Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 20 Tamu Tidak Diundang

Bab 20 Tamu Tidak Diundang

Sebenarnya Raya ingin memperpanjang liburan di puncak, tetapi seorang asisten rumahnya yang di Jakarta memberitahu jika ada tamu penting yang datang. Mau tidak mau wanita itu memutuskan untuk pulang, ia ingin tahu siapakah tamu itu gerangan.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup macet menuju Ibu Kota, akhirnya kendaraan yang membawa Raya, Hero dan Yuyut sampai juga di tempat tujuan. Raya tampak heran melihat sebuah mobil mewah yang terparkir di garasi. Wanita itu kemudian segera masuk untuk melihat siapa tamu penting yang berkunjung ke rumahnya.

“Halo dear, how are you?” ucap seorang wanita paruh baya yang masih kelihatan cantik dan glamor menyambut kedatangan Raya.

“I’m fine,” sahut Raya dengan malas setelah melihat kedatangan ibunya, Rosi dari kota lain. “Ada apa Mami datang ke Jakarta?” tanyanya to the poin.

“Tentu untuk melihat keadaanmu sayang, selain itu mami juga kangen sekali ingin bertemu denganmu,” jawab Rosi sambil menunjukkan perhatiannya. Wanita itu kemudian memeluk Raya dengan erat.

Raya tampak memutar bola matanya, ia tahu jika itu hanya sebuah alasan klasik. Wanita itu yakin sekali jika ibunya itu datang dengan tujuan tertentu. Apalagi ia sekarang sudah menjadi seorang janda kaya raya.

“Mami turut berduka cita atas kejadian yang menimpa suamimu. Pasti kamu sangat sedih dan terpukul sekali, maka dari pada itu untuk sementara waktu mami akan tinggal di sini menemanimu,” ucap Rosi sambil terus menunjukkan kepeduliannya.

“Sendiri?” tanya Raya setelah ibunya melepas pelukan.

Rosi tampak tersenyum dan menjawab, “Tentu dengan adikmu Bela.”

Raya tampak menghela nafas panjang mendengar nama itu dan bertanya, “Mana dia?” netranya terlihat mencari.

“Sedang ke toilet,” jawab Rosi sambil menggandeng Raya dengan hangat.

“Mami, aku mau kamar yang menghadap ke taman,” ujar seorang perempuan muda dan cantik sambil turun dari tangga.

“Tidak bisa, itu kamar asisten pribadiku,” sahut Raya sambil menatap tajam ke arah adik tirinya yang berpakaian seksi itu.

“Ya sudah, kamar di sebelahnya saja,” pinta Bela kembali dengan majanya.

“Itu juga tidak boleh karena sudah ditempati bodyguardku,” tolak Raya yang membuat Bela terlihat jadi kesal.

“Bela jaga sikapmu!” seru Rosi dengan tegas kepada putrinya.

Sebenarnya Raya bisa saja menolak keinginan Rosi dan Bela untuk tinggal di rumahnya, tetapi ia tidak mau dibilang anak durhaka. Namun, wanita itu tidak dapat memungkiri jika rasa marah dan kecewa masih ada terhadap ibunya. Akhirnya dengan terpaksa Raya menerima juga kehadiran ibu dan adik tirinya, apalagi hanya untuk sementara waktu.

“Baik, Mami dan Bela boleh tinggal di rumahku, tetapi aku harap kalian ikuti peraturan yang telah kubuat,” ujar Raya dengan bersyarat.

“Apa kamu bilang—“

“Cukup Bela!” seru Rosi dengan lantang, “Raya tolong suruh asistenmu menunjukkan kamar tamu, mami ingin beristirahat,” pinta Rosi dengan suara yang rendah.

“Yut, tolong antarkan ibu dan adiku ke kamar mereka!” seru Raya kepada asisten pribadinya, “Oh ya, satu lagi dan ini terutama untukmu Bela. Jangan pernah menyuruh Yuyut dan Hero karena mereka adalah asisten pribadi dan bodyguardku!” Raya memberitahu adik tirinya itu yang terkenal pemalas dan suka main perintah dengan seenaknya.

“Baik Miss,” sahut Yuyut dengan patuh, “Ayo Bu ikuti saya!” ajak Yuyut kepada Rosi.

Setelah kepergian Yuyut, Rosi segera menutup pintu kamar tamu dan langsung berbicara dengan putrinya dengan serius.

“Mami kan sudah bilang, kamu harus bersikap baik di depan Raya! Ikuti semua peraturan dia apa pun itu dan jangan berani membantahnya!” seru Rosi dengan tegas.

“Kenapa kita tidak tinggal di hotel atau apartemen saja, Mi? Aku tidak mau jika harus mengikuti peraturan Raya di rumah ini,” tanya Bela sambil mengutarakan keinginannya yang tidak sudi di atur oleh siapa pun.

“Tidak ada cara lain Bela, asal kamu tahu ya keuangan kita sedang defisit dan itu semua gara-gara kamu yang suka foya-foya menghamburkan uang. Jika kamu mau tetap hidup dengan enak dan mewah maka kita harus bisa mengambil hati Raya, mengerti?” jawab Rosi yang mulai terlihat geram dengan Bela yang susah diberi tahu.

“Oke,” sahut Bela dengan terpaksa karena ia tidak bisa hidup susah, “Akan tetapi Raya tidak mungkin mengizinkan kita untuk tinggal dengannya terus Mi,” ujarnya kemudian.

“Bagus, kalau soal itu biar mami yang akan pikirkan caranya agar kita bisa selamanya tinggal di rumah ini,” sahut Rosi yang mulai berpikir.

“Terserah mami yang penting semua kebutuhanku tetap terpenuhi,” ujar Bela sambil menghempaskan tubuhnya di kasur yang empuk.

“Tentu jika kamu nurut sama mami dan jangan membantah!” Rosi memperingati putrinya kembali sebelum meninggalkan Bela yang terlihat cuek.

Sementara itu di kamarnya Raya terlihat gusar karena ibu dan adik tirinya tinggal di rumah ini. Ia takut mereka akan jadi penghalang hubungannya dengan Hero yang baru saja dimulai. Pasti wanita itu tidak bisa bermesraan dan bercinta bersama Hero dengan bebas lagi.

Raya belum siap jika orang lain tahu hubungannya dengan Hero diketahui keluarganya. Pasti akan bocor ke publik kemudian membulynya sebagai janda gatal yang haus belaian laki-laki. Selain itu tuduhan tentang dirinya sebagai pelaku pembunuhan Tuan Ado pasti akan diangkat lagi. Ia tidak mau itu semua sampai terjadi karena bisa membuat image Raya buruk mungkin bisa kehilangan harta warisan suaminya yang sangat banyak itu.

“Aku harus mencari cara agar mereka tidak mengetahui hubunganku dengan Hero,” lirih Raya sambil terus berpikir.

Kemudian Raya segera mengeluarkan ponsel dan menelepon bodyguardnya.

[Halo Miss, ada apa?] sahut Hero sambil bertanya dari sebelah.

[Saya tunggu kamu di ruang baca sekarang!] sahut Raya sambil mengakhiri panggilan itu. Kemudian ia segera keluar dari kamarnya.

Sesampai di ruang baca Raya menunggu Hero dan tidak lama kemudian lelaki itu sudah datang menemuinya.

“Ada apa Miss?” tanya Hero begitu sampai di hadapan Raya.

“Aku bingung Hero sekarang ibu dan adik tiriku tinggal di rumah ini. Kita pasti tidak bisa dekat lagi,” ujar Raya memberitahu kegalauan hatinya.

Hero kemudian mendekati Raya hingga jarak mereka dekat sekali. Kemudian lelaki itu bertanya, “Apa Miss punya apartemen di kota ini?”

Sambil mengangguk Raya kemudian menjawab, “Tentu, tetapi aku tidak mungkin menyuruh mereka tinggal di sana Hero. Mereka tetap keluargaku, meskipun hubungan kami tidak baik.” Raya menjelaskan seolah tahu jalan pikiran Hero.

“Aku tidak menyarankan Miss untuk menyuruh mereka tinggal di apartemen,” sahut Hero sambil tersenyum.

Raya tampak mengernyitkan dahinya dan bertanya, “Lalu buat siapa apartemen itu?”

“Untuk kita, jadi Miss bisa menggunakan alasan apa pun untuk pergi dan kita akan menghabiskan waktu berdua di tempat itu tanpa diganggu oleh siapa pun,” jawab Hero yang membuat Raya tampak tersenyum senang mendengarnya.

“Ide bagus,” puji Raya atas pendapat Hero yang tidak terpikirkan olehnya. Kemudian ia mencumbu lelaki itu.

“Cukup Miss dan sabar!” saran Hero setelah melepas bibir Raya, “Kita harus keluar dari tempat ini sebelum mereka curiga.

“Oke, ayo kita keluar sekarang!” ajak Raya yang di ikuti oleh Hero.

Benar saja ketika Raya dan Hero baru keluar dari ruangan baca, mereka berpapasan dengan Bela yang sedang berkeliling melihat-lihat seluruh ruangan itu. Bela segera memasang senyum manis ke arah kakaknya. Sementara itu Raya jadi tidak suka dan cemburu karena adiknya terlihat sangat seksi di hadapan Hero.

“Hero kembali ke kamarmu!” seru Raya tanpa menoleh.

Tanpa menjawab Hero segera menuruti perintah Raya sambil menatap tajam ke arah Bela. Setelah itu Raya juga berlalu dari hadapan Bela karena memang hubungan mereka tidak pernah dekat dari dulu. Hal itu dikarenakan Bela selalu iri kepada Raya yang jauh lebih cantik.

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel