Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ungkapan Cinta

Seperti biasa Arlena menjalani hari-harinya dengan semangat meski terkadang ada rasa lelah akan tetapi dirinya tidak bisa menyerah. Perjalanannya masih panjang dan masih banyak cita-cita yang harus diraihnya dan Arlena tidak mungkin menyerah di tengah jalan.

“Arlena, kamu harus yakin dan percaya bahwa kamu bisa melewati badai ini. Kamu harus yakin jika di depan sana masih ada rintangan yang begitu berat dan kamu yakin bisa melewatinya,” gumamnya.

Arlena pun segera meraih tasnya dan segera pergi ke sekolah, dia tidak ingin hari ini terlambat. Dengan langkahnya yang penuh semangat Arlena berjalan kaki menuju sekolahnya meski jarak sedikit jauh akan tetapi Arlena tidak mengeluh karena baginya pendidikan paling utama agar dirinya menjadi orang sukses.

Mungkin membutuh waktu tiga puluh menit Arlena berjalan kaki dan kini dia telah memasuki gerbang sekolahnya dan beruntung saja dirinya tidak terlambat.

“Arlena,” panggil Damian.

Arlena menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Damian, dimana pria itu berjalan ke arah dirinya. “Damian, ada apa?”

Damian pun tersenyum lalu mengusap puncak kepala Arlena dengan lembut. “Arlena, bisakah nanti setelah jam istirahat kita bicara sebentar, temui aku di rooftop.”

“Hm, baiklah nanti aku akan menemuimu,” ucap Arlena tersenyum.

“Baiklah, lebih baik kita segera ke kelas. Aku akan mengantarkanmu,” ucap Damian dan tanpa menunggu lama lagi Damian menarik tangan Arlena. Mereka pun berjalan bergandengan tangan menuju kelas, tentu saja mereka menjadi tontonan setiap murid karena selama ini mereka mengenal Damian yang tidak pernah dekat dengan wanita.

“Masuklah,” ucap Damian.

Arlena menganggukan kepalanya dan segera masuk ke dalam kelas. Sedangkan Damian dia juga langsung melangkahkan kakinya untuk pergi ke kelasnya setelah memastikan Arlena dan di sana ada senyuman tipis dan tentunya tidak ada yang melihatnya.

“Manis,” gumamnya.

Tak terasa waktu istirahat pun telah tiba dan kini semua murid berhamburan keluar kelas entah itu pergi ke kantin atau ke toilet. Berbeda dengan Arlena, dia berjalan menuju ke arah rooftop untuk bertemu dengan Damian.

Cklek…

Arlena pun telah sampai di rooftop dan di sana dia dapat melihat Damian yang sedang berdiri. Arlena berjalan mendekati dimana Damian berdiri.

“Damian,” panggil Arlena.

Damian membalikkan dan tersenyum saat Arlena sudah berada di hadapannya. “Tidak keberatan bukan aku mengajakmu bertemu saat jam istirahat yang seharusnya kamu pergi ke kantin.”

Arlena menggelengkan kepalanya, “Tidak, memangnya ada apa Damian? Apa ada sesuatu yang akan kamu bicarakan padaku?”

Damian pun langsung menarik tangan Arlena untuk duduk di sofa yang berada di rooftop. Hingga saat ini mereka duduk berdekatan dan itu membuat Arlena sedikit merasa gugup.

“Arlena,” panggil Damian rendah dan serak.

“Ya, k-kenapa Damian?” tanyanya.

Damian menatap Arlena, tatapan mereka bertemu dimana manik mata Arlena yang terlihat begitu cantik oleh Damian. Sungguh Damian tidak bisa lagi menahannya dan dia harus mengungkapkan perasaannya.

“Arlena, maukah kamu menjadi pacarku,” ucap Damian sambil menarik tangan Arlena ke dalam genggamannya.

“Aku sudah lama menyukaimu, Lena. Akan tetapi aku takut untuk mengungkapkannya karena selama ini yang aku tahu kamu selalu membatasi dirimu dengan seorang pria. Aku tahu ini pasti mengejutkan dirimu akan tetapi aku sungguh sangat serius dengan ucapanku, Arlena,” ucap Damian dengan keseriusannya.

“T-tapi, Damian. Aku bukanlah gadis baik, aku gadis yang sudah kotor Damian. Lalu bagaimana jika nanti orang tua kamu tahu, Damian terlebih mama kamu pasti tidak akan menyukaiku, Damian,” ucap Arlena sambil menundukkan kepalanya.

Bahkan debaran jantungnya saat ini begitu kencang dan tidak karuan. Entahlah dirinya harus menerima pernyataan cinta dari Damian, Arlena hanya takut jika hubungannya kedepannya tidak akan baik-baik saja.

Damian mencium punggung tangan Arlena begitu lembut, “Dengarkan aku, Lena. Aku tidak peduli dengan masa lalumu, biarkan itu semua menjadi masa lalu. Aku tidak akan mempermasalahkan itu semua Arlena, aku mencintaimu apa adanya Arlena. Soal mama, kamu jangan khawatir, aku yakin jika suatu saat nanti mama akan menerima kamu, Arlena.”

“Damian,” ucap Arlena, dan saat ini tatapan Arlena tertuju pada wajah tampan milik Damian.

“Tapi, aku takut Damian,” ucap lirik Arlena.

“Jangan takut, Lena karena aku akan selalu ada untukmu. Aku akan selalu melindungimu,” ucap Damian tulus.

Lalu Damian memajukan wajah dan mengecup kening Arlena dengan sayang. “Kamu tidak perlu mengkhawatirkan semuanya, Arlena. Karena akan aku pastikan jika semuanya akan baik-baik saja, pecayalah kepadaku.”

Arlena kembali menatap Damian dengan pelan menganggukan kepalanya. Setelahnya dengan spontan Arlena menghamburkan pelukannya pada Damian dan tanpa sadar dia menangis di pelukan Damian.

“Jangan menangis, Arlena,” ucap Damian pelan dan menenangkan Arlena.

“Aku bahagia, Damian. Ya, aku menangis bahagia karena selama ini semua orang selalu menghinaku dan yang selalu ada untukku hanya kamu dan ayah akan tetapi ayah sudah pergi meninggalkanku,” ucap Arlena.

“Sttt… karena saat ini ada aku yang selalu ada untukmu, sayang. Jangan menangis lagi,” ucap Damian.

Arlena melepaskan pelukannya dan tersenyum, sedangkan tangan Damian terulur untuk menghapus air mata Arlena.

“Apapun yang terjadi aku akan selalu menjadi yang terdepan melindungimu,” ucap Damian.

Arlena hanya tersenyum, tentu saja dia sangat senang karena Damian begitu baik dan lembut kepadanya. “Damian, jadi kita saat ini jadian?”

Damian terkekeh mendengar pertanyaan dari Arlena, “Tentu saja jika kamu menerimaku menjadi kekasihmu dan tentu saja aku tidak ingin penolakan Arlena.

“Damian, a-aku m-mau jadi kekasihmu,” ucap Arlena terbata-bata.

Damian langsung membawa Arlena kedalam pelukannya, dia sangat bahagia karena akhirnya gadisnya itu menerimanya. Damian berjanji jika dirinya tidak akan menyakiti Arlena bahkan dia berjanji akan membahagiakan Arlena apapun yang terjadi.

Akhirnya Damian dan Arlena karena harus kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Saat Arlena mendudukkan dirinya di samping Elara langsung bertanya banyak hal pada Arlena.

“Lena, kenapa kamu bisa bersama dengan Damian?” tanya Elara.

“Kenapa memangnya El? Apa ada yang salah,” ucap Arlena pelan dan menatap ke depan karena sudah ada guru.

“Ck! Karena selama ini yang aku tahu kalian tidak pernah dekat lalu tiba-tiba kalian dekat dan ini berita yang sangat menghebohkan,” ucap Elara.

“El, diamlah daripada kena marah bu Vannya,” ucap Arlena.

Saat itu juga Elara tidak bertanya lagi dan lebih fokus dengan pelajaran yang diberikan oleh bu Vannya yang sebenarnya menurut Elara sangat membosankan.

Hari sudah semakin sore dan saat ini Arlena bersama Elara berjalan ke luar kelas. Mereka berdua berjalan bergandengan tangan, “Lena, kamu pulang naik apa? Atau bareng sama aku aja.”

“Tidak El, aku langsung ke tempat kerja dan kebetulan jalan kaki juga dekat,” ucap Arlena tersenyum.

“Lena, aku bangga memiliki sahabat seperti dirimu. Lena jika kamu kenapa-napa jangan pernah ragu meminta bantuan padaku, kamu ingat bukan jika aku ini adalah sahabatmu yang baik,” ucap Elara.

Arlena tersenyum sambil menganggukan kepalanya, “Tentu saja El, itu pun jika kamu nanti tidak keberatan. El, kamu adalah satu-satunya sahabat baikku.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel