Bab 7 Bujuk Rayu Raya
Bab 7 Bujuk Rayu Raya
Malam kian merambat larut, Raya tampak bersiap untuk tidur, tetapi wanita itu masih terjaga dan terlihat gelisah. Entah mengapa raut wajah Hero selalu terbayang di pelupuk matanya. Ternyata lelaki itu memiliki wajah yang sangat cool. Setelah tadi ia membawa Hero ke salon untuk merapikan penampilan pria itu. Dengan memakai setelan Jas dan rambut yang dikuncir ke belakang, membuat Hero terlihat seperti bodyguard di film Holywood begitu keren dan lebih menarik dibandingkan dengan Jaka yang tampan.
Raya pun tampak menggigit bibirnya membayangkan sedang berada dalam pelukan lelaki itu pasti penuh dengan kehangatan. Tiba-tiba terbesit sebuah keinginan di benak Raya. Setelah melakukannya dengan Jaka waktu itu, Entah mengapa ia jadi ingin mencobanya dengan Hero. Namun, apakah Hero mau melayaninya seperti Jaka? Raya tidak akan tahu jika dirinya tidak mencobanya bukan?
Tanpa berpikir panjang lagi Raya, segera mengganti piamanya dengan lingerie berwarna pink. Kemudian ia menyemprotkan parfum mahalnya ke bagian-bagian tertentu. Raya yakin sekali dengan berpakaian seperti ini, Hero tidak akan menolak Raya dan memberikan kehangatan untuknya. Hanya lelaki bodoh yang tidak tertarik dengan pesona Raya yang begitu menggoda.
Raya terlihat berlalu dan melangkah nyaris tanpa suara menuju ke kamar Hero yang terletak di sebelah kamar Yuyut. Raya segera memegang hendel pintu dan kebetulan tidak terkunci. Sungguh wanita itu merasa beruntung sekali malam ini. Jadi dirinya tidak perlu mengetuk pintu, nanti bisa terdengar oleh Yuyut yang super kepo dan heboh itu.
Tanpa Raya sadari, Yuyut melihat majikannya itu masuk ke kamar Hero. Ia tidak percaya Raya berani masuk ke kamar lelaki itu dengan pakaian seksi sekali. Yuyut tampak tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya dengan Raya dan Hero di dalam kamar.
“Miss Raya mau coba yang baru dan lebih besar sepertinya,” lirih Yuyut sambil menggeleng.
Sementara itu Hero yang juga belum tidur tampak terkejut melihat pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Dengan segera ia melonjak dari atas kasur seolah bersiap menyambut kedatangan penyusup. Namun, lelaki itu tampak tertegun ketika melihat Raya yang datang dengan berpakaian seksi sekali. Sehingga membuat Hero bertanya-tanya apa tujuan Raya masuk ke kamarnya malam-malam seperti ini.
“Miss, ada apa?” tanya Hero sambil memperhatikan Raya yang sedang menutup pintu.
Sambil mendekat ke arah Hero Raya kemudian menjawab, “Tidak ada apa-apa, kamu belum tidur?” Raya balik bertanya sambil memperhatikan tubuh Hero yang hanya mengenakan kaos tipis sehingga membentuk otot dada lelaki itu dengan jelas. Lalu pandangan Raya turun ke bawah, di mana Hero mengenakan celana boxer selutut sehingga menampakkan tonjolan yang membuatnya semakin salah tingkah.
Raya terus melangkah dengan menatap Hero sambil menebar pesona. Ia terlihat menggigit bibir untuk menahan gairahnya yang semakin bergejolak. Sementara itu Hero tampak diam mematung, ia menelan silvanya karena siluet tubuh Raya terlihat jelas seperti gitar Spanyol. Dua buah apel puji itu tampak tidak terbungkus keranjang sehingga terlihat menyembul keluar separuh. Di tambah dengan keharuman dari tubuh Raya, membuat gairah lelakinya mulai terpancing.
“Apakah kamu merasa dingin Hero?” tanya Raya ketika sudah berdiri di hadapan lelaki itu.
“Iya, maka dari pada itu, saya kecilkan ACnya Miss,” jawab Hero sambil mengalihkan pandangannya, “Apa kurang dingin biar saya tambah lagi?” tanya lelaki itu kemudian.
“Tidak perlu, saya juga sedang kedinginan dan ingin merasakan kehangatan,” sahut Raya sambil terus menatap Hero dengan menggoda.
Hero tampak menaikkan satu alisnya dan bertanya, “Maksud Miss?”
Raya tidak menjawab, ia justru memeluk tubuh lelaki itu dan merasakan begitu panas sehingga membakar gairahnya yang kian bergejolak. Gemas Hero seperti patung seolah tidak mengerti akan kode yang telah diberikannya. Dengan tidak sabar wanita itu segera mendorong tubuh kekar di hadapannya karena tidak siap Hero langsung terjatuh di atas tempat tidurnya yang empuk. Seketika Raya menindih tubuh Hero tanpa sungkan, wanita itu mulai memainkan jemarinya di atas dada Hero yang bidang.
“Berikan aku kehangatan Hero!” seru Raya sambil membasahi bibirnya dengan tangan yang terus mengelus dada berotot itu.
Hero tidak bergeming dan tidak membalas setiap sentuhan yang wanita itu lakukan. Melihat Hero yang diam saja membuat Raya semakin agresif, wanita itu mulai mendaratkan sebuah kecupan di bibir Hero dengan dadanya yang saling menempel. Namun, lelaki itu tidak membuka mulutnya sedikit pun. Ia justru terlihat seperti boneka hidup yang pasrah diperlakukan apa pun oleh si empunya.
Kemudian Raya mendekatkan bibirnya ke arah kuping Hero dan berseru, “Ayolah Hero! Aku tahu kamu juga menginginkannya bukan?” Raya kembali menggoda Hero sambil menggesekkan bagian sensitifnya ke senjata lelaki itu. Lalu kedua tangannya tampak meremas kedua dada Hero yang gempal.
Raya yang sudah tidak tahan terus mencoba untuk merayu Hero dengan segala cara, tetapi lelaki itu tidak bereaksi apa pun atau membalasnya.
“Ayolah Hero, saya akan beri kamu bonus jika mau melayani sampai puas!” Raya kembali meluncurkan rayuannya.
Bujuk rayu Raya rupanya tidak berpengaruh buat Hero. Bahkan lelaki itu seolah terlihat tidak tertarik dengan wanita, begitu dingin dan acuh.
Tidak mendapat respon seperti yang diharapkannya, membuat Raya jadi malu dan merasa harga dirinya telah jatuh di hadapan Hero. Wanita itu segera turun dari tubuh Hero. Ia terlihat kesal sekali karena lelaki itu tidak mau memenuhi hasratnya malam ini.
“Kamu payah Hero atau jangan-jangan guy ya?” umpat Raya dengan kekecewaan yang terpancar dari raut wajahnya.
Hero tidak menjawab, ia hanya memandangi Raya yang keluar dari kamarnya.
“Sial,” umpat Raya ketika keluar dari kamar Hero, ia tidak menyangka lelaki itu sangat dingin seperti tidak memiliki nafsu birahi. Wanita itu merasa telah salah menilai Hero. Ia kira lelaki itu lebih hot dan agresif dari Jaka. Ternyata tidak lebih seperti batang pisang.
Raya tidak menyangka jika Hero tidak tertarik untuk menggaulinya sedikit pun juga. Ia sangat malu sekali tadi dan seolah tidak punya harga diri di hadapan Hero. Selain itu Raya juga harus menahan hasratnya yang tidak tersalurkan. Sungguh ia sangat menyesal telah menolak Jaka kemarin. Jika Raya meminta Jaka untuk datang juga tidak mungkin karena sudah malam sekali. Jadi terpaksa Raya harus bersabar sampai esok pagi dengan menahan gairahnya malam ini. Raya segera kembali ke kamarnya, setelah membuka pintu ia sangat terkejut melihat seseorang bertopeng hendak keluar dari jendela kamarnya.
Dengan spontan Raya kemudian berteriak dengan histerisnya, “ Tolong! Tolong!”
Lelaki misterius itu terlihat panik dan segera melompat keluar dari jendela kamar.
BERSAMBUNG
