Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Kelicikan

Setelah semalaman terus berpikir dengan sangat keras, tanpa sadar pagi ini Aulia bahkan masih tertidur dengan pulasnya di atas sofa. Ya, secara teknis dalam ruangan itu hanya sofa sajalah satu satunya tempat yang bisa digunakan untuk tidur.

Dengan sebuah dokumen yang masih berada dalam dekapannya, Aulia tertidur bagaikan putri tidur yang tak tau bahwa pagi telah tiba. Bahkan Aulia pun tidak sadar jika saat ini Saputra dan juga Johan akan menuju ruangan dimana Aulia berada guna menagih jawaban dari Aulia.

Benar saja, ketika memasuki ruangan. Dua pria tampan itu tidak menyangka bahwa Aulia masih bisa tidur dengan pulasnya seolah tak memiliki beban. Namun yang sebenarnya terjadi, Aulia tertidur karna kelelahan seharian dalam cengkraman Sinta ditambah semalaman terus berpikir keras.

Alhasil, Saputra meminta Johan untuk mengambilkan segelas air. Bukan untuk ia minum melainkan untuk menyiram Aulia yang masih tertidur pulas ketika ia datang. Tak main main, Saputra bahkan menyiram Aulia tepat di wajahnya.

Sudah pasti seketika Aulia pun terjingkat dan gelagapan. Masih dalam keadaan bingung akhirnya Aulia pun duduk di atas sofa dengan basah kuyup. Dan ia terkejut karna ternyata saat ini sudah berdiri Saputra dan Johan di hadapanya.

"Wow! Selamat pagi tuan putri! Apa perlu kuambilkan lebih banyak air untuk mengguyurmu?! " ucap Saputra seraya menyilangkan kedua tanganya.

Dengan mata tajam bagaikan pedang yang siap mencincang Aulia dua pria itu terus menatap pada Aulia. Sebenarnya Aulia sangat kesal dengan sikap mereka yang sangat kasar. Mengingat Saputra adalah kalangan elite, tapi ia bahkan tidak segan meski itu menyakiti wanita tak berdaya seperti Aulia.

Tak ingin membuang banyak waktu, Saputra pun segera duduk di hadapan Aulia layaknya seorang polisi yang akan mengintrogasi tersangka.

"Waktumu untuk berpikir sudah habis. Jadi cepat katakan apa keputusanmu! " ucap Saputra

Aulia masih merasa tidak yakin dengan keputusannya. Tapi ia tidak punya pilihan lain. Hanya dirinya sendirilah yang akan menyelamatkan hidupnya dan itu artinya ia harus segera menjawab tawaran Saputra dengan cepat.

Dengan gugup Aulia meremas tangan nya sendiri lalu ia mulai bersuara, "Aku...aku sudah membuat keputusan. Dan aku...bersedia menerima tawaran itu. " jawab Aulia terbata bata.

Seketika seulas senyum muncul di wajah Saputra. Seolah ia sudah bisa menduga bahwa pada akhirnya Aulia akan menerima tawarannya dan bersedia untuk menjadi istrinya selama satu tahun. Dan tak ingin rugi, maka Saputra pun kembali menyodorkan sebuah dokumen lain untuk Aulia.

Kali ini dokumen itu berisi sebuah perjanjian kontrak yang akan di sepakati oleh Saputra dan juga Aulia. Tentunya Saputra sudah menandatangani perjanjian itu dan kini ia hanya perlu tanda tangan Aulia sebagai syarat sah nya perjanjian diantara mereka berdua.

Meski secara teknis Saputra memberi tekanan agar Aulia bersedia untuk menerima tawarannya, tapi ia tetap memberi kesempatan pada Aulia untuk membaca isi dari surat perjanjian yang akan Aulia tanda tangani. Benar saja, Aulia pun mulai membaca isi dari perjanjian kontrak itu dengan sangat teliti. Meski kenyataanya itu tidak akan mengubah apapun. Aulia masih membaca dokumen itu dengan serius hingga akhirnya wajahnya pun nampak berubah.

Bukan tanpa sebab, siapa yang tidak kesal jika isi perjanjian itu bahkan lebih dominan menguntungkan Saputra saja. Dalam surat perjanjian kontrak itu tertulis,

1.Aulia Xixi bersedia menikah dan menjadi istri dari Saputra Dirgantara selama satu tahun. Selama rentang waktu itu, Aulia tidak boleh ikut campur semua urusan Saputra termasuk urusan pribadi.

2.Aulia akan mendapatkan fasilitas dan jatah bulanan sebagai seorang istri. Namun Aulia harus melakukan semua yang di perintahkan oleh Saputra.

3.Setelah satu tahun pernikahan Saputra dan Aulia akan resmi bercerai. Aulia akan di bebaskan tanpa syarat apapun dan akan mendapat uang sebesar $5.000.

4.Perjanjian bisa berubah kapan saja.

Yang membuat Aulia meradang adalah poin ke empat dari isi surat perjanjian itu. Bagaimana bisa ada sebuah isi perjanjian yang dapat berubah dengan sesuka hati. Tak terima dengan isi perjanjian itu maka Aulia berkata, "Perjanjian macam apa ini?! Semuanya hanya menguntungkanmu saja dan tidak adil bagiku! " ucap Aulia kesal.

"Memangnya kenapa? Bukankah yang kau inginkan hanyalah kebebasan? Toh pada akhirnya kau akan bebas juga, " ucap Saputra santai.

Pada akhirnya Aulia pun hanya bisa mendengus kesal. Mau bagaimana lagi? Ia bahkan tidak punya pilihan. Untuk sekarang ini yang terpenting adalah memiliki harapan untuk bisa bebas dari kehidupan yang seperti neraka ini.

Dengan tangan bergetar Aulia pun menandatangani surat perjanjian kontrak itu. Dan benar saja tepat setelah itu Saputra pun segera meminta ajudannya yang tidak lain adalah Johan untuk segera menyiapkan acara pernikahan karna besok pernikahan Saputra dan Aulia akan dilangsungkan.

Bukan hal yang sulit bagi Johan untuk menyiapkan semua yang diinginkan oleh Saputra. Meski tentunya acara pernikahan itu haruslah sangat mewah dan juga spektakuler. Jangan tanya. Meskipun hanya sebuah pernikahan kontrak saja, tapi Saputra tetap akan memberi kesan pada masyarakat demi citra keluarga Dirgantara.

Sebelum acara pernikahan dilakukan esok hari, Johan pun menemui Saputra. Jika biasanya ia akan menanyakan pada Saputra mengenai detail yang akan ia lakukan, kali ini Johan tidak melakukan hal itu.

Dengan serius Johan justru bertanya, "Apa kau yakin dengan semua yang akan kau lakukan, Tuan Dirgantara? " tanya Johan memastikan.

"Ada apa, Jo? Bukankah kau mengenalku dengan sangat baik. Sejak kapan aku tidak yakin dengan keputusanku? " ucap Saputra seraya membenahi duduk nya.

"Aku tau, Tuan. Tapi, apa kau yakin jika wanita itu tidak akan membuat masalah di kemudian hari? " Johan bertanya dengan serius.

Saputra pun tersenyum miring setelah mendengar kekhawatiran Johan. Lalu dengan wajah licik nya Saputra berkata, "Jangan khawatir, Jo! Perjanjian itu akan menyudutkannya. Lagi pula, aku akan melakukan apapun demi mendapatkan warisan dari ayah! "

"Tapi, Tuan. Dalam wasiat Tuan Besar, istrimu akan mendapatkan 65% dari saham dan kekayaan keluarga Dirgantara, " ucap Johan seraya mengingatkan.

"Aku tidak bodoh, Jo! Sudah ku pikirkan tentang itu. Dan ku pastikan wanita bodoh itu tidak akan tau! Siapkan saja semuanya dan jangan banyak tanya lagi! " ucap Saputra yang mulai kesal kepada ajudannya itu.

Benar saja. Keesokan harinya seperti yang di katakan oleh Saputra, acara pernikahan pun digelar. Di sebuah gedung mewah yang sudah pasti milik keluarga Dirgantara, akhirnya Aulia dan Saputra melangsungkan acara pernikahan. Sebuah pernikahan termewah yang di hadiri oleh para elite seantero London.

Acara itu bahkan disiarkan secara langsung di semua saluran media karna para reporter bahkan hadir selama 24 jam. Meski pernikahan Tuan Muda Dirgantara itu begitu hebat, sayangnya semua itu hanyalah sebuah permainan tak berarti bagi Saputra.

"Dengar, Aulia! Bersikaplah mesra di hadapan semua orang! " ucap Saputra

"Tapi...begitu banyak orang disana. A-aku...tidak terbiasa, " ucap Aulia gugup.

"Lakukan saja apa yang kuperintahkan! Jika kau sampai membuat kesalahan, maka ku pastikan kau akan menyesal! "

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel