Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Bersihkan Tubuhmu

Seorang wanita yang terlihat sudah berumur dengan wajah ramah namun tegas menyambut kedatangan Alexa di pintu.

“Bawa gadis ini,” ucap Agon yang sejak tadi berdiri di samping Alexa.

Wanita itu hanya mengangguk tanpa bicara sepatah kata pun dan hanya memberikan arahan agar Alexa mengikutinya.

Sesampainya di depan pintu kamar, wanita itu menyuruh Alexa untuk masuk ke dalam. Alexa membuka pintunya dengan hati-hati. Dia melihat sebuah ranjang yang begitu mewah. Dengan ragu-ragu, dia melangkah masuk ke dalam. Matanya berkedip-kedip dengan bulu mata yang sangat lentik, menelisik ruangan yang begitu besar itu, sampai matanya bertemu dengan mata tajam yang seperti menusuk ke arahnya.

Alexa hampir saja meneteskan air liurnya melihat seseorang yang duduk di atas sofa dengan sebelah kaki ditumpangkan, menatap ke arahnya. Alexa mencoba mengedipkan beberapa kali matanya sebelum melihat ke arah pria tampan yang duduk di sofa.

Alexa bergumam, “Apakah itu humanoid robot? Wajahnya tampan sekali. Jika suatu saat nanti aku kaya raya, aku akan membeli pajangan setampan itu, hihi!” sambil membekap mulutnya menahan tawa, lalu mencoba memperbaiki bajunya.

Dari jarak yang sedikit jauh dari Alexa, pria bernama Willian Sebastian mengerutkan dahinya, melihat Alexa dengan gaun seksi yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya. Gadis itu tampak tidak nyaman, terus menarik-narik bagian bawahnya yang memperlihatkan paha mulusnya. Willian yang melihat pakaian Alexa berdecak kesal, setelah mengetahui bahwa itu adalah gadis yang sedang ditunggunya.

Alexa mengerutkan dahinya, lalu melotot ke arah Willian dan berkedip-kedip. Tingkahnya membuat Willian sedikit gemas. Ia tersenyum tipis, meskipun sempat kesal dengan pakaian yang dipakai Alexa. Senyum Willian hampir tidak terlihat. Alexa mengira Willian adalah humanoid atau manusia robot yang kulitnya hampir mirip dengan manusia asli, karena dia sama sekali tidak bergerak dan hanya menatapnya. Hal itu membuat Alexa terus memperhatikan Willian yang hampir tertawa melihat tingkahnya.

“Apa kau akan terus menatapku?” ujar Willian sambil menatap ke arah Alexa.

“Hei, ternyata dia bisa berbicara. Sangat menggemaskan sekali,” kata Alexa sedikit terkejut.

“Kau pikir aku bukan manusia,” jawab Willian dengan suara yang terkesan dingin.

“Kau manusia?” tanyanya terkejut.

“Ck! Gadis bodoh, kau kira aku hantu?”

“Hah, maaf! Aku tidak tahu,” jawab Alexa dengan gugup karena sedikit takut pada nada bicara Willian.

‘Sepertinya aku salah masuk kamar,’ batin Alexa sambil menggigit bibir bawahnya, lalu berbalik untuk segera keluar tanpa pamit. Namun, sebelum Alexa sempat membuka pintu, pria itu berkata, "Apakah kau lupa tujuanmu datang ke sini?"

Alexa berhenti, lalu berbalik menatap pria yang tak jauh darinya dengan wajah polos. "Aku tidak lupa dengan tujuanku, tapi sepertinya aku salah masuk kamar. Seharusnya orang yang memesan aku adalah pria tua yang gendut. Aku harus pergi dulu," ucap Alexa santai, hendak membalikkan badan lagi.

"Kau bilang apa barusan, pria tua yang gendut?" Willian menyela, "Kau menyebutku pria tua?" lanjutnya dengan nada terkejut.

"Hah! Apa maksudmu? Yang aku maksud bukan dirimu. Mana ada pria tua yang gendut setampanmu?" Alexa menunjuk Willian dengan jari.

Willian mengabaikan perkataan Alexa. “Siapa yang menyuruhmu datang kemari dengan memakai pakaian seperti itu?” tanya Willian. Alexa sedikit kaget dengan suara Willian.

“Orang-orang yang membawaku kemari,” jawab Alexa dengan nada pelan.

Willian mendengus, terlihat kesal. Sorot matanya tajam memperhatikan Alexa yang terus-menerus menarik-narik gaunnya.

Willian terdiam tanpa sepatah kata pun, membuat Alexa hanya berdiri menunggu kata-kata yang keluar dari mulut Willian.

Alexa membalas tatapan Willian yang membuatnya merasa terintimidasi saat pria itu berjalan ke arahnya.

Pria di hadapannya tinggi dan kekar, dengan tatapan tajam yang membuatnya harus mendongak. Alexa mundur perlahan saat Willian makin mendekat, sampai tidak bisa lagi mundur.

“Apa kau tahu siapa orang yang akan kamu temui dengan sebutan pria tua yang gendut itu?” tanya Willian sambil mengurung tubuhnya, mengapit Alexa di antara kedua tangannya.

Willian harus menunduk untuk melihat wajah wanita bertubuh mungil di depannya. Bola matanya besar dengan bulu mata lentik dan bibir tipis yang imut. 

‘Sangat menarik,’ batin Willian. 

Sebelumnya Willian hanya melihat Alexa dari kejauhan sudah membuatnya tertarik. Sekarang dia bisa melihatnya dengan sangat jelas, dan itu mampu membuat hatinya makin tertarik.

Alexa terkejut saat pria itu mengurung tubuhnya. Ia harus mendongak untuk melihat pria tampan itu, membuat lehernya terasa pegal. 

‘Apa maksud pria ini? Apakah pria tua yang kusebut itu adalah dia?’ pikir Alexa.

“Aku mana tahu orang itu. Bahkan, aku datang kemari seperti gadis yang diculik di pinggir jalan,” ujar Alexa.

“Sekarang, kau sudah tahu orangnya. Dia ada di hadapanmu! Jadi, kau tidak perlu berpura-pura bodoh.” Dengan wajah yang sangat dekat, hanya berjarak beberapa senti saja. Bahkan hembusan napas mereka pun bercampur.

“Aku tidak bodoh, hehe … maaf, aku kira tadi aku salah orang,” ucap Alexa sambil tersenyum malu-malu.

Willian terdiam, hanya menatapnya. Dia menilai penampilan wanita di hadapannya dengan tatapan yang sangat mengintimidasi, membuat Alexa merasa tidak nyaman. Willian terus memperhatikan wajah Alexa dengan pikiran yang teringat pada gambar foto yang dikirim asistennya, sangat berbeda jauh dengan wajah di depannya. Hampir saja dia kehilangan berlian yang sangat berkilau. Sebelumnya, Willian menyuruh Agon untuk mencarikan wanita muda yang belum terjamah oleh siapapun untuk kebutuhan kepuasannya.

Di era modern seperti saat ini, kebebasan sudah tidak bisa diatasi lagi di berbagai kota. Sangat jarang menemukan wanita yang masih suci di negara ini. Sehingga mereka harus benar-benar mencarinya ke beberapa pedesaan. Bahkan di klub malam, sudah jarang sekali menyediakan gadis yang masih menjaga kehormatannya.

Saat keduanya saling bertatapan, tangan Willian tiba-tiba mengelus dagu Alexa, membuatnya terkejut.

“Bersihkan dirimu. Aku tidak ingin meniduri wanita yang kotor,” kata Willian dengan tegas.

“Aku memang agak kotor, tetapi baju ini masih baru dan wangi,” jawab Alexa dengan polos, membuat Willian mengangkat sebelah alis.

“Jika kotor, maka bersihkan. Dasar bodoh,” sahut Willian sambil mengatai Alexa bodoh.

"Hei, Tuan, beraninya kau menyebutku bodoh. Apakah aku sebodoh itu? Aku tidak bodoh. Aku mengerti maksudmu, kau menyuruhku membersihkan tubuhku ini," seru Alexa dengan nada kesal.

“Gadis bodoh! Cepat bersihkan dirimu,” ucap Willian, sengaja terus menyebut Alexa begitu. Entah kenapa, dia merasa puas melabelinya dengan sebutan seperti itu.

“Hei, berhenti memanggilku bodoh. Kau saja yang bodoh dan tidak punya pendirian, sudah menolak tapi kembali menginginkannya,” ucap Alexa dengan nada tinggi.

“Bukankah kau yang menginginkanku agar bisa mendapatkan uang?” Willian menyeringai.

“Egh … baiklah! Lupakan soal uang. Aku akan pulang saja," ucap Alexa, merasa kalah dalam perdebatan. Dia membalikkan badan, sangat kesal pada pria yang sudah kembali duduk di sofanya.

 

Alexa sedikit tersinggung dengan perkataan Willian yang membahas soal uang. Sehingga membuatnya tidak ingin melakukannya dan akan mencari pekerjaan yang benar tanpa merugikan dirinya sendiri, walaupun kebutuhannya sangat banyak.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel