Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Failed

"Apa aku terlihat sedang bercanda?"

Rumi menatap wajah Arya yang tampak serius. Mendadak dia merasa tak enak dengan lelaki itu. Suasana berubah canggung, mereka berdua memilih diam.

Bunyi bel apartemen yang bersahutan, mampu memecah keheningan diantara mereka berdua. Rumi bergegas membuka pintu untuk tamunya.

"Papa," panggil Rumi menyongsong Pak Winata, papanya.

Rumi agak lega, dia merasa beruntung tiba di rumah tepat waktu, andai dia sedikit saja pulang terlambat dan papanya datang dalam keadaan apartemen yang kosong, tidak dapat dipungkiri, Rumi akan dicecar habis-habisan dengan banyak pertanyaan oleh papanya.

Pak Winata memeluk putri satu-satunya, Arya yang berada di balkon mendekati mereka.

Papa Rumi tak menyangka se pagi ini sudah ada tamu di apartemen putrinya. Namun, Pak Winata menyadari bahwa dia seperti mengenal sosok Arya.

"Pagi, Om," sapa Arya mencium punggung tangan Pak Winata.

Rumi senang melihat Arya menghormati dan bersikap sopan pada papa Rumi.

"Kamu, anaknya Narendra, bukan?" ungkap Pak Winata pada Arya yang tersenyum ramah.

"Iya, Om, saya Arya Narendra, jadi Om kenal dekat dengan Papa saya?" ucap Arya, meski dia tidak terlalu terkejut karena mereka pernah berpapasan ketika Pak Winata ke kantor Narendra Group.

"Tentu saja, Nak," balas Winata ramah.

'Jadi, Om Winata ini Papanya Rumi,' batin Arya tak percaya, dia seperti mendapat angin segar untuk mendapatkan Rumi. Melihat bagaimana kedekatan keluarga mereka berdua.

'Tapi, kenapa, Rumi harus bekerja sebagai sekretaris di Narendra Group, perusahaan milik Kak Arjuna, padahal Pak Winata juga bukan orang sembarangan,' batin Arya lagi. Arya buru-buru mengenyahkan kecurigaannya.

Rumi bergelayut di lengan papanya. Arya tersenyum melihat reaksi Rumi yang terlihat manja dengan papanya.

"Sebaiknya Papa pergi, Rum. Lain kali, Papa datang ke sini lagi. Sebenarnya ada yang mau Papa bicarakan dengan kamu. Tapi, lebih baik besok saja," ucap Pak Winata mencium kening putrinya.

"Maaf, Pa, nanti Rumi telepon Papa," sesal Rumi, menatap papanya.

"It's ok, Dear. Nikmati waktumu," pamit papa Rumi, dia berbalik dan menepuk pundak Arya.

"Om pulang dulu, Nak. Jaga anak saya, awas kalau sampai kamu berani macam-macam," canda pak Winata pada Arya.

Arya mengangguk, "Baik, Om."

Sejujurnya Arya merasa tak enak dengan papa Rumi, pasalnya mereka hendak membicarakan sesuatu, yang sepertinya penting dan krusial.

Rumi mengantarkan papanya sampai depan pintu, "Take care, Dad. Call me when you get home, okay?" Pesan Rumi pada papanya.

Papa Rumi mengangguk dan meninggalkan apartemen Rumi. Pak Winata merasa curiga kalau Arya menyukai Rumi. Dengan kesal pak Winata masuk ke mobil dan kembali pulang ke rumahnya. Rencana memberitahu Rumi tentang perjodohannya dengan Arjuna gagal. Tak mungkin pak Winata menceritakan perjodohan Rumi di depan Arya. Meskipun lelaki yang dijodohkan dengan Rumi adalah Arjuna, kakak Arya.

Pak Winata takut, Rumi jatuh cinta dengan Arya, apalagi melihat kedekatan mereka berdua, tak biasanya putrinya membawa lelaki ke apartemennya.

**

"Maaf, Rum. Aku malah mengganggu weekend kamu dan Papamu, untuk yang tadi aku masih menunggu penjelasanmu," ucap Arya menatap Rumi dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aku enggak mau menjawabnya, asal kamu tahu, tidak terjadi apa pun di antara kami, Arya," balas Rumi mencoba menenangkan Arya.

"Rum, kamu malah memebuatku semakin curiga dengan jawaban yang kamu berikan padaku."

"Lalu kamu ingin aku menjawab apa?Kamu serius, Arjuna atasanku itu, Kakakmu? Bodohnya aku, kenapa tidak berpikiran bahwa nama belakang kalian sama," jawab Rumi menepuk keningnya.

"Aku pikir kamu tahu, Rum. Makanya aku diam saja, ketika tahu kamu bekerja sebagai sekretaris Arjuna," keluh Arya sembari menyandarkan punggungnya di sofa.

Rumi menggigit bibirnya, sesekali menggigiti kuku jarinya dan berjalan mondar-mandir seperti setrika. Membuat Arya yang melihatnya jadi bertanya-tanya kembali tentang kejadian yang disembunyikan Rumi darinya.

"Rum," panggilnya. Rumi menoleh, menatap Arya gelisah.

"Ada yang kamu sembunyikan! Jangan bilang, kamu tidur di apartemen Arjuna!" tanya Arya mengerutkan kening, penasaran dengan jawaban Rumi.

"Sayangnya iya, semalam aku mabuk saat menemani atasanku makan malam dengan Bian, dan Arjuna kakakmu, yang sialan itu, membawaku ke apartemennya," jawab Rumi mengepalkan kedua tangan di samping tubuhnya. Arya melihat kekesalan Rumi.

"Apa yang dia lakukan? Apa dia melakukan sesuatu padamu?" tanya Arya, masih dengan menatap Arumi dengan tatapan yang cukup tajam dengan sedikit rasa kecewa. Rumi bingung antara ingin menjawab atau tidak, dia malu menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Arya. Apalagi saat ini dia mulai nyaman dengan Arya, Rumi tidak mau, Arya berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya. Dia takut Arya menjauhinya. Rumi tidak mau kehilangan sosok Arya hanya karena insiden di Apartemen Arjuna.

"Rum," panggil Arya menyadarkan lamunan Rumi. Rumi kaget. Dia terlalu sibuk dengan pemikirannya sendiri.

"Tidak terjadi apa-apa di antara kami berdua," balas Rumi meyakinkan Arya.

Arya tentu saja tidak percaya begitu saja dengan jawaban Rumi. Arya hanya bisa membatin, 'Dua orang berbeda jenis dalam satu kamar dan tidak melakukan apa-apa, sepertinya itu mustahil.'

"Kamu tidak berbohong, kan?" tanya Arya menyipitkan mata ke arah Rumi. Rumi menggeleng pelan, dia menunduk, tak berani menatap ke arah Arya.

"Mendadak aku ingat sesuatu, aku harus pulang sekarang," pamit Arya.

Rumi mengernyit heran, dengan perubahan sikap Arya. Tanpa menunggu balasan Rumi, Arya keluar dari Apartemen.

Dia masuk lift, pikirannya kacau, apa yang dilakukan Arjuna pada Rumi membuatnya ingin segera sampai ke apartemen Arjuna. Arya menuju mobilnya, mengendarai dengan kecepatan di atas rata-rata. Banyak orang mengumpat di jalan melihat cara menyetir Arya. Dia tak peduli itu membahayakan dirinya sendiri, dia hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi tadi pagi dengan Rumi dan kakaknya.

Arya sampai di apartemen Arjuna, dia segera masuk ke lift, mengabaikan sapaan dari satpam dan resepsionis. Sampai di unit Arjuna, dia membuka akses dengan scan wajahnya. Ya, apartemen Arjuna memang memiliki fasilitas yang canggih. Setelah masuk, dilihatnya kakaknya yang sedang bersantai di balkon. Arya yang sudah emosi menghampirinya. Dia mencengkeram kaos Arjuna, "Apa yang sudah Kakak perbuat pada Rumi? Katakan padaku!"

Arjuna heran, bagaimana adiknya datang tiba-tiba dan menanyakan Rumi, Bagaimana bisa Arya mengenal Rumi. Keningnya berkerut, mengingat-ingat lagi, yang di maksud Rumi adalah Rumi sekretarisnya. "Kamu mengenal Rumi? Rumi Anggraini?"

Arya mengangguk, masih dengan wajah penuh amarah. Arya melepaskan kakaknya, menghempaskan kakaknya dan duduk di sofa dan memegang kepalanya frustrasi. Arjuna berusaha menenangkannya.

"Aku tidak melakukan apa pun pada Rumi, aku hanya membuka pakaiannya yang terkena muntahannya sendiri," ujar Arjuna santai, tak terlihat menyesal sama sekali. "Lagi pula, kenapa kamu begitu marah, apa karena dia temanmu, apa dia kekasihmu? Bukankah kamu belum mempunyai kekasih, jadi Rumi hanya teman, bukan?"

Arya diam, posisinya serba salah. Dia dan Rumi hanya berteman selama ini.

"Aku menyukainya, Kak! Jangan mengganggunya!"

"Apa Rumi menyukaimu?" tanya Arjuna mengejek adiknya. Arya, diam saja.

"Tampaknya kamu tidak yakin, dengan perasaannya."

Lagi Arya tak bisa menjawab pertanyaan Kakaknya.

"Jadi tidak ada larangan untukku mengejar sekretarisku, kan?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel