Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 9

Pandhu berjalan mondar-mandir sembari berkacak pinggang, dada bidangnya naik turun menahan emosi yang teramat luar biasa. Bahkan ruangan kamar menjadi

pelampiasan amarahnya habis berantakan karena Pandhu

Anjani sendiri duduk dilantai masih menangis dan tubuh bergetar ketakutan, lengannya sebelah kanan terasa sakit sekali saat tadi dicengkeram tidak berperasaan oleh suaminya lalu pipinya juga mendapatkan tamparan dari telapak tangan besar suaminya. Itu membuat Anjani langsung lemas terduduk di lantai sampai sekarang, hanya bisa menangis tersedu-sedu.

"KAMU!. KAMU KALAU MAU KALUNG BILANG!. BILANG SAMA MAS!" bentak Pandhu di depan Anjani dan ditariknya lengan Istrinya itu supaya berdiri.

Anjani menutup matanya sejenak saat mendapatkan bentakan suara bariton suaminya, air matanya tiada henti menetes saat suaminya mencengram kuat pipinya sampai membuat pipinya memerah.

"HAH...?!, BILANG MAU KALAU TIDAK MAS AKAN TENGGELAMKAN KAMU DI KOLAM RENANG!!!." bentak Pandhu lagi, tatapannya menajam seakan menyala terbakar kemarahan dan tidak ada belas kasihan kepada Anjani untuk saat ini.

Anjani menangis dengan jantung berdebar, Pandhu sudah mengetahui ketakutannya bahwa dia tidak bisa berenang. Suaminya memang tidak pernah bercanda disetiap ucapannya, mau bagaimana lagi Anjani menyakinkan ke Pandhu bahwa dia bukan mengambil kalung milik Ibunya, bahkan bersujud memohon sudah tidak berlaku.

"M-mas, tenang dulu...a-aku...a-aku tidak ingin kalung Ibu dan aku juga tidak mencurinya mas, mana mungkin aku asal masuk kekamar Ibu dan sampai sekarangpun aku tidak pernah masuk kekamar Ibu dan kamar lainnya juga," ujar Anjani dengan bibir bergetar karena ketakutan, suaminya masih menatapnya bengis dan itu membuat Anjani menatap memelas memohon ampun.

"Bagus, kamu tidak mengakuinya." Pandhu tersenyum tipis setelah itu menyeret Anjani keluar kamar dan biarpun Anjani berontak, Pandhu dengan tenaganya yang lebih besar dapat dengan mudah menarik tubuh Anjani membawanya kebelakang tempat kolam renang.

"Mas...mas!, aku berbicara jujur sama kamu ... aku tidak berbohong Mas!" Anjani semakin menangis ketakutan kala mereka sudah sampai ditepian kolam renang.

"Ya!, disinilah Mas akan membuat kamu mengaku!." sedetik kemudian tubuh Anjani tercebur ke dalam kolam renang, dia berusaha untuk mengapai tepian dan bahkan kakinya tak bisa bergerak melainkan tangan yang bergerak tidak membantunya untuk mengapung.

Anjani trauma berenang karena dia pernah tenggelam semasa kecil, ingatan tentang masa lalu menghantui Anjani membuat tubuhnya langsung mati rasa dan mungkin akan tenggelam sebentar lagi.

"Mas!" masih dengan sisa tenaganya biarpun sudah banyak meminum air, Anjani tetap berusaha memanggil Pandhu meminta pertolongan. Pandhu berada di atas sedang menatapnya datar, dia menunggu seberapa tahan Anjani tidak mau mengakuinya.

Seketika, pandangan Anjani menjadi gelap dan sekujur tubuhnya lemas, tubuhnya tenggelam semakin dalam dan sebelum mengenai permukaan paling bawah kolam renang. Tubuh rapuhnya itu dengan sigap di selamatkan dan dibawa kepermukaan.

Anjani sudah tidak sadarkan diri, bahkan tidak tahu betapa berusahanya Pandhu memberikan napas buatan dan menekan dadanya mencoba menyadarkan dirinya yang hampir menemukan kematiannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel