Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Jauhi Damian

Hari ini dimana Arlena dan Damian pulang bersama, awalnya Arlena menolak akan tetapi Damian terus memaksanya dan mau tidak mau Arlena hanya bisa menurutinya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil milik Damian yang terpakir di parkiran khusus untuk Damian.

“Damian, sebenarnya aku bisa pulang sendiri dan juga kost aku tidak jauh dari sekolah,” ucap Arlena yang saat ini menatap ke arah Damian.

Damian tersenyum lalu mengusap puncak kepala Arlena dengan lembut. “Aku anterin, sayang.”

Blush…

Arlena menundukkan wajahnya dan mungkin saat ini pipinya seperti kepiting rebus. Ah, kenapa Damian memanggilnya sayang dan itu membuatnya salah tingkah akan tetapi hatinya merasa bahagia.

“Sayang,” panggil Damian dengan suara serak dan sexy.

“Y-ya,” ucap Arlena terbata dan kini dia mendongakkan wajahnya untuk bisa menatap Damian.

“Mulai saat dan seterusnya, aku akan menjemput dan mengantarkanmu dan aku juga tidak menerima penolakan,” ucap Damian tanpa ingin dibantah.

Arlena hanya bisa menghela nafasnya, bagaimana pun dia menolaknya keputusannya juga tetap sama. Mungkin untuk saat ini Arlena hanya bisa menurut dan berdoa jika mama Damian tidak akan pernah mengetahui hal ini. Jujur saja Arlena sangat takut jika mama Damian mengetahui hubungan mereka dan entah apa yang akan dilakukannya nanti jika mengetahuinya.

Damian melajukan mobilnya meninggalkan area sekolah. Sepanjang perjalan menuju kost Arlena tidak ada obrolan sama sekali, dimana Arlena sibuk dengan pikirannya dan Damian yang fokus mengendarai mobilnya dengan tatapan lurus ke depan.

Tidak terasa mereka pun telah sampai dan Damian sudah menghentikan mobilnya tepat di depan gang kost Arlena. Arlena menoleh ke arah Damian dan menatap kekasihnya itu sejenak hingga Damian menoleh dan menatapnya balik akan tetapi Arlena segera mengalihkan pandangannya.

“Terima kasih, Damian,” ucap Arlena.

Ada seulas senyum di bibir Damian dan tangannya pun terulue mengusap puncak kepala Arlena. “Tidak perlu terima kasih, Lena. Apapun akan aku lakukan untukmu.”

“Damian,” panggil Arlena pelan.

“Hmm.”

Arlena masih diam dan dia jadi bingung ingin bicara apa pada Damian. Dengan kedua tangannya yang meremas rok di pahanya dengan kuat. Damian yang mengetahui itu menghela nafasnya dan segera dia meraih tangan Arlena. Damian menggenggam tangan Arlena dengan lembut dan tidak lupa mencium punggung tangannya.

“Ada apa, hmm?” tanya lagi Damian.

“A-aku takut Damian,” ungkap Arlena setelahnya dan saat itu juga Arlena mengangkat wajahnya menatap Damian.

“Tidak perlu ada yang kamu takutkan, sayang. Percayalah jika semuanya akan baik-baik saja,” ucap Damian tersenyum.

Arlena hanya bisa tersenyum walau di hatinya masih ada rasa takut akan hubungannya dengan Damian. Arlena sebenarnya sangat sadar diri, bahkan dia memang tidak pantas untuk Damian.

“Ayo, aku antar kamu sampai kost,” ucap Damian.

“Hah! A-aku bisa sendiri Damian,” ucap Arlena.

Akan tetapi Damian tidak menghiraukan justru pria itu segera keluar dari mobilnya. Damian membukakan pintu untuk kekasihnya. “Ayo, aku antar dan aku juga tidak ingin penolakan. Aku ingin memastikan jika kamu baik-baik saja sampai kost.”

Pada akhirnya Arlena hanya bisa pasrah, saat ini mereka berjalan melewati gang kecil untuk bisa sampai di kost Arlena.

“Lena, apa tidak sebaiknya kamu pindah saja ke apartemenku. Di apartemen jauh lebih terjaga keselamatanmu, disini terlalu berbahaya,” ucap Damian.

Arlena menghentikan langkahnya dan menatap Damian sejenak, Arlena menghela nafasnya. “Tidak, Damian. Aku lebih nyaman disini dan aku tidak ingin merepotkanmu lagi. Apalagi jika nanti mama kamu tahu pasti akan sangat marah kepadaku.”

“Sayang, itu sudah menjadi urusanku dan kamu tidak perlu takut akan hal itu,” ucap Damian lalu kembali menarik tangan Arlena dan melanjutkan langkah mereka.

Dari kejauhan tampak seorang wanita paruh baya menatap keduanya dengan penuh emosi bahkan tangannya mengepal hingga terlihat kukunya memutih. Wanita paruh baya itu adalah mama Damian yang tidak sengaja melihat keduanya.

“Damian, kenapa kamu begitu sangat tidak menuruti perintah mama. Baiklah jika begitu maka mama akan melakukan sesuatu hingga kamu tidak dekat dengan wanita itu lagi,” gumamnya.

Setelahnya mama Damian kembali masuk kedalam mobilnya. Tidak, dia bahkan menunggu Damian kembali ke mobilnya dan setelahnya dia akan menemui gadis sialan yang selalu menempel pada anaknya.

Mungkin ada setengah jam mama Damian menunggu dan akhirnya dia melihat Damian yang sudah memasuki mobilnya lalu pergi. Saat itu mama Damian kembali keluar mobil dan berjalan masuk ke dalam gang kecil yang Damian dan Arlena lewati tadi.

Tokk… tokk… tokk

Pintu pun akhirnya terbuka dan betapa kagetnya Arlena melihat mama Damian ada di depan kostnya. Bagaimana bisa mama Damian tahu tempat tinggalnya saat ini dan apa datang kesini.

“T-tante,” ucapnya lirih dan ada sedikt ketakutan.

“Tcih! Sudah berapa kali saya ingatkan kepadamu wanita sialan. Jauhi Damian, apa kamu tidak mengerti!” ucap mama Damian ketus.

“T-tapi, tante. D-damian selalu saja datang kepadaku dan aku tidak bisa menjauhinya,” ucap Arlena dengan wajahnya yang menekuk dan tidak berani menatap mama Damian.

Mama Damian semakin geram mendengar ucapan Arlena barusan. “Hei, wanita jalang. Kamu bahkan tidak pantas untuk berdekatan dengan anak saya, kamu dan Damian itu jauh. Kamu harus sadar itu, sampai kapan pun saya tidak akan bisa diam melihat kalian berdekatan. Saya akan melakukan segala cara agar Damian menjauhimu,” ucapnya. “Jika kamu masih menempel pada anak saya maka saya akan membuat hidupmu menderita,” ucapnya lagi lalu setelahnya mama Damian langsung pergi meninggalkan Arlena.

Sedangkan Arlena hanya bisa menangis, entah kenapa semenjak kepergian sang ayah hidupnya menjadi tidak baik-baik saja banyak masalah yang selalu saja datang menghampirinya. Arlena tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa, kini hanya bisa menangis merutuki nasibnya yang tidak seberuntung yang lainnya.

Arlena menutup pintu kostnya, tubuhnya pun bersandar pada pintu dan merosot ke lantai butiran air mata yang tadi dia tahan kini semakin deras dan tidak bisa dia tahan lagi.

“Tuhan, aku lelah,” gumamnya.

Waktu terus berjalan dan kini sudah larut malam akan tetapi Arlena masih terbaring di kasur usang yang mungkin tidak nyaman. Harusnya Arlena masuk kerja akan tetapi dia hari ini izin tidak masuk dan beruntung saja bosnya mengizinkan.

Arlena bahkan enggan untuk bangun mencari makan malam padahal perutnya sudah meraung-raung untuk minta di isi akan tetapi dia lebih nyaman berbaring dengan air mata yang terus keluar.

“Ayah, Lena ingin ikut ayah,” ucapnya dengan isak tangisnya.

“Ayah, Lena tidak bisa hidup seperti ini,” ucapnya kembali.

Hingga Arlena merasakan pusing yang menghampirinya dan pandangannya pun kabur dan setelahnya Arlena tidak ingat apa-apa. Ya, pada akhirnya Arlena jatuh pingsan karena terlalu lama menangis.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel