PART 8
Bagas membawa Laina masuk ke dalam kamar dan didalam kamar pintu langsung dikuncinya oleh Bagas. Laina menatap heran wajah suaminya itu yang terus-terusan menatapnya, seperti ada sesuatu yang ingin suaminya itu katakan.
"Laina, kamu ada sangkut paut dengan hilangnya kalung Ibu kamu, iya atau tidak?" tanya serius Bagas menunggunya jawaban dari Istrinya, tidak tahu mengapa Bagas merasa ada yang janggal dengan hilangnya kalung Ibu dan Anjani yang disalahkan.
Tidak mungkin Anjani mencuri kalung Ibu, dilihat dari ekspresinya saat menangis apalagi saat ditampar dengan Eyang, wanita itu masih kelihatan tegar dan berani mengutarakan pembelaannya bahwa dia sama sekali tidak mencuri.
Bagas yang melihat itu juga merasa terluka dan yakin bahwa Anjani tidak mencuri kalung Ibu.
Laina sempat terkejut akan tuduhan dari Bagas menduga bahwa suaminya menaruh curiga dengannya, tetapi Laina mencoba tetap tenang dihadapan Bagas.
"Aku ada sangkut paut dengan hilangnya kalung Ibu?, kamu yang benar saja, sayang. Aku sama sekali tidak tahu dan untuk apa aku mencuri kalung milik Ibu?, aku sendiri banyak perhiasan dan lihat Anjani memangnya dia punya perhiasaan?. Huh! Satupun tidak ada, bahkan kangmas saja tidak pernah belikan, itu membuktikan dia menginginkan kalung seperti Ibu" sanggah Laina tidak membenarkan tuduhan Bagas kepadanya.
Bagas melangkah mendekat menyentuh kedua pundak Istrinya. "Kamu sendiri katakan kita jangan pernah ikut campur urusan mereka, aku tidak menuduh kamu tetapi kalau kamu sampai ketahuan ikut campur yang membuat masalah, kamu harusnya bisa membayangkan bagaimana kangmas kamu itu mengamuk. Kamu harusnya kasihan dengan Anjani dan entah apa yang terjadi kepadanya didalam kamar bersama Pandhu."
Laina tersenyum dalam ketakutannya bahwa tidak mungkin Pandhu bakalan mengetahui adiknya yang membuat rencana tersebut, dan kenapa juga Laina harus kasihan dengan wanita miskin itu yang memang harusnya lebih pantas menjadi pembantu untuk Pandhu.
Laina ingin membuat Anjani lebih menderita setiap harinya dan sampailah wanita itu menyerah hidup bersama Pandhu, rencananya baru bisa dikatakan berhasil setelah wanita tersebut hengkang dari keluarga Rachmanu.
"Kamu percaya saja dengan aku, Bagas aku tidak selicik itu apalagi mengurusi rumah tangga Kangmas karena itu membuang waktu." senyum Laina menyakinkan Bagas yang langsung menghela napas dan sebenarnya masih ada keraguan, tetapi sudahlah.
Bagas tidak mau ambil pusing mengurusi masalah tersebut, hanya saja Bagas merasa tidak terima kalau Pandhu melakukan tindakan kekerasan kepada Anjani. Seharusnya Pandhu mendengarkan penjelasan Anjani terlebih dahulu dan mereka bisa bicarakan dengan tenang tanpa harus emosi.
Mau bagaimanapun Pandhu memang keras kepala dan egois, sangat susah menegur lelaki tersebut biarpun dengan kata-kata halus dia bakalan tersinggung. Terkecuali ... Anjani yang menegur Pandhu bakalan langsung menurut. Memang benar, Pandhu hanya menurut kepada Anjani seorang.
Dan Ya, Bagas masih sangat percaya bukan Anjani yang mengambil kalung tersebut sama sekali. Bagas diam-diam masih mencurigai Isterinya sendiri.
