Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 12

"Selamat bersenang-senang, semangat," ujar Dira sembari membuat gerakan memberikan semangat pada Kamini.

Kamini memelototi Dira dengan wajah yang kembali merona. Dira tersenyum lebar dan berbalik badan berlari masuk ke dalam bilik dapur. Dira berhenti di pintu dan menatap Kamini yang masih berdiam diri di dapan dan menjulurkan lidahnya.

Kamini memutar kedua bola matanya malas dan menggelengkan kepalanya. Ketika ia berbalik masuk ke dalam rumah. Ia mendapati Dirandra sudah bersandar di pintu.

"Lama banget sih, itu apa?" tanya Dirandra dengan menunjuk kedua rantang dengan dagunya.

"Ini buat makan malam, tadi aku bawain dari tempat kerja."

"Tempat kerja? Kamu nggak masak?" tanya Dirandra, seraya mendengus tampak tidak suka.

"Sama aja kali, toh ini tempat usahaku dagang masakan Sunda. Dulu resepnya juga aku yang ngajarin."

"Mundur, yuk makan dulu. Atau mau mandi dulu kamu Mas?" ujar Kamini seraya mendorong dada Dirandra untuk memberikan ia ruang untuk masuk.

Dirandra meluruskan badannya dan memberi jalan Kamini untuk masuk dan menaruh rantang di meja dapur.

"Aku mau makan kamu dulu?" bisik Dirandra dengan memeluk Kamini dari belakang dan melingkarkan kedua lengannya di perut rata Kamini seraya merapatkan tubuhnya.

Kamini merasakan pusat tubuh Dirandra sudah menekan bagian belakang tubuhnya.

Kamini menepuk punggung talapak tangan Dirandra seraya berkata,"Dasar mesum."

"Bukannya kamu masih dalam masa subur? Jadi jangan disia-siakan. Lebih cepat kamu hamil lebih baik bukan."

Kenyataan itu menghantam kesadaran Kamini dengan telak hampir saja ia lupa tentang maksud keberadaan dirinya di sini, demi anak untuk Dirandra dengan istri tuanya.

Bukan waktunya untuk bersenang-senang Kamini. Kehidupanmu yang sesungguhnya setelah kamu bisa memberikan anak untuk mereka walaupun harga diri dan moralmu jatuh berantakan. Batinnya menegurnya dengan kebenaran yang serta merta membuat sisi keibuannya menjerit.

Akankah Dirandra dan Yolanda bisa mencintai anak yang dilahirkannya ?

Ya Tuhan, ampuni Ambu ya Nak? Bahkan sebelum kau ada, perpisahan kita sudah menanti di depan mata. Jangan pernah membenciku, sampai bumi berhenti berputar kamu adalah nyawaku. Kamini mengusap perutnya sayang dengan telapak tangan yang bergetar.

Dirandra mengecup pipi Kamini dan berkata, "Kamu terlalu banyak berpikir, ayo!"

Dirandra kemudian menggendong Kamini ala bridal style membawanya ke ranjang.

Tanpa banyak kata ia melucuti pakaian yang dikenakan Kamini dan juga celananya sehingga mereka berdua telanjang bulat.

Dirandra duduk di pinggir ranjang sembari memangku Kamini berhadapan. Dirandra menangkup kedua sisi wajah Kamini dan melumat bibirnya, awalnya dengan kecupan ringan yang berubah semakin intim dan panas. Dirandra merasakan pangkal paha Kamini mulai menghangat dan mengeluarkan cairan karena bergesekan dengan pusat tubuhnya sendiri. Kemudian mengarahkan miliknya menusuk-nusuk mencari jalan masuk, ke pusat tubuh Kamini sedikit demi sedikit akhirnya ia bisa masuk sampai terasa menyentuh dinding rahim Kamini yang hangat, dengan bibirnya, yang tak henti melumat bibir Kamini sebelah tangannya menahan tengkuk Kamini dan yang sebelah lagi mendorong pinggul Kamini untuk memompa miliknya.

Hujaman Dirandra yang sangat dalam membuat tubuh Kamini bergetar, rasanya sangat penuh dan nyeri tertusuk dalam. Ia tak merasa nyaman, tapi juga tak bisa berkutik saat ia mencoba mendorong dada Dirandra. Lelaki itu malah mengencangkan pelukan dan melumat dadanya.

Dirandra bangkit dan merebahkan Kamini diatas tubuhnya, ia menyuruh Kamini untuk menggerakkan pinggulnya mengimbangi hujamannya dari bawah tubuh Kamini.

"Goyangkan pinggulmu," perintah Dirandra.

"Ah ..., Mas, Ami mau pipis. Udah dulu ya?" pinta Kamini dengan tubuh sudah basah oleh keringat dan gerahnya udara di dalam kamar, membuatnya ingin segera mengakhiri dan ke kamar mandi, terasa ada sesuatu yang akan keluar dari inti tubuh, seperti kemarin seingatnya tetapi terasa lebih banyak.

Dirandra tanpa mengucapkan apapun semakin menekan pinggul Kamini, sehingga ia semakin dalam menghujamkan miliknya. Kamini sudah merasa tak tahan dan melengkungkan punggungnya dengan membusungkan dada, sedangkan kedua tangannya menopang tubuhnya dengan bertumpu pada dada kekar Dirandra.

"Mas beneran Ami mau pipis ini!" protes Ami dengan nafas yang tercekat.

"Pipis aja di sini, cepat mas juga mau keluar ini. Ahhh..." jawab Dirandra dengan suara serak.

"Ih jorok ... ahhh ... udah nggak tahan..." Akhirnya Kamini mendapatkan pelepasannya karena posisinya yang seperti itu membuat g-spotnya terangsang berulang-ulang.

"Bareng sayang, Ami cintaku." Dirandra menyusul pelepasannya kemudian.

Cinta? Benarkah Dirandra mencintaiku? Atau hanya sekedar ungkapan kepuasannya?

Kamini dengan tubuh lelahnya tertelungkup diatas tubuh Dirandra. Setelah nafasnya kembali tenang ia menggerakkan tubuhnya dan beranjak dari atas tubuh Dirandra, ia merasa risih karena Dirandra tidak melepaskan penyatuannya sedari tadi.

Dirandra merasakan pergerakan tubuh Kamini, ia membuka matanya dan membalik tubuh Kamini menjadi dibawahnya dan menggerakkan pinggulnya lagi.

"Ah ... Mas. Jangan dalam-dalam," protes Kamini.

"Harus sayang, biar cepat jadi dedeknya."

Kamini tak menanggapi lagi ucapan Dirandra. Ia mencengkeram lengan atas Dirandra saat orgasme kembali datang, Dirandra bukannya menghentikan hujamannya tetapi malah mencengkeram pantat Kamini dan semakin kuat menghujam inti tubuh Kamini. Setelah pelepasan mereka akhirnya keduanya memutuskan untuk mandi dan makam malam bersama.

Kamini memperhatikan suaminya yang sangat lahap menyantap hidangan yang disajikannya. Dalam hatinya merasa hangat sekaligus miris, ia memperhatikan suaminya seperti tak pernah diurus seorang istri sebelumnya. Kamini melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan tampak Yolanda belum juga berada di rumah. Ia tersenyum simpul dan kembali melanjutkan makannya saat Dirandra menatap makanan di piringnya yang masih utuh belum terjamah.

Di apartemen Nino. "Ah..ah.. faster ...Nino!" Yolanda mendesah menatap Nino dari kaca besar yang menjadi tumpuannya untuk berdiri, pria itu yang sedang menghujamnya dari belakang sekarang ini.

Pria yang bernama Nino itu semakin meningkatkan temponya dan mencengkeram erat pinggul Yolanda saat pelepasannya.

Nino menangkap tubuh Yolanda saat wanita itu hampir tersungkur karena lemas akibat percintaannya bersama Nino. Nino menggendong Yolanda dan membaringkannya di ranjang. Kemudian ia ikut berbaring miring menghadap tubuh telanjang Yolanda yang berselimut sebatas dada.

"Kapan kamu akan melepas KB?" tanya Nino.

"Apakah kamu benar-benar tak menginginkan seorang anak?" tanyanya lagi seraya mengusap peluh di kening Yolanda

"Tentu saja aku ingin, akhir bulan ini aku akan melepasnya," ujar Yolanda dengan senyumnya yang menawan merayu Nino.

"Awas saja sampai kamu hamil anak suamimu," ancam Nino dengan raut wajah masamnya.

Yolanda menggelengkan kepalanya, "Tidak akan Sayang, aku pastikan hanya akan bercinta denganmu." Yolanda meraih kepala Nino dan mengecup bibir pria itu dengan mesra.

"Dendamku akan segera terbalaskan Sayang, saat semuanya usai, aku akan menjadi milikmu."

Nino yang mendengar perkataan Yolanda kemudian meraih tubuh wanita itu dan memeluknya dengan erat.

"Bisakah kamu menginap di sini?"

"Maaf Sayang, aku harus kembali, jangan sampai Dirandra curiga."

Ponsel Yolanda berdering nyaring. Yolanda bangkit dari pembaringan dan menggapai ponselnya diatas nakas.

"Hallo sayang"

"Kau di mana sudah tak ingat rumah rupanya?"

Yolanda melirik jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul sebelas malam, pantas saja Dirandra sampai mencarinya.

"Maaf sayang aku terlalu larut bekerja. Aku akan segera kembali," kilahnya.

"Tidak usah kembali saja, kau memang tidak pernah perhatian padaku. Malam ini aku akan tidur dengan Kamini. Kau lupa aku punya istri muda!" ucapan Dirandra sungguh ketus. Dirandra kecewa, karena semenjak ia menikahi Yolanda perhatian dan perangai wanita itu sungguh berbeda, tidak seperti saat mereka masih berpacaran. Kesibukannya sebagai wanita karir, selalu lebih utama dari suaminya. Sungguh menyesal, Dirandra dulu memodali istrinya untuk membuka usaha Event Organizer.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel