Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 11

Tania yang sedari tadi merasa penasaran dengan kegiatan yang berada di kantor terlebih lagi ada beberapa driver ojol yang melakukan pemesanan.

Tania bertanya pada Kamini yang tampaknya sudah selesai melakukan panggilan.

"Ami, ini kantor apa?"

"Ini kantor untuk pemesanan online dan delivery."

Tania melongo menatap menantunya. Pendidikannya memang bukan sarjana tetapi ternyata ia hebat membuat usaha seperti sekarang ini terlebih para petani dan peternakan di sekitarnya juga ia berdayakan.

"Bunda kita pulang sekarang yuk, keburu Mas Diran pulang. Nanti Ami nggak sempat masak." Saat ia menyebut nama Diran kepalanya pasti berdenyut sakit. Entah mengapa ia tak paham.

Tania bangkit berdiri dan mengikuti Kamini keluar kantor. Di sebelah mobil sudah ada pak Kardi dan Dira yang sedang menikmati tahu gejrot yang terbungkus daun pisang.

"Mbak Ami ini enak banget tahunya," ucap Dira sembari mengangkat jempolnya.

"Enak kan, itu tahunya juga produksi dari orang desa sini lho."

"Wih ..., kerenlah mbak Ami ini."

Tania melirik bungkusan berisi kotak makanan berwarna putih dengan logo Dapur Ami.

"Itu apa Dira?" tanya Tania.

"Oh ..., ini lauk sama sayuran tadi dikasih Akang ganteng yang di dapur. Ini ada tiga tas yang satunya buat Nyonya yang dua buat kami katanya."

"Lumayan kalau gitu, kamu nggak usah masak lagi. Ini aja buat lauk makan malam nanti," ujar Tania.

"Oh Kang Yunus itu namanya, dia kepala koki di sini."

"Ganteng ya Mbak."

"Ganteng emang, tapi kamu nggak boleh naksir udah laku itu," jawab Kamini dengan terkikik geli, Dira dan yang lainnya ikutan tertawa.

Kamini segera membersihkan diri sesampainya di rumah. Ia disuruh oleh Tania untuk menyambut suaminya saat pulang kerja nanti.

Sedangkan Yolanda selalu kembali saat malam menjelang. Itu sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari, maka dari itu Tania ingin agar Kamini yang melayani Dirandra.

Kamini beranjak ke teras depan saat terdengar deru mobil Dirandra memasuki pekarangan rumah. Dirandra mengerutkan kening saat mendapati Kamini sudah berdiri dengan manisnya menunggunya.

Apa benar gadis itu menungguku? Manis sekali.

Dirandra segera keluar dari dalam mobil yang sudah terparkir rapi dan dengan langkahnya yang lebar mendekati istri mudanya.

Kamini tersenyum menyambut kedatangan suaminya. Tampak gurat kelelahan dan senyum samar di wajah dinginnya. Kamini mengulurkan tangan meraih tangan kanan Dirandra dan menciumnya sekilas kemudian meraih tas kerja milik sang suami.

Dirandra membiarkan Kamini mengambil alih tasnya, ia kemudian menangkap siku sang istri saat Kamini akan berbalik masuk ke dalam rumah.

"Tunggu!"

Kamini kemudian menghentikan gerakannya dan berbalik menatap sang suami.

"Ya ...?"

Cup ....

Dirandra memajukan tubuhnya dan merengkuh pinggang Kamini merapatkan tubuh mereka dan mengecup dahi Kamini dengan lembut.

Dengan sekerika wajah Kamini memerah. Dirandra menatap wajah istrinya lekat-lekat.

Sial ...! Gairahku bangkit hanya dengan menatap wajah merona Kamini

"Aku lapar," bisik Dirandra persis di samping telinga Kamini. Kemudian gigi Dirandra sudah menggigit mesra telinga Kamini dan memberikan kecupan mesra di sana.

"Eh ..., ayo makan kalau begitu. Ami siapkan sekarang," jawab Kamini malu-malu. Ia melempar pandangannya tak berani menatap mata sang suami seraya meredam detak jantungnya yang berpacu dengan kencang akibat ulah sang suami.

"Aku mau makan kamu."

"Eh ... apa?"

"Ah ... lama. Ayo !" Dirandra tampak tak sabaran, kemudian menggandeng tangan Kamini menuju kamarnya.

Saat mencapai ujung tangga Kamini menarik tangannya dan menggelengkan kepalanya saat Dirandra menatapnya dengan pandangan bertanya.

Apakah Kamini menolak ajakannya untuk bercinta?

Seakan Kamini tahu arti tatapan suaminya ia berujar, "Jangan di sini, Ami nggak mau di ranjang yang sama dengan Teh Yolanda."

Dirandra tersadar kemudian membelokkan langkahnya menuju paviliun belakang. Mereka bertemu dengan Tania dan Burhan di beranda belakang.

"Mau ke mana?" tanya Tania.

Dirandra dan Kamini menghentikan langkahnya, tanpa malu Dirandra merengkuh pinggang sang istri dan berkata, "Mau bikin cucu buat bunda." Kemudian ia melangkahkan kaki kembali dengan setengah menyeret sang istri menuju paviliun.

"Eh! Jangan diseret begitu istrinya, yang sabar Nak!" seru Burhan.

"Dasar anak itu," ujar Tania.

"Mirip siapa coba? Selalu meminta jatah kalau habis balik kerja," tanya Burhan menggoda sang istri.

"Mirip kamu dulu begitu." Lirik Tania.

Burhan terbahak-bahak. "Emang sekarang udah nggak?" tanyanya menggoda.

"Eh, iya juga ya sampai sekarang." Tania terkikik.

"Tapi kok, sama dengan Yolanda dia nggak begitu ya? Semoga aja cepat dia punya anak sama Kamini."

"Gimana mau begitu. Menantu tuamu nggak pernah ada di rumah kalau Dirandra pulang. Selalu saja pulang malam. Entah jam berapa nanti dia kembali." Tania bersungut-sungut.

"Mas, pelan-pelan atuh jalannya. Kayak mau kamana wae," protes Kamini dengan raut wajah cemberut, menatap punggung suaminya yang berjalan di depannya dan menggandeng tangannya erat tampak terburu-buru.

"Udah diam kamu, pokoknya kamu harus layani aku," jawab Dirandra ketus bernada manja.

"Asyaaap ... Juragan!" seru Kamini kesal masih dengan muka cemberut.

Dirandra melepaskan pegangan tangannya kemudian merogoh kantong celana lainnya meraih kunci.

"Buat apa itu kuncinya?" tanya Kamini.

"Buat buka pintu dong," jawab Dirandra menatap sang istri terheran-heran.

Kunci kan emang buat mengancing dan membuka pintu, ye kan? Gimana sih !?

"Pintunya mah nggak Ami kunci."

"Kok nggak bilang," protes Dirandra

"Mas, nggak tanya dulu sih."

Kamini kemudian membuka pintu dan masuk terlebih dulu ke dalam paviliun. Disusul oleh Dirandra yang kemudian langsung membuka kancing kemejanya dan melemparkan di sofa asal.

Dirandra sebenarnya jarang masuk ke sini karena biasanya paviliun itu diperuntukan untuk tamu atau keluarga jauh yang menginap. Baru semalam ia di sini tapi sudah merasa betah. Dirandra duduk di sofa dengan santainya sembari mengendorkan ikat pinggangnya.

Kamini mendekat dengan membawakan secangkir kopi dan kue kering, meletakkannya tepat di meja depan Dirandra kemudian meraih kemeja yang tadi dilemparkan asal oleh Dirandra. Kamini sengaja tak melihat ke arah tubuh terawat suaminya yang sudah setelah telanjang, bahkan kaos dalamnya sudah Dirandra lepaskan.

Dirandra memperhatikan perlakuan Kamini, yang menyiapkan dia kopi dan kue kering membuat hatinya menghangat dan semakin bergairah pada istri mudanya itu. Dirandra memajukan tubuhnya dan menggapai kopi yang masih mengepul dengan harum baunya yang khas.

"Kunci dong pintunya," ucap Dirandra, ia tidak ingin kebersamaan dengan sang istri terganggu oleh yang lainnya. Dirandra merasa berada di dalam dunianya sendiri bersama dengan Kamini di sini.

"Nanti aja atuh santai dulu. Biar suasana santai gitu, baru pulang kerja udah olahraga aja," elak Kamini santai, sembari memasukkan kemeja dan kaos dalam suaminya ke dalam keranjang pakaian kotor. Padahal dalam hatinya berdebar-debar, rasa mengganjal akibat kegiatan mereka semalam saja masih terasa masa iya mau dicelup lagi.

Dirandra mengerutkan kening, istri mudanya semakin berani sekarang. Ke mana perginya gadis polos yang kemarin kubawa pulang dari Cianjur?

Tok tok tok ...

"Ya sebentar!" seru Kamini.

Kamini berjalan ke depan dan melirik suaminya yang dengan santai menonton televisi sembari menikmati kopi panasnya, tampak tidak terusik dengan ketukan di pintu.

Tampak wajah Dira menyapanya dengan senyum lebarnya. Dira kemudian segera mengerahkan dua rantang berisi makanan hangat kepada Kamini.

"Saya nggak masuk ya, ada Tuan Muda 'kan?" ujar Dira sembari melirik dari kisi pintu.

"Iya, udah nggak apa."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel