Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13

Hitungan tanggal sudah berganti dan bulanpun bergulir. Dan ini sudah 3 bulan lamanya dia menghilang setelah pertemuan itu. Setelah dia meminta waktu padanya, setelah dia mengatakan sumpah kalau dia mencintaiku. Dan sekarang dia pergi tanpa ada kabar. Dia menghilang bagai di telan bumi juga waktu. Selama ini aku berusaha menjalani hidupku sebaik mungkin. Berusaha tegar dan menganggap semuanya baik-baik saja. Berusaha mengabaikan rasa rindu yang selalu membendung di dalam hati.

Aku tak ingin munafik kalau sampai saat ini aku masih juga mengharapkannya. Aku masih berusaha memberinya waktu dalam diam, aku masih berusaha percaya dan menunggunya. Aku bahkan menolak lamaran dari Irsan yang mengakui perasaannya padaku sebulan lalu. Entah apa yang aku pikirkan, yang jelas aku hanya ingin tetap menunggunya dan selalu menitipkan rindu lewat doa.

Saat ini aku bersiap untuk ke rumah Amierra ingin menengok Akbar. Mungkin untuk sekarang, anak Amierra dan mas Djavier yang menjadi hiburanku.

Aku sudah menuruni mobil online dan berjalan memasuki rumah Amierra.

"Hallo Mahmud," ucapku menyapa Amierra yang tampak menggendok bayi Akbar yang sudah berusia 2 bulan.

"Hallo aunty celewet," ucapnya membuatku terkekeh dan langsung mencium pipi gembil Akbar uhh tampan sekali, mirip banget sama bapaknya.

"Hallo jodoh masa depanku," ucapku masih mengecupi pipinya.

"Iisshh, kagak bakalan gue restuin anak gue nikah sama perawat tua," ejek Amierra dan berhasil membuat kami terkekeh.

"Mas Djavier gak kerja?" tanyaku karena aku melihat mobilnya ada di depan halaman.

"Dia sedang libur, tadi lagi beli bahan makanan ke supermarket, juga susunya Akbar."

"Uuchhh HOT Daddy, suami yang siaga," kekehku membuat Amierra ikut terkekeh.

"Duduk dulu, gue buatkan minum." Aku duduk sambil memangku Akbar, dan Amierra sudah berlalu pergi meninggalkanku dengan calon jodoh masa depanku. Menyedihkan sekali...

Siapa yang tak iri melihat kehidupan bahagia Amierra dan mas Djavier yang kini semakin tampak harmonis dan bahagia dengan kehadiran Akbar di tengah-tengah mereka. Aku senang, bahkan ikut bahagia karena akhirnya sahabatku bisa mendapatkan kebahagiaannya dan jodohnya. Dan aku juga berharap suatu saat nanti aku bisa seperti mereka, mendapat suami yang sayang dan mencintaiku. Suami yang sangat perhatian juga shaleh.

Dan setiap aku memikirkan soal itu, otakku langsung tertuju pada Iqbal. Sebenarnya ada apa denganku? Kenapa dia tak pernah mau berhenti mengusik pikiranku.

Aku berusaha mengenyahkan pikiranku tentang Iqbal dan mengajak bayi tampan di gendonganku hingga tatapanku tertuju pada tumpukan buku yang tak sengaja ku senggol di bawah meja. Aku merebahkan Akbar di sisiku di atas sofa dan membereskan buku yang berserakan itu. Aku menyimpannya kembali ke tempat asalnya hingga sesuatu menarik perhatianku. Itu sebuah undangan mewah yang indah. Aku penasaran dengan isinya, aku membukanya untuk melihat isinya.

Deg

"Ya Allah!" aku harap aku salah melihat, aku harap aku sedang berhalusinasi. Aku menjatuhkan kembali undangan itu ke lantai.

"Mil," panggilan itu membuatku menoleh dengan tatapan yang tak bisa aku sembunyikan lagi.

Sakit.....

Inikah akhirnya?

Inikah jawaban dari ketiada kabarnya selama 3 bulan ini?

Demi Allah aku mencintaimu Milla....

Tatapanku kembali terjatuh pada undangan itu dimana ada dia bersama wanita bernama Intan. Dia tampak gagah memakai seragam kebesarannya dan Intan dengan kebaya cantiknya. Nama itu semakin memperjelas semuanya. Itu adalah undangan pernikahan Iqbal dan Intan yang akan berlangsung 2 hari ini.

Aku merasakan sebuah pelukan hangat di tubuhku. "Dia bilang kalau dia mencintai gue, dia bilang kalau dia hanya butuh waktu sedikit lagi untuk meyakinkan orangtuanya." Aku bertanya dengan suara yang sangat kecil kepada Amierra karena rasanya sangat sesak dan aku sulit sekali mengatur nafasku.

"Mier, kenapa?" aku merasakan tangan lembut Amierra mengusap pipiku yang mungkin tanpa sadar air mata itu kembali mengalir untuknya.

"Istigfar yah," bisiknya menarik kepalaku ke pelukannya.

"Hikzz.....hikzzz....."

Ya Allah kenapa? Setiap hari aku berdoa berharap dia menjadi jodohku karena ENGKAU masih belum melepaskan perasaan ini dari hatiku. Tetapi kenapa seperti ini? Kenapa kau malah menyadarkanku dengan kenyataan yang lebih perih?

Pertahananku sudah hancur, aku tak sanggup berpura-pura tegar dan kuat seperti sebelumnya. Dia mengingkarinya, dia yang meminta waktu, dia yang memberi harapan, dia yang selalu berkata tentang cinta. Tetapi akhirnya dia menghempaskanku jatuh ke dasar jurang.

Sakit Ya Allah.... sangat sakit rasanya.

"Istigfar Mil," aku masih mendengar bisikan dari sahabatku yang masih memelukku dengan erat. Tetapi itu tak mampu membuatku semakin tenang dan kuat. Aku hancur dan terjatuh semakin dalam.

Kenapa dia menipuku???

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel