Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 3 Diterima Bekerja

Setelah berhasil menenangkan putranya. Nyonya Kemala pun kembali meninggalkan rumah megahnya untuk menuju ke kantor.

Di dalam perjalanan, Nyonya Kemala segera mengirimkan pesan kepada Septin, gadis yang baru saja beberapa saat yang lalu dirinya wawancarai untuk menjadi pengasuh putranya, Gideon.

Sepertinya Nyonya Kemala ingin berbicara serius dengan gadis itu. Setelah meeting penting yang akan dirinya harus hadiri.

Septin yang masih berada di pasar, tepatnya di kios sembako milik keduanya orang tuanya, sungguh sangat kaget dengan pesan yang dirinya terima dari Nyonya Kemala. Jika wanita karier itu ingin menemuinya di perusahaan Mosha Corp, yang sangat terkenal itu.

Bahkan Septin bercita-cita jika lulus kuliah nanti, dia ingin melamar pekerjaan di perusahaan besar itu.

"Apa? Nyonya Kemala ingin menemuiku di sana?" kaget Septin.

Gadis itu segera menyelesaikan pekerjaannya dan ingin segera pulang ke kostnya untuk mempersiapkan dirinya menemui Nyonya Kemala. Septin ingin berpakaian lebih formil nantinya.

"Septin, kamu kok terlihat terburu-buru begitu?" tanya sang ibu heran melihat anaknya.

"Iya, Bunda. Bos baruku baru saja mengirimkan pesan kepada ku. Jika dia ingin bertemu dengan ku sekarang. Jadi aku harus segera ke sana," sahut Septin.

"Menjadi pengasuh Balita yang kamu bicarakan tadi?" tanya sang ibu lagi.

"Iya, Bunda."

"Ya sudah, kamu pergi saja. Biar sisanya Bunda yang membereskannya."

Mendengar perkataan ibunya. Septin segera menghentikan pekerjaannya lalu mulai bersiap-siap untuk pergi.

Ayah Yoga juga angkat bicara,

"Septin, kamu juga hati-hati saat berkendara. Jangan ngebut."

"Beres, Ayah."

"Ya sudah, aku pergi dulu Ayah, Bunda." pamitnya sambil menyalami tangan kedua orangtuanya.

"Jangan lupa telepon Ayah dan Bunda nanti."

"Siap, Bunda!"

Setelah berpamitan Septin pun mulai melajukan motor listriknya ke tempat kost. Gadis itu terpaksa tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya karena jarak rumah mereka dengan kampusnya sangatlah jauh. Untuk itu Septin memilih untuk tinggal di kost sederhana di dekat tempat kuliahnya.

Setelah sampai di kostnya, Septin segera mandi dan mulai menyiapkan dirinya untuk menemui Nyonya Kemala di kantor Mosha Corp.

Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan, akhirnya Septin sampai juga di sebuah gedung perkantoran yang sangat tinggi bertingkat. Gadis itu segera menunjukkan ponselnya kepada salah satu sekuriti jika dirinya adalah tamu dari Nyonya Kemala, pemilik perusahaan besar itu.

"Nona Septin mari ikut saya. Motor Anda biar rekan saya yang mengurusnya," sahut sekuriti tersebut.

"Baik, Pak."

Septin pun mengikuti sekuriti itu menuju ke dalam gedung.

Setelah masuk ke dalam gedung, Septin dapat merasakan aura elegan di sana.

Septin lalu diserahkan kepada seorang resepsionis yang akan menuntunnya ke lantai paling atas gedung ini untuk menemui Nyonya Kemala.

Di sebuah ruangan pribadi milik CEO, Mosha Corp.

"Septin, Anda sudah datang? Ayo silakan duduk," ucap Nyonya Kemala kepadanya.

"Iya, Nyonya. Saya baru saja sampai. Maaf jika saya agak telat, jalanan macet."

"Ya, tak masalah. Saya mau menyampaikan jika Anda diterima sebagai pengasuh putra saya, Gideon." ucap sang nyonya lagi.

"Apa? Jadi saya diterima, Nyonya?" tanyanya tak percaya.

"Ya, Anda diterima."

Dengan ekspresi wajah senang, Septin berkata,

"Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada saya untuk mengasuh Tuan Muda Gideon yang masih balita, Nyonya. Saya akan bekerja dengan baik tanpa menimbulkan kesalahan sedikitpun," serunya penuh semangat.

Di sudut ruangan megah itu, tepatnya di belakang sebuah meja kebesarannya, Tuan Deris Mosha dari tadi menatap tak berkedip ke arah Septin. Wajah gadis itu mengingatkannya dengan seorang perempuan dari masa lalunya.

Bahkan wajah wanita itu masih terngiang jelas di pelupuk mata Tuan Deris. Namun sang CEO hanya bisa diam dan tidak mengatakan apapun saat ini. Dia takut istrinya mengetahui semuanya.

"Kenapa wajah gadis ini sangat mirip dengan Wita?" tuturnya tak berdaya.

Ternyata Tuan Deris Mosha masih sangat merindukan Wita, wanita kesayangannya saat dahulu kala.

Lalu tiba-tiba Nyonya Kemala berkata lagi,

"Septin, saya sangat menghargai kesediaan Anda untuk merawat putra saya Gideon," Nyonya Kemala memulai dengan nada khawatir. Karena dia sedikit ragu jika Septin akan menolak mengasuh Gideon yang hampir sebaya dengan umurnya.

"Tapi Anda perlu tahu, Gideon bukanlah seorang anak kecil. Dia adalah seorang pria berusia dua puluh dua tahun."

Septin seketika terperangah, matanya membesar, dan mulutnya terbuka lebar.

"Pria berusia dua puluh dua tahun tahun? Bagaimana mungkin? Saya pikir saya akan merawat seorang anak."

Nyonya Kemala mengangguk, lalu melanjutkan perkataannya dengan nada sedih,

"Gideon adalah pria dewasa. Putra saya sedikit memiliki kondisi kesehatan yang sangat langka. Dia kadang-kadang bertingkah seperti seorang anak kecil. Itulah sebabnya pengawasan ketat sangat penting. Gideon juga pernah diculik beberapa kali saat dia masih kecil. Yang membuat dirinya memiliki trauma yang mendalam."

Septin mencoba memahami situasinya.

"Bagaimana Tuan Muda bisa diculik? Bagaimana dia menghadapinya?"

Nyonya Kemala menjelaskan,

"Saat penculikan itu terjadi, Gideon masih sangat kecil dia masih belum bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak dapat membela diri sendiri dengan efektif. Itulah sebabnya saya mengambil langkah-langkah ekstra untuk menjaga keamanannya. Sampai sekarang, ada tim keamanan yang selalu mengawasinya, dan kami mengantisipasi setiap kemungkinan situasi berbahaya. Apalagi Gideon adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis ayahnya."

"Tapi, Nyonya. Saya hanya memiliki pengalaman mengasuh balita selama ini. Saya tidak pernah mengasuh orang dewasa sebelumnya," ujar Septin sedikit khawatir.

"Bagi saya itu tak masalah Septin, saya sangat yakin Anda bisa merawat putra saya dengan baik. Anda bisa mulai bekerja besok pagi. Jadi hari ini Anda mulai tinggal di kediaman Mosha. Di sana ada Maid Lilis yang akan mengajari Anda tentang semuanya."

Tapi ... Nyonya," sergahnya ragu-ragu.

Namun sebelum Septin melanjutkan kalimatnya. Nyonya Kemala memberikan sebuah cek di hadapan gadis itu dengan jumlah fantastis.

"Ini gaji mu, selama enam bulan. Saya bayar di muka," ucapnya santai.

Mata Septin seakan hendak keluar dari tempatnya saat melihat nominal uang yang berikan oleh Nyonya Kemala kepadanya yang berjumlah ratusan juta rupiah.

"Apa? Tapi Nyonya jumlah ini sangat banyak."

"Ini belum seberapa, Septin. Jika kamu bertahan lebih dari enam bulan. Gajimu akan saya naikkan dua kali lipat dari ini diluar bonus yang akan kamu dapatkan nantinya," ucap Nyonya Kemala lagi.

"Apa?" Lagi-lagi Septin terperangah tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nyonya Kemala barusan.

Gadis itu bagaikan sedang ketiban durian runtuh saat ini.

"Saya tidak menerima penolakan darimu, Septin." ujarnya lagi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel