KAMU NIKAHI DIA
(“Anak manis, bulan depan perpanjang kontrak. Saya masih menawarkan jabatan yang lebih tinggi sebagai asisten saya. Jika kamu bersedia, kamu harus mengikuti prosedur dari saya. Gaji pokoknya lebih besar dari posisi kamu sekarang. Ada tunjangan dan bonus. Jika ingin lebih, saya bisa menyediakan yang jauh lebih besar nominalnya.”)
(“Ngomong-ngomong, kamu cantik hari ini.”)
Samudra meremat ponsel Nami dengan geram usai membaca pesan dari Pak Kaze. Tak hanya itu hal yang membuat Samudra menajamkan rahang. Pak Kaze setiap hari mengirimkan foto Nami yang diambil secara diam-diam.
Samudra tak pernah mengatakannya pada Nami. Namun ketika digulir ke atas, Samudra menemukan banyak pesan yang berbunyi nakal. Ritual Pak Kaze mengambil foto Nami diam-diam juga ternyata dilakukan hampir setiap hari.
(“Rok pink kamu hari ini, cocok sama perhiasan yang saya lihat di toko jewelry. Kalau mau, sini ke ruangan saya. Ngobrol sambil pangku.”)
(“Tadi wangi banget waktu kita papasan. Bikin saya berdesir dan mau cuddling. Nanti saya boleh kecup lima menit aja?”)
(“Nami, bantu saya, ya? Kamu cukup diam aja udah bikin saya melawan gravitasi.”)
Samudra tidak sanggup lagi menggulir semakin ke atas. Jika memang semua ini bukanlah hal yang diinginkan Nami, mengapa Nami tetap saja menyimpan semua pesan Pak Kaze yang menjijikkan?
Samudra yakin seratus persen jika Nami bukan tipe perempuan yang bersedia disentuh oleh pria tua bangka, meski kaya raya.
“Sam, aku tahu kamu lagi patah hati dan sedih. Itu mempengaruhi sama foto-foto kamu kali ini. Jangan upload selfie dulu selama beberapa waktu jika nggak mau bikin fans kamu berspekulasi aneh-aneh.”
Rajasa mengira keresahan yang timbul dari ekspresi Samudra sekarang adalah akibat asmara yang kandas. Sebagai seorang manager yang kali ini ditugaskan mendampingi, Rajasa harus memastikan sang artis tetap prima dan baik-baik saja selama bersamanya.
Rajasa sempat kecewa, karena Samudra harus mengetahui kekasihnya yang berselingkuh disaat artisnya tersebut harus tetap terlihat cemerlang. Pemotretan dan wawancara majalah masih bisa diatasi dengan polesan make up. Akan tetapi, ketika sekarang Samudra hanya melaksanakan kunjungan ke museum. Tentu Samudra hanya menampilkan wajah fresh semata.
“Oke,” jawab Samudra singkat.
Keresahan akan patah hati, sanggup meningkatkan tingkat kepekaan Samudra. Sebagaimana dirinya yang sampai membuat album demi menggambarkan perasaannya pada sang kekasih. Demi memberikan kode kepada para penggemar jika dirinya sebagai seorang selebriti, jugalah hanya seorang manusia biasa yang bisa merasakan jatuh cinta.
Sayang, Samudra payah dalam merawat dan mempertahankan itu bersemi. Samudra membiarkan bunganya dirawat orang lain, karena Samudra lebih memilih melangkah di padang ilalang.
Sekarang, Samudra kembali menorehkan kesedihannya pada not-not nada. Catatan-catatannya bercoretkan puisi-puisi patah hati yang kemungkinan besar menjadi lirik lagu nelangsa. Dan Samudra telah menebak endingnya jika itu sungguh rilis.
Junot kembali menjelma layaknya kritikus musik yang mumpuni. Junot bukanlah seorang anti cinta. Hanya saja, Junot tidak begitu setuju akan Samudra yang harus meluangkan waktu sampai kehilangan berat badan demi seonggok album menye-menye alias tema cinta pada lawan jenis.
Maklum, Junot hanya mengapresiasi bentuk cinta kasih tipe lain.
“Pak Jamal mempermasalahkan give away yang kamu posting.”
Samudra tak peduli akan hal itu. Dirinya bukanlah penyanyi yang baru debut kemarin sore, dimana setiap apa yang ia lakukan harus dipantau dan dikomando oleh agensi.
Apalagi seseorang yang bernama Jamal itu hanyalah seseorang yang ia tunjuk untuk menduduki posisi penting di perusahaan musiknya. Sudah dibilang, bukan, jika Samudra hanya bersedia sebentar menjabat sebagai CEO agensinya sendiri?
“Setelah mendapatkan pemenangnya, saya akan delete postingan give awaynya. Kira-kira kakak punya saran persyaratan untuk pemenang give away?”
Rajasa ikut berpikir jadinya. Untungnya tidak butuh waktu lama untuk melakukannya.
“Pinta mereka untuk streaming semua lagumu di album yang baru rilis. Chartnya nggak sebagus saat album solo yang lain rilis.”
Samudra tidak bisa menyetujui usulan Rajasa. Dirinya bisa dianggap memanfaatkan penggemar semata sebagai jalan murahan untuk promosi lagu. Samudra tidak ingin memberi kesan seperti itu kepada penggemar. Terlebih niat Samudra saat merilis album tersebut memang sebagai bentuk hadiah dan apresiasi kepada sang kekasih yang telah bersedia untuk bersabar menjadi kekasihnya. Meski berakhir percuma, tak apa.
Termasuk pengadaan give away itu hanyalah dalih untuk mengikhlaskan Raline. Meski Samudra tahu jika untuk ikhlas, jalannya sangat tidak mudah.
Ting!
Samudra memeriksa notifikasi ponsel Nami. Nami mengirimkan pesan rupanya.
(“Mas, maaf sebelumnya. Kalau ada Pak Kaze ngirim chat-chat aneh. Jangan digubris. Kalau isi pesannya soal kerjaan, Mas Dirga bisa forward ke saya.”)
Mas Dirga? Samudra tersenyum tanpa sadar. Nama iseng yang ia ucapkan itu, kini tulus menjadi sapaan khusus dari Nami. Lantas Samudra jadi kepikiran sepintas lalu. Mengapa tidak menggunakan nama Dirga saja untuk nama panggung? Samudra lebih senang menyandang nama Dirga rupanya, tapi bukan bermaksud nama Samudra itu kurang bagus.
(“Boleh saya bertanya hal yang mungkin sedikit kurang nyaman, Nona?”)
Samudra masih greget akan alasan Nami bertahan di perusahaan tersebut. Samudra ikut merasa terganggu membaca kalimat kebencian yang dilontarkan oleh rekan-rekan Nami.
(“Iya, boleh, Mas?”)
Samudra sedikit berhati-hati untuk menanyakan soal Pak Kaze.
(“Pak Kaze setiap hari mengirim pesan dan foto nona ke nomor nona. Nona Nami nggak risih bacanya?”)
Samudra memperhatikan tulisan Nami is typing. Cukup aneh memang awalnya ketika Samudra terpaksa harus menamai nomor ponselnya sendiri dengan nama Nami.
(“Bukan risih lagi, Mas. Jijik malah.”)
Kalau jijik, mengapa Nami tidak menghapus pesan-pesan menggelikan berkesan pelecehan itu? Samudra menanyakannya pada Nami, karena ingin tahu alasannya.
(“Saya sengaja, Mas. Meski kemungkinannya kecil, saya ada niat melaporkan Pak Kaze atas semua kelakuannya yang nggak menyenangkan ke saya. Entah kapan saya punya power untuk itu. Sekarang saya sabar-sabarin aja dulu, Mas. Saya sengaja simpan untuk barang bukti. Jangan dihapus, ya, Mas?”)
(“Mohon maaf banget kalau beliau bikin Mas kurang nyaman.”)
Samudra setuju dengan niatan Nami yang hendak melaporkan Pak Kaze. Nami juga tidak menghapus obrolan jahat tentang dirinya di grup chat karyawan. Apakah Nami berniat melakukan hal serupa nanti?
“Kak Raja.”
“Hmm, tiket kepulangan kita ke New City sudah dikirimkan. Kita lusa sudah di tanah air.”
“Bagaimana cara instan memberikan power ke perempuan yang tidak berdaya?”
“Power gimana dulu? Power jadi super hero?”
Samudra terkekeh singkat,”Bukan. Saya ingin seseorang menjadi lebih berani tanpa harus risau akan serangan balasan. Perempuan ini ingin melaporkan tindak pelecehan yang ia terima dari atasannya. Namun ia tak memiliki kuasa untuk melakukannya, sehingga perempuan ini masih bersabar.”
“Cara instan, kan? Kamu nikahi dia,” jawab Rajasa yang hanya disenyumi Samudra.
