sama anak mami yang manja ini" goda sang mami membuat mala meringis menyadari jika Zian sudah ada yang punya.

"Mami ini ada ada saja lagipula siapa yang suka sama bang Zian, dia kan sodara kita mam, masak iya mala suka sama sodara sendiri" dusta mala berusaha sebaik mungkin menutupi perasaannya.

*Ah jadi anakku belum tau kebenaranya., kasian kamu nak tapi mau diapakan lagi toh sekarang Zian juga sudah ada yang punya*ucap mami vina dalam hati.

"Mam, mami kenapa malah melamun? mami mikirin apa? " tanya mala sambil mengusap lengan sang mami.

Vina tersadar dari lamunanya ketika mala mengusap lengannya.

"Ah maaf sayang, mami tidak apa apa kok. Eh ini kok belum datang juga ziannya? jam berapa ini? kamu telat lho nanti? " heran mami karena Zian belum datang juga.

"Oh itu tadi naya telfon katanya bang Zian mampir bentar ke cafe mam, ambil berkas gitu, tenang saja mam mala gak bakal telat kok, kelas mala masih satu jam lagi" jawab mala menjelaskan kepada sang mami.

"Oh gitu, ya sudah mami masuk dulu ya mau lihat dadi kamu sudah bersiap keresto apa belum" ucap sang bunda yang hanya di balas anggukan oleh mala.

Mala masih duduk di teras menunggu kedatangan Zian dan naya. Sejenak mala berfikir apakah benar Zian sudah mempunyai kekasih? apa benar wanita itu kekasih abangnya? dan apakah benar dia mencintai Alex kekasihnya saat ini, atau hanya pelarian semata untuk menutupi perasaannya kepada Zian? entahlah.

Disaat asik melamun, tanpa sadar naya sudah berdiri di depannya bersiap un mptuk mengagetkan mala.

"Woy.... melamun aja pagi pagi,,, ntar kesambet baru tau rasa" ucap naya keras, membuat mala terlonjak kaget.

"Astaghfirullah nay... ngagetin saja, bisa lebih kalem gak sih, kagetkan gue" grutu mala sambil beranjak dari duduknya,sedangkan Zian asik melihat mereka dari dalam mobil, sesekali dia tersenyum melihat mala yang jengkel kepada naya.

"Salah siapa melamun saja,mikirin apa sih lo? mikirin alex gara gara kemarin gak ketemu? terus rindu gitu, lebay lo" olok naya panjang lebar.

"Ngarang aja lo, siapa yang lagi mikirin dia, terus kenapa bisa dia coba? dasar naya rombeng" balas mala tak kalah sengit. Tanpa mereka sadari mereka masih asik berdebat di teras rumah mala, perdebatan unfaedah itu akhirnya di sela oleh Zian.

"Kalian mau terus debat disana apa mau kuliah? kalo masih mau debat aku mau tidur dulu" sela Zian santai dan bersiap merebah badannya di sandaran kursi nya.

"Tidak tidak bang, kita mau kuliah nay saja nih yang lebay" sanggah Tia dengan cepat sedangkan hanya mengangkat bahunya acuh saja.

Mereka akhirnya berjalan menuju mobil sambil masih saja menggerutu tidak jelas, nay memilih duduk di belakang sedang Tia dia suruh duduk di depan.

"Lo duduk depan gue mau dibelakang" kaya nay singkat sambil membuka pintu mobil di belakang.

Sedangkan Tia mau tidak mau harus duduk di depan karena tidak mungkin dia duduk di belakang juga, masak Zian seperti sopir mereka..

"Sudah? debatnya? " tanya Zian setelah Tia dan nay masuk mobil.

"Iya kak sudah" jawab nay

"Iya bang, maaf" sesal Tia.

Sedangkan Zian hanya diam saja sambil mulai menghidupkan mobil nya. Sepanjang perjalanan mereka memilih sibuk dengan ponsel mereka, mereka tidak berani lagi berdebat yang ada nanti kena tegur zian lagi. Mereka memang selalu menurut jika sudah zian yang berbicara.

"Ini kalian kenapa sekarang seperti lagi musuhan? kalian gak beneran marahan kan?" tanya zian.

"Enggak kak"

"Enggak bang"

Jawab naya dan tia bersamaan. Mereka lantas menoleh untuk beberapa detik kemudian mereka tertawa bersama. Zian sempat dibuat heran dengan kelakuan ajaib mereka berdua..

"Kalian itu waras apa gak sih? heran lho ini aku? apa selama aku di luar tingkah kalian emang absurd begini? " tanya zian benar benar heran.

"Ah elah kak masak ngatain adik adiknya yang cantik ini gila sih" sanggah naya dengan sikit geramnya.

"Siapa yang bilang kalian gila? kakak kan cuma nanya kalian waras gak? bukan berarti kakakt bilang gila" jawab zian acuh.

"Makanya bang kalo pergi tuh jangan kelamaan jadi gak tau kan perkembangan adik adikmu ini, kita emang selalu gitu bang dan gak pernah marahan juga, katanya nyuruh orang ngawasi tapi banyak juga yang gak tau kan? " grutu tia sambil menyindir sang abang, tia berusaha keras menahan semua perasaannya dan bersikap wajar.

"Hah.... kenapa jadi abang yang salah dek? ah iya abang lupa kalo orang bilang wanita itu makhluk yang selalu benar" balas zian malah gak nyambung dan di sambut dengan tawa mereka semua.

Begitulah obrolan terjadi selama perjalanan mereka ke kampus dan tanpa mereka sadari mereka sudah sampai di kampus.

Kedua gadis cantik itu selalu jadi perhatian setiap kaliereka berada di kampus. Wajah cantik kedua nya yang selalu bikin iri kaum hawa dan selalu bikin panas dingin kaum adam. Meski begitu kedua tidak pernah menjadi pribadi yang sombong, mereka berdua selalu bersikap ramah dan santun kepada siapa saja dan selalu menolong siapa saja. Meski begitu tidak ada yang tau identitas asli mereka sebagi anak pemilik kampus tempat mereka menimba ilmu selama ini. Semua teman temannya hanya tau mereka anak orang kaya yang tetap bersikap rendah hati.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel