Pustaka
Bahasa Indonesia

JUAL DIRI [l'm still a virgin]

11.0K · Ongoing
Simbaradiffa
10
Bab
70
View
9.0
Rating

Ringkasan

21+ Seorang gadis yang sudah putus asa, mencoba menjual dirinya untuk melunasi hutang dan biaya perawatan kakaknya. Dia melakukannya hanya untuk semalam saja. Namun, malah berujung terperangkap dalam obsesi seorang pria yang telah merenggut nya dalam balutan kehangatan pada malam itu. Setelah sekian lama tidak bertemu, dia menolak mentah-mentah kehadirannya. Dia tidak ingin menjual dirinya lagi. Akankah gadis itu luluh pada pria itu? Atau justru malah benci padanya?

RomansaPresdiraction

Bab 1 Pria yang Harus Kau Temani

Di lampu merah, banyak mobil berjejer. Beberapa pengendara memperhatikan ke arah kanan melalui jendela kaca, melihat banyak remaja yang asyik berkumpul di pinggir jalan. Mereka baru selesai menyaksikan acara band yang digelar di lapangan yang tak jauh dari lampu merah tersebut.

"Apa itu gadis yang ditawarkan Dani?" tanya seorang asisten pada supir yang duduk di sebelahnya, menunjuk seorang gadis yang sedang berkumpul bersama Dani dan teman laki-lakinya yang lain. Gadis itu adalah satu-satunya wanita di kumpulan tersebut.

Supir itu mengangguk, "ya, itu orangnya.”

"Wow! Ternyata aslinya sangat imut! Beda jauh dengan foto yang kau berikan padaku.”

Asisten itu sangat kagum dengan gadis yang sedang tertawa lepas di pinggir jalan, seakan tidak ada beban dalam hidupnya.

"Jika tertarik, kenapa tidak kau saja? Mungkin dia masih membutuhkan uang itu."

Suara percakapan yang sangat jelas terdengar langsung oleh pria yang duduk di kursi belakang mobil. Sorot mata pria itu tajam, seperti menusuk gadis yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Ada sesuatu yang menggetarkan hatinya dan membuatnya ingin menarik gadis itu dari kumpulan orang-orang tersebut.

"Bawa gadis itu," ucapnya dengan nada dingin. Asisten dan supirnya yang membicarakan gadis itu mendadak terkejut. 

“Tuan, apa kau yakin ingin membawa gadis itu?” tanya Agon asistennya 

“Apa perlu mengulanginya?!”  

“Tidak perlu Tuan,” ucapnya dengan tergesa-gesa membuka pintu keluar. Ia sudah memahami perkataan tuannya itu. 

Agon dengan cepat berjalan menghampiri Dani, tanpa basa basi ia membisikkan sesuatu padanya. Setelah mendengar bisikan tersebut, Dani segera menghampiri Alexa

"Alexa kau harus pergi sekarang," bisik Dani pelan. 

Alexa mengerutkan keningnya mendengar bisikan itu.

 "Apa maksudmu?" tanyanya.

Dani tiba-tiba menarik tangan Alexa agar menjauh dari teman-temannya, membawanya ke arah mobil hitam yang terparkir lebih jauh dari tempat mereka berkumpul sebelumnya.

Dua orang berpakaian hitam yang diperintahkan oleh Agon untuk membawa Alexa, langsung membuka pintu mobil mewah tersebut.

"Nona, silakan masuk," kata salah satu dari mereka. 

Alexa terlihat kebingungan lalu menoleh ke arah Dani seolah meminta jawaban. 

"Mereka orang suruhan dari pria yang harus kau temani sebelumnya," ucap Dani dengan nada pelan.

"Maksudmu, tawaran itu?”

Dani mengangguk pelan.

Alexa menarik napas sejenak. “Dani, aku sudah tidak ingin melakukannya sekarang! Lebih baik, kamu suruh mereka pergi." Alexa menolak untuk pergi bersama mereka. Ia mendadak berubah pikiran, setelah dua hari yang lalu mencoba memberanikan diri.

"Tapi … kau harus pergi, Alexa. Ini kesempatan besar untuk mendapatkan uang yang kamu inginkan.” 

Alexa terdiam, bagaimanapun ia masih membutuhkan uang itu.

"Cepatlah! Kau harus segera pergi sekarang.” Dani menepuk pundak Alexa pelan dan mendorongnya masuk ke dalam mobil. 

Alexa dengan ragu-ragu masuk ke dalam mobil yang hanya ada dirinya dan dua pria tak dikenalnya. 

Di dalam mobil, Alexa terus menatap keluar jendela. Ia tidak tahu mereka akan membawanya ke mana. 

Sejak tadi Alexa hanya diam tanpa berbicara sepatah kata pun.

Rasa lapar mulai terasa, tetapi Alexa hanya bisa menahan perutnya yang meronta-ronta minta diisi.

Tak lama kemudian, mobil itu berhenti di depan sebuah butik ternama.

Dalam hati Alexa mulai bertanya-tanya, mengapa mereka membawanya ke sebuah butik. Ia sempat mengira mereka akan membawanya ke sebuah hotel. 

Salah satu pria berbadan besar dengan mengenakan pakaian serba hitam membuka pintu mobilnya. 

"Silakan keluar, Nona," katanya dengan suara tegas namun sopan. Alexa merasa sedikit gugup, tapi dia mengikuti perintahnya dan melangkah keluar dari mobil.

Pria itu, bersama rekannya yang juga berpakaian serupa, mengiringi Alexa masuk ke dalam butik yang mewah. Dinding butik dihiasi dengan cermin besar dan lampu kristal yang memancarkan cahaya hangat, menambah kesan elegan tempat tersebut.

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Alexa dengan suara kebingungan saat mereka memasuki butik, karena ia tidak berniat membeli baju. 

“Nona, silahkan pilih pakaiannya.”

Mata Alexa mulai melihat sekeliling, ia melihat deretan pakaian dengan label harga yang membuat matanya terbelalak. Harganya begitu mahal, bahkan jika dia menabung dalam waktu lima tahun, tidak akan bisa membuatnya membeli satu baju dalam toko ini.

"Kenapa kalian membawaku kemari? Dan mengapa aku harus memilih pakaian yang begitu mahal? Aku tidak punya uang, lebih baik aku pulang saja."

Salah satu pria menjawab dengan tenang, "Kami hanya menjalankan perintah dari atasan kami. Soal biaya pakaian, Anda tidak perlu khawatir. Kami akan menanggung semuanya. Anda hanya perlu memilih pakaian yang seksi."

Kata-kata itu membuat Alexa terkejut dan merasa tidak nyaman. Dia tidak mengerti kenapa dia harus mengenakan pakaian yang seksi. 

"Kenapa aku harus memakai pakaian seksi? Ini tidak masuk akal," protesnya.

Pria tersebut menatapnya dengan mata dingin. "Itu sudah menjadi perintah, Nona. Kami tidak bisa menjelaskan lebih banyak. Silahkan pilih."

Alexa mencoba mengambil inisiatif dengan memilih gaun hitam yang sederhana. Namun, saat dia mencoba mengenakannya, para pria itu menggelengkan kepala. 

"Bukan itu yang kami maksud," kata salah satu dari mereka. "Pilihlah yang lebih terbuka."

Alexa merasa seperti anak kecil yang tak berdaya, dituntun dalam situasi yang tidak ia mengerti. Hingga akhirnya, seorang pria bernama Agon tiba di butik. Agon, dengan senyum ramah tetapi tegas, mendekati Alexa dan membantu memilihkan pakaian.

"Kami sudah mempersiapkan ini untukmu," kata Agon sambil menunjuk gaun merah marun yang seksi, memperlihatkan pundak dan paha mulusnya. Gaun itu begitu membentuk bila di pakai di tubuh Alexa

Dengan perasaan pasrah, Alexa mengenakan gaun tersebut. Dia merasa tidak nyaman, tapi tidak ada pilihan lain. 

Kedua pria itu tersenyum puas dan mengangguk. "Sangat bagus, sekarang kita bisa melanjutkan," kata Pria yang memilihkan baju untuk Alexa, dia merasa puas dengan hasilnya.

Alexa merasa sangat tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakannya. Gaun yang ketat dan terbuka memperlihatkan tonjolan tubuhnya yang seakan tidak memakai pakaian, ditambah dengan sepatu hak tinggi yang tidak biasa dipakainya, membuat setiap langkah terasa seperti rintangan yang begitu berat.

"Aku tidak bisa bergerak dengan nyaman," gumam Alexa pelan, merasa semua perhatian tertuju padanya.

Agon yang memperhatikan ketidaknyamanan Alexa segera mendekat dan melepas jas hitamnya. 

"Pakai ini," katanya sambil menyerahkan jas tersebut kepada Alexa. "Tapi ingat, kau harus melepasnya saat kita sampai di rumah tuan kami."

Alexa mengangguk pelan sambil menerima jas itu. Setidaknya, ia bisa menutupi sebagian tubuhnya yang terbuka. 

Mereka melanjutkan langkahnya menuju mobil. Alexa, dengan hati-hati melangkah ke luar.

Di dalam mobil, suasana hening. Agon duduk di sebelahnya, sedangkan dua pria lainnya duduk di depan. Mereka berkendara dalam diam, hanya suara mesin mobil yang terdengar. Pikiran Alexa berkelana, membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Bahkan Alexa sempat memikirkan orang yang akan ditemuinya. Apakah dia jelek, gendut dan bau?

Alexa tidak tahu wajah orang yang seperti apa yang akan ditemuinya nanti. Ia terus berpikir dan bertanya-tanya dalam hatinya hingga terlelap. 

Agon melihat ke arah gadis di sampingnya sekilas. Ia menggeleng kecil melihat Alexa yang tertidur dengan mulut terbuka dan kepalanya yang bersandar pada pintu mobil. 

Tidak lama kemudian, mobil berhenti di depan sebuah rumah besar dan megah. 

Pintu mobil terbuka, Alexa melangkah keluar dengan hati-hati. Dia menatap rumah itu dengan bibir sedikit terbuka.

"Jangan lupa jasnya," kata Agon sambil tersenyum tipis. Alexa mengangguk, melepas jas tersebut dengan enggan dan menyerahkan nya kembali.

Mereka berjalan menuju pintu utama rumah itu. Ada banyak penjaga yang mencoba mencuri pandang pada Alexa.

Pintu besar secara otomatis terbuka, memperlihatkan interior yang lebih mewah daripada butik tadi. Alexa merasa semakin kagum dengan keindahan di depannya, tetapi juga merasa cemas dan takut dengan apa yang akan dihadapinya nanti. Apalagi ini pertama kalinya ia akan melakukan hal yang tak pernah dilakukannya.