BAB : 9
Tak ingin panik, tak ingin cemas dan berharap tak ingin menghiraukan keadaan Rion. Entah kenapa rasanya kok sulit sekali ia lakukan. Bahkan rasanya seolah tak ingin beranjak sebelum laki-laki ini sadarkan diri. Setidaknya ia akan ada di sini hingga Bella datang.
Duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur Rion, kini matanya justru memandang kearah cincin yang melingkar di jari manisnya. Kemudian beralih pada cincin yang ada di jari Rion. Berniat menyentuh tangan itu, tapi dorongan pintu membuatnya tersentak kaget.
“Rion! Kamu kenapa? Apa yang terjadi sama kamu, sih?”
Keyzia sampai menutup kedua telinganya saat mendengar rentetan panjang dengan volume level tinggi itu. Ya, siapa lagi yang punya mulut serombeng itu kalau bukan Bella.
Kini fokus Bella beralih pada Keyzia dan berjalan mendekat. “Kamu ... pasti semua gara-gara kamu. Benar, kan? Apa yang kamu lakukan pada Rion? Dasar gadis penggoda! Perusak rumah tangga orang. Harusnya kamu tak datang ke dalam kehidupan kami!”
Tangan Bella sudah siap melayang dan mendarat di pipi Keyzia, tapi syukurnya itu tak terjadi karena Rion lebih dulu menahannya.
“Jangan pernah menyentuh apalagi berbuat kasar padanya. Jika tidak, urusanmu denganku, Bella!”
Setelah mengatakan itu, Rion langsung menghentakkan tangan Bella dengan kasar tanpa rasa kasihan apalagi rasa cinta.
“Om, sudah nggak nggak kenapa-kenapa, kan?” tanya Keyzia.
“Iya, aku baik-baik saja,” jawab Rion bangun dari posisi tidurnya.
“Jangan sok perduli pada suamiku! Kamu hanya benalu bagi kami!”
“Baguslah kalau Om udah baik-baik aja. Kalau gitu aku pergi dulu,” ujar Keyzia langsung berlalu dari hadapan Rion dan Bella. Memang, sih, kelamaan berhadapan dengan wanita jenis Bella, membuat dirinya ikutan naik darah.
“Nggak lupa, kan, apa statusmu saat ini, Key?”
Langkah keyzia tiba-tiba terhenti saat tangannya baru menggapai gagang pintu hendak keluar.
“Kemanapun dan sejauh apapun kamu pergi dan menghindar dariku, tetap saja hubungan ini akan tetap ada.” Rion turun dari tempat tidur dan berjalan menghampiri Keyzia. Sementara Bella, mendengar perkataan itu tentu saja membuatnya kesal. “Satu lagi yang harus kamu ingat, Key. Mendapatkanmu untuk menjadi milikku saja, aku bisa dengan mudah. Apalagi hanya untuk menahanmu agar tak bisa pergi. Itu bukan sesuatu yang sulit bagiku,” jelasnya menambahkan.
“Jangan mengancamku,” komentar Keyzia.
“Itu bukan ancaman, tapi sebuah peringatan yang harus kamu ingat dan pikirkan sebelum melakukan hal yang membuatku bertindak tak baik.”
Bella dengan cepat menghampiri keduanya dan dengan kasar mendorong Keyzia hingga terhempas ke lantai.
“Pergi dari sini!”
Tak berpikir panjang, Rion langsung menampar Bella saat mendapati perlakuan buruk wanita itu pada Keyzia.
“Aku tak mengancammu, tapi kamu tahu seperti apa diriku! Sudah berapa kali ku katakan, jangan coba menyentuh atau menyakiti dia, apa semua itu kamu anggap lelucon!”
Rion membantu Keyzia untuk kembali berdiri. Ia tarik tangan gadis itu dan memperlihatkan jari manis Keyzia pada Bella. “Kamu lihat ini, Bella! Lihat, kan!? Mulai saat ini dan selamanya, Keyzia adalah milikku! Paham?!”
Senyuman sinis diperlihatkan Bella. “Hanya dengan sebuah cincin kamu bilang dia milikmu?”
“Ya, setidaknya aku dan dia sudah menikah,” tambah Rion.
Ini bagai hujan meteor sedang menghantam pendengaran Bella. Apa yang dikatakan Rion? Menikah? Haruskah ia percaya? Tidak sama sekali.
“Candaanmu tak mempan bagiku, Rion. Aku tahu kamu tak suka padaku, tapi untuk menjadikan wanita lain menggantikan posisiku di hati dan kehidupanmu, sepertinya itu tak akan pernah kamu lakukan,” terang Bella tersenyum sambil bersidekap dada dihadapan Rion.
Rasanya Rion ingin tertawa mendengar perkataan Bella. Sebegitu percaya dirinya dia mengatakan hal seperti itu. Bahkan bisa di bilang ia saja tak menganggap kalau Bella itu ada dikehidupannya, apalagi dalam hatinya. Tak akan pernah.
“Tante ini benar, Om. Mending sekarang Om istirahat, biarin aku pergi,” ujar Keyzia menyingkirkan lengan Rion yang dengan seenaknya melingkar di pinggangnya. Rasanya benar-benar menyebalkan.
“Jangan membantah apapun yang ku katakan! Diam di sini bersamaku. Paham?!”
Tahu singa, kan? Nah, seperti itulah tampang Rion saat ini menurut Keyzia. Menakutkan. Padahal sebelumnya ia tak begitu takut pada Rion, tapi kali ini jujur saja ia takut. Berasa mendengar auman seekor singa jantan.
Di saat yang sama, kedua orang tua Rion tiba-tiba datang. Mendapati putra mereka sedang bersitegang dengan dua wanita, tentu saja keduanya bingung.
“Ada apa ini?” tanya Arum.
“Apa kalian bertengkar lagi?” Giliran Jose yang bertanya.
“Papa sama Mama lihat, bagaimana sikap Rion pada gadis penggoda ini. Bahkan Rion berani menamparku demi membela dia,” tunjuk Bella ke arah Keyzia.
Arum dan Jose tak berkomentar. Menurut mereka, urusan Rion bukan urusan mereka. Apalagi jika bermasalah dengan putra mereka bukanlah hal yang mudah untuk kembali baik. Daripada itu semua terjadi, lebih baik cari aman.
“Maaf, Sayang ... mulai sekarang sepertinya kamu memang harus menerima Keyzia,” ujar Arum.
“Apalagi ini?” Sinisnya.
“Rion dan Keyzia sudah menikah. Jadi, kami tak bisa melakukan apa-apa. Itu keputusan Rion, kami selaku orang tua hanya memberikan restu.”
Jujur, ia berharap ini hanya lelucon, tapi rasanya kali ini sungguh-sungguh. Apa ini akhirnya? Apa ia sudah kalah? Apa Rion sudah tak berada di genggamannya lagi?
“Kamu benar-benar keterlaluan, Rion! Aku ini istrimu dan dengan seenaknya kamu menikahi gadis ini tanpa ijin dariku! Aku nggak akan membiarkan semua ini terjadi. Kamu cuman milikku, Rion. Milikku!!!”
Seperti seorang yang kesetanan, Bella berteriak histeris. Bahkan berniat mendekat pada Keyzia dan menyakiti gadis itu.
“Biarkan aku pergi, Om. Nggak lihat, semua masalah ini terjadi karena keegoisanmu. Aku tak kuat jika dihadapkan dengan masalah seberat ini. Om ngertiin aku juga dong,” jelas Keyzia pada Rion yang bahkan tak melepaskan dirinya.
Rion seolah tak mendengarkan perkataan Keyzia. “Bisa bawa dia pergi dari sini, kan? Aku mau istirahat,” pinta Rion Pada Kedua orang tuanya.
“Aku ini istrimu, aku berhak di sini bersamamu! Bukan wanita lain!”
“Haruskah ku lakukan hal yang membuatmu percaya kalau Keyzia juga istriku, tepat dihadapanmu, Bella?”
“Ayo, Bella, kita pulang,” ajak Arum pada Bella.
“Aku nggak mau, Ma! Rion di sini, aku juga di sini. Mana mungkin aku membiarkan gadis jalang ini berduaan dengan suamiku,” kesal Bella.
Rion terlihat emosi, berniat menampar Bella untuk kedua kalinya tapi ditahan oleh Keyzia. Rasanya telinganya benar-benar tak tahan mendengar perkataan kotor yang keluar dari mulut Bella.
“Jangan lakukan lagi,” larang Keyzia.
Rion membuka pintu dengan paksa. “Bawa dia pergi dari sini dan kurung di kamarnya!” perintah Rion pada beberapa pengawal yang saat itu berada di depan pintu kamar ruang perawatannya.
“Aku nggak mau, aku nggak mau, Rion!!”
Langsung, dua orang berbadan kekar membawa Bella dengan paksa dari sana. Meskipun menolak dan berteriak sekalipun, itu tak membuat Rion berubah pikiran. Satu perkataannya, itu tak akan bisa diubah.
“Keyzia ...”
“Dia di sini bersamaku,” timpal Rion langsung pada perkataan mamanya.
“Baiklah, Nak. Kalau gitu kami pergi dulu,” ujar Jose pada Rion. Kemudian pandangannya beralih pada Keyzia yang berada di sisi Rion. “Jaga Rion, ya, Key,” pesannya.
Keyzia tak menjawab ‘iya’ ataupun ‘tidak’. Tapi sebuah senyuman yang ia berikan, bisalah sebagai ganti rasa sopannya pada Jose dan Arum yang merupakan mertuanya. Astaga! Mertua. Ini tak bisa dipercaya.
Setelah semua orang keluar, kini suasana kembali sunyi dan sepi. Keyzia menyingkirkan dengan paksa tangan Rion yang masih tak beranjak dari pinggangnya. Ini seperti sudah di lem dengan kuat hingga tak bisa lepas dengan begitu mudah.
Rion menarik Keyzia ke pelukannya. “Jangan pernah mencoba melepaskan diri dariku, karena itu tak akan pernah bisa kamu lakukan jika aku tak mengijinkannya, Key,” bisiknya memperingatkan.
Keyzia tak berkomentar. Rasanya ia tak punya stok komentar apa-apa lagi di dalam kepalanya untuk masalah ini. Rasanya permasalahan yang satu ini seolah tak ada jalan keluarnya lagi. Hidupnya hancur, berantakan dan berakhir di tangan Rion.
“Kenapa, kamu sudah lelah membantahku?” tanya Rion yang tak mendapatkan bantahan dari Keyzia lagi.
Tak lama, yang terdengar justru tangisan Keyzia yang kini berada di pelukannya.
