Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB : 7

Rion mendekat kearah Keyzia. Tadi saat Bella berada di sana, dia hanya melonggarkan satu kancing kemejanya, tapi sekarang lihatlah, dia malah menanggalkan benda itu dari tubuhnya.

“Om, jangan melakukan apapun padaku!” teriak Keyzia mendorong Rion yang mendekat padanya. Bagaimana ia tak histeris dengan sikap Rion yang seperti itu.

“Key ... aku sudah memintamu untuk bersiap dari tadi tadi pagi dan kini sudah sore haripun kamu masih seperti ini. Apalagi kalau bukan menungguku yang harus turun tangan menyiapkanmu”

Matilah ia kini. Itulah yang ada dalam pikiran Keyzia saat berhadapan dengan Rion.

Rion menarik Keyzia menuju kamar mandi, meskipun gadis itu terus berteriak-teriak menolak.

“Jangan bilang kalau Om mau mandiin aku?”

“Tepat sekali.”

“Aku nggak mau! Aku bisa mandi sendiri, Om!”

“Telat! Kenapa saat aku sudah ada di sini? Kamu memiliki waktu yang panjang dari pagi hingga sore hari untuk melakukan itu, tapi malah mengabaikan perintahku.”

Benar ternyata, tak ada yang bisa lepas dari tangan seorang Rion. Ia bahkan tak bisa kabur saat om-om mesum ini menyeretnya ke kamar mandi.

Sampai di dalam kamar mandi, Rion langsung mengguyur Keyzia dengan shower. Meskipun gadis itu bereriak-teriak saat mendapatkan serangan itu, tetap saja tak membuat Rion berhenti. Melihat tingkah Keyzia malah membuatnya ingin tertawa.

“Udah, Om!!! Stop!”

Setelah puas, barulah Rion menghentikan aksinya itu. Tapi tiba-tiba ia malah terdiam, membatu, membisu. Menatap kearah Keyzia dari atas hingga bawah. Oke, sepertinya kali ini ia sudah melakukan sesuatu yang malah menguji matanya sendiri.

Keyzia menyadari itu. Berniat menyambar handuk, ia malah terpeleset. Tak ingin berakhir di lantai, dengan cepat ia malah berpegangan pada lengan Rion. Iya, benar sekali ... dirinya tak jatuh ke lantai, tapi malah jatuh ke pelukan Rion.

Kini tangan Rion berada di pinggang Keyzia, menahan agar gadis itu tak jatuh. Tak salah lagi, memang sudah terjadi sesuatu pada hatinya. Dalam posisi yang sedekat ini dengan Keyzia, bahkan seolah membuatnya dibuat mati rasa.

Keduanya diam, bahkan Keyzia yang tadinya berontakpun, kini dibuat membisu saat berada sedekat ini dengan Rion. Apa yang terjadi? Entahlah.

Terbawa suasana malah membuat Rion tak bisa menahan tubuhnya dan Keyzia yang bersandar padanya. Yap, endingnya keduanya malah berakhir di dalam bathup penuh busa.

“Om!!!!” teriak Keyzia kesal.

“Kamu yang salah,” balas Rion dengan teriakan Keyzia yang seakan memecahkan telinganya.

Keyzia langsung mengoceh laksana sebuah mobil yang rem nya blong. Berhenti saat Rion membekap mulutnya dengan tangan.

“Aku pusing mendengar ocehanmu. Kamu satu orang, tapi suaramu ramai seperti berada di tengah pasar.”

Keyzia menyingkirkan tangan Rion yang masih membekap mulutnya. “Biarin,” gerutunya singkat.

Rion beranjak dari dalam bathup. Sementara Keyzia, ia masih duduk diam. Jangan mengira kalau dirinya akan keluar, tidak akan. Tahu, kan, apa penyebab keduanya jatuh barusan? Yap, gara-gara Rion menatapnya dalam keadaan basah dan pakaiannya menerawang.

“Masih mau dilanjutkan?” tanya Rion menatap kearah Keyzia.

“Nggak mau,” tolaknya langsung sambil menyiramkan air kearah Rion.

Rion tersenyum. “Yasudah. Aku tunggu di bawah,” balasnya sambil berlalu pergi dari sana ... meninggalkan Keyzia yang masih diam.

Iya, diamnya bukan hal yang biasa. Tapi justru karena tiba-tiba saja ia malah jadi terpesona pada Rion. Gila memang. Yakali sekarang hatinya belok jadi pencinta om-om.

“Aduh, malapetaka kalau sampai itu terjadi. Bisa dipastikan kalau gue udah stress,” umpatnya.

[][][][]

Rion tengah duduk di ruang tengah, dengan sebuah buku yang ada dihadapannya. Seperti biasa dia adalah tipe orang yang fokus dalam setiap aktifitasnya. Bahkan buku yang dianggap begitu tebal layaknya kamus ratusan ribu pun, bakalan tetap dia baca dengan tenang.

Bella keluar dari kamarnya dan berjalan kearah laki-laki itu. Kemudian duduk di sebelahnya.

Awalnya Rion tak perduli, mau apapun yang dilakukan wanita itu. Tapi fokusnya buyar saat Bella duduk di dekatnya.

“Masih ada kursi sofa yang lain, kan, kenapa juga harus duduk di sini?” tanya Rion tak suka. Ya memang kenyataannya dia tak suka.

“Memangnya kenapa kalau aku duduk di sini? Apa kamu merasa keberatan?”

“Sudah tahu jawabannya, kan ... jadi, tunggu apalagi?” Rion menatap dingin kearah Bella.

Dengan rasa kesal, Bella menuruti perkataan Rion yang merupakan suaminya itu. Tak terima, sih, sebenarnya dengan perlakuan Rion padanya, tapi apa mau dikata ... daripada mencari masalah dengan laki-laki ini.

“Aku mau nanya satu hal sama kamu,” ujar Bella kembali buka suara. Memang tak diladeni, tapi ia yakin kalau Rion mendengar perkataannya. “Apa maksud kamu membawa gadis itu ke dalam rumah ini?”

Rion menutup buku yang ada dihadapannya dengan paksa. Ya, terdengar dari suara hempasan benda itu saat tertutup. Kemudian meletakkan di meja. Kini, pandangannya mengarah pada Bella.

“Urusan denganmu, apa?”

“Aku istrimu. Aku berhak bertanya.”

“Tak perlu, karena ini bukan urusanmu. Istri? Sudah ku katakan, kan ... itu hanya status, bukan berati kamu bisa mengatur dan mengurusi semua kehidupanku!”

“Rion, aku nggak tahu salahku apa ke kamu, aku nggak tahu kenapa kamu sikapmu padaku selalu begini. Selalu dingin, marah-marah nggak jelas. Aku ini seorang istri yang juga ingin di mengerti seperti kebanyakan wanita lain.”

Rion tersenyum licik mendengar penjelasan Bella. “Kamu paham atau tidak ... tentang kamu di sini yang hanya sekadar status?”

“Tapi aku cinta dan sayang sama kamu, Rion. Bisa, kan, rasa itu berubah?”

“Nggak bisa dan nggak akan pernah!”

“Tapi kenapa, Rion?! Kita sudah satu tahun menikah, bahkan kamu nggak pernah bersikap baik padaku.”

Suara ocehan Bella mengaum ke penjuru rumah. Dan ia benci saat kehebohan itu terjadi. Rion beranjak dari posisi duduknya dan berdiri dihadapan Bella.

“Jangan berharap yang lebih padaku! Aku menikah denganmu itu hanya terpaksa, Bella ... terpaksa! Jadi, kalaupun sikapku tak pernah baik padamu, mungkin itu resikomu. Karena melakukan hal licik hanya untuk mendapatkanku. Berhasil, tapi maaf jika hatiku tak bisa kamu miliki,” jelasnya.

Iya, ini bukan pertama kali penjelasan itu ia lontarkan, tetap saja yang nama Bella tak pernah paham dan mengerti.

“Dan kenapa pada gadis itu sikapmu begitu baik?” tanya Bella berdiri dihadapan Rion.

Sebenarnya ia begitu takut menghadapi Rion, hanya saja rasa kesalnya akan sikap suaminya pada Keyzia, membuatnya menahan rasa takut itu. Ia tak ingin gadis itu merebut suaminya.

“Dia beda sama kamu.”

“Tentu saja beda,” timpal Bella langsung. “Dia itu gadis penggoda, Rion. Kamu sudah termakan rayuannya!”

“Kamu nggak punya hak mengatakan itu tentang Keyzia! Sok suci. Mendapatkanku dengan cara licik, apa itu baik menurutmu?!”

“Kenapa aku dibawa-bawa?”

Pertanyaan itu berasal dari Keyzia yang tiba-tiba muncul. Pandangan Rion dan Bella langsung mengarah padanya.

“Iya, semua gara-gara kamu! Harusnya kamu sadar diri, Rion itu adalah suamiku. Tapi apa? Dengan tak tahu malunya kamu ...”

“Cukup, Bella!!”

Ia benar-benar tak tahan dengan sikap Bella yang terus-terusan menyalahkan Keyzia. Bahkan dia membuat gadis itu tersudut, meskipun di sini tak salah apa-apa. Keyzia di sini kehendak dirinya, ia yang membawa dan memaksanya.

“Diam dan jangan banyak bicara lagi. Aku muak mendengar ocehanmu! Keyzia di sini karena aku, jadi jangan menyalahkan dia. Perihal rasa, tak bisa dipaksakan, bukan. Aku menyukai dia, bukan kamu!”

Rion seolah menekankan kata-kata terakhirnya pada Bella. Berharap wanita itu bisa menempelkannya langsung di pikirannya. Agar bisa terus mengingat.

Keyzia yang masih berdiri, merasa kepalanya seolah dipukul dengan kata-kata yang diucapkan Rion barusan. Menyukainya? Apa ia tak salah dengar? Bahkan pendengarannya sudah beberapa kali mendengar kalimat itu.

“Om ... Tante ini istrinya, Om loh,” ujar Keyzia mengingatkan. Bagaimanapun, Bella pasti sakit hatilah mendengar perkataan Rion barusan.

“Cukup jadi pendengar, aku tak suka saat seeorang terus membantahku,” balas Rion atas perkataan Keyzia.

“Jangan jadi penjilat!” umpat Bella pada Keyzia.

Keyzia tak menyangka kalau dirinya kini yang masih berstatus sebagai siswi SMA harus dihadapkan dengan drama percintaan sepasang suami istri. Dan masalah besarnya adalah, ia justru diajak masuk ke dalamnya. Bodoh, sih, semua ini memang terjadi karena kejadian semalam.

Rion mendekati Keyzia dan menyambar tangan gadis itu. “Ikut aku,” ajaknya membawa Keyzia pergi dari sana.

“Aku mau dibawa kemana, Om?” tanya nya. Tetap saja itu tak mendapatkan jawaban.

Bella hanya bisa mengumpat dengan level tinggi melihat sikap Rion pada Keyzia. Hanya ada dua pilihan yang harus diambilnya. Pertama, menyingkirkan Keyzia. Kedua, pasrah dan ia yang tersingkir. Tentu saja yang kedua bukanlah hal yang ia ambil.

“Berani mendekati Rion, itu sama dengan berani melawan Bella,” gumamnya menahan amarah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel