BAB : 6
Keyzia terus berontak saat empat orang wanita sedang menyerangnya. Bagaimana tidak, mereka dengan seenaknya menanggalkan pakaiannya dan memaksanya untuk mandi. Apa-apaan banget, kan.
“Apa harus kami bantu mandinya, Nona?”
“No! Nggak usah!”
“Baiklah, kalau begitu kami akan menunggu di sini untuk membantu mengenakan pakaian Anda,” jelas salah satu dari mereka.
Keyzia memasang wajah kesal. “Keluar sekarang!” bentaknya meminta keempat wanita itu untuk pergi.
“Maaf, Nona ... Tuan meminta kami untuk menyiapkan Anda.”
Menyiapkan katanya? Dikira dirinya sejenis makanan cepat saji yang harus disiapkan.
“Keluar sekarang!” Bentakan itu kembali ia ucapkan. Dan kali ini mereka setuju dan melangkah keluar dari kamar itu.
Ia menutup pintu kamar dan menghentak-hentakkan kakinya sambil berteriak-teriak kesetanan. Jujur saja, ini sepertinya ia sudah mulai gila. Apa-apaan laki-laki mesum itu ... membawanya dengan paksa dan sekarang memperlakukannya seperti boneka.
“Gue nggak mau di sini!!!!” pekiknya.
Satu jam ... dua jam ... bahkan hingga sore hari, ia tak beranjak dari posisinya. Duduk di lantai, bersandar pada dinding. Sesekali mengomel sendiri atas sikap orang tuanya hingga berujung umpatannya pada Rion.
Pintu dibuka dari arah luar, membuat Keyzia yang melamun langsung tersentak dan mengarahkan pandangan pada seseorang yang masuk. Ia beranjak dari dari posisinya dan berdiri tegak.
Seorang wanita dengan dress selutut dan hels yang dikenakannya. Siapa lagi kalau bukan Bella.
“Kenapa Tante ada di sini?” tanya Keyzia.
Bella tersenyum licik. Kesal rasanya saat gadis itu terus menggunakan panggilan itu padanya.
“Kenapa kamu heran aku ada di sini?”
“Biasa aja dan nggak penting juga bagiku.”
Bella bersidekap dada dihadapan Keyzia. “Asal kamu tahu saja ... Rion itu suamiku,” ungkap Bella menegaskan.
“Hah?”
Jujur saja, untuk pengakuan Bella ini ia memang kaget. Suami katanya? Apa ia tak salah dengar?
“Tante yakin?” tanya Keyzia tak percaya.
“Apa maksudmu bertanya seperti itu?!”
“Kalian tak seperti sepasang suami istri. Mungkin Tante, iya ... tapi dia tak seperti menganggapmu sebagai seorang istri. Aku bisa melihat itu dari sikapnya padamu semalam,” jelas Keyzia sambil tersenyum di sudut bibirnya seolah meledek.
“Iya dan itu semua karena kamu!”
“Kok aku?” tunjuk Keyzia pada dirinya sendiri.
“Kamu datang dan merusak semuanya. Sikapnya berubah padaku gara-gara kamu!”
“Tante, aku baru semalam menatap mukanya dan sekarang malah menganggap aku adalah penyebabnya? Jangan nuduh yang enggak-enggak, ya, Tante!”
Dari semalam wanita ini selalu memojokkan dirinya dan sekarang hubungannya tak baik dengan suaminya juga menuduhnya sebagai penyebabnya? Keterlaluan! Tapi jujur, ia masih belum mengerti kenapa juga orang seperti Rion menjadikan makhluk sejenis Bella sebagai istri? Mata om-om itu sepertinya sedang mengalami katarak atau justru hatinya yang rabun?
“Pasti kamu berada di sini karena sudah berhasil menggoda Rion! Perempuan macam apa kamu ini? Masih sekolah, kan? Apa sampai segitunya kamu mencari uang hingga menggoda suami orang?! Tak terdidik sama sekali.”
Tangan Keyzia mengepal mendengar perkataan buruk yang keluar dari mulut Bella. Bahkan ingin rasanya ia menampar wajah licik itu.
“Jangan mengatakan hal tidak-tidak tentangku! Tak terdidik? Harusnya itu untuk Tante sendiri. Ucapan yang yang keluar dari mulut Tante, tak menggambarkan adanya didikan dan sekarang malah mengajariku tentang itu!”
Bella langsung saja menampar pipi Keyzia ... membuat wajah itu gadis itu langsung memerah. Sudut bibirnya juga mengeluarkan darah segar.
“Itu hukuman buat orang yang sudah merusak rumah tangga orang lain! Awas saja kalau selanjutnya kamu masih berulah, aku bakalan ngasih hal yang lebih menyakitkan lagi padamu!”
Derap langkah kaki tiba-tiba mengarah pada keduanya. Ya, lebih tepatnya berasal dari arah belakang Bella. Sedangkan Keyzia, dia masih memegangi pipinya yang terasa panas dan perih.
“Apa kalian berdua sudah selesai berdebat?”
Bella langsung berbalik badan dan apa yang ia dapatkan? Rion memandang tajam kearahnya seolah hendak mencakar wajahnya.
Bella tersenyum manis dan berniat hendak memeluk Rion. “Rion, kamu ...”
Belum tangannya menyentuh laki-laki itu, tapi sebuah tamparan sudah terlebih dahulu mengenai pipinya. Bahkan membuatnya tersungkur di lantai akibat tindakan Rion.
“Apa yang kamu lakukan, Rion?!” teriaknya kesal.
“Pertanyaan yang sama untukmu. Apa yang kamu lakukan pada Keyzia?!”
“Aku melakukan apa yang memang seharusnya ku lakukan!”
“Jawaban yang sama ku berikan padamu! Kamu menamparnya, kan, barusan .. itupun yang ku lakukan padamu. Aku sudah memperingatkanmu untuk tak berbuat macam-macam pada dia dan apa yang terjadi? Apa ancamanku hanya kamu anggap lelucon!”
Bella bangkit dari posisinya dan berdiri dihadapan Rion. “Kenapa, sih, kamu terus membela dia? Aku ini istri kamu, Rion! Harusnya hargai aku, lihat aku sebagai pendampingmu. Bukan dia,” jelas Bella.
“Pertama, kamu memang istriku. Tapi harus diingat, itu hanya status. Karena aku bukan milikmu dan kamu nggak akan pernah memilikiku. Kedua, aku menyukai Keyzia,” ungkapnya langsung.
Kali ini tak hanya Bella yang dibuat kaget dan seakan terkena serangan jantung, bahkan Keyzia yang tadinya hanya bersikap biasa saja seolah sedang berada dalam pertengkaran sepasang suami istri, jantungnya juga diajak kaget.
“Apa?!” Keyzia kaget.
“Apa yang kamu katakan, Rion?” tanya Bella masih tak percaya dengan pangakuan suaminya.
“Sudahlah, ini tak penting juga bagimu,” balas Rion abai.
“Om bilang apa barusan?” Giliran Keyzia yang bertanya. Kali aja telinganya salah dengar. Tapi, semoga saja memang salah dengar. Yakali om-om ini benar-benar menyukainya. Apa kata seragam SMA yang masih menggantung di kamarnya.
Rion berjalan medekati Keyzia dan memandangi gadis itu dari atas sampai bawah. Kemudian menyisipkan helaian rambut yang menutupi wajah Keyzia kearah samping.
“Ini sudah sore dan kamu masih terlihat seperti tadi pagi. Apa memang sengaja menungguku untuk membereskanmu, ya, Key?”
Keyzia mendorong Rion agar menjauh darinya. “Jangan dekat-dekat padaku. Istrimu ganas, Om. Aku nggak mau diserang sama tante-tante karena dituduh merebut suaminya. Dan juga, jangan katakan hal barusan lagi. Karena aku enggak minat padamu.”
“Terserah apa yang kamu katakan. Lagian, aku nggak sedang bertanya tentang perasaanmu. Karena apa yang aku katakan dan apa yang aku mau, akan terjadi. Setuju ataupun tanpa persetujuanmu, Keyzia,” jelas Rion menegaskan.
Bella menarik lengan Rion. “Aku akan katakan ini pada orang tuamu!”
“Terserah!” Setelah mengatakan itu, ia kembali kearah Keyzia. Ia melonggarkan satu kancing kemejanya dibagian atas dan menyingsingkan lengannya hingga siku.
“Om mau ngapain?” tanya Keyzia mulai curiga dengan gerak gerik Rion.
“Sesuai permintaanmu. Menungguku membereskanmu, kan?”
“Rion!”
Rion menarik napasnya berta saat bentakan Bella terus saja menghantui otaknya. Ia berbalik badan, kemudian menyambar lengan Bella dan menyeretnya keluar dari kamar itu dengan paksa.
“Jangan pernah merecoki apapun urusanku!” bentaknya kemudian langsung menutup pintu kamar dengan kuat hingga terhempas.
“Awas kamu Keyzia!!”
“Astaga! Ini menakutkan,” gumam Keyzia saat mendengar teriakan Bella. Tapi kini yang lebih menakutkan lagi adalah menghadapi Rion yang sudah ada dihadapannya.
“Jadi, kita mulai sekarang?” tanya Rion.
“Jangan!!!!”
