Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

"Untuk sesuatu seperti itu wajar banyak yang tau Nona. Tidak hanya saya, namun ada banyak orang yang mengetahuinya. Itu hanyalah rumor, saya tidak tau kebenarannya."

Natalie menghembuskan nafasnya kasar, melihat Wanqi yang terus membela dirinya seperti merasa tak terima atas sindiran Natalie sebelumnya.

"Nona, apakah kepala Nona sudah tidak sakit lagi?" Tanya Wanqi cemas.

"Ah, tidak. Sekarang jelaskan kenapa mereka semua tidak melayaniku dengan baik?" Tanya Natalie to the point karena merasa rasa penasarannya semakin membesar.

Wanqi bingung dan ragu untuk menjelaskannya, sedangkan Natalie menatap Wanqi tajam. Merasa Wanqi adalah musuhnya, bukan temannya.

"Kenapa tidak cerita? Takut menceritakan keburukan temanmu?" Tanya Natalie mengejek.

Wanqi menggelengkan kepalanya, menyanggah tuduhan Natalie. "Itu tidak benar, Nona. Saya hanya bingung kenapa Nona baru bertanya sekarang? Padahal dulu Nona tak pernah mempermasalahkan mereka. Nona juga - "

"Aku tidak butuh ocehanmu. Cepat, ceritakan!" Desak Natalie.

Mau tak mau akhirnya Wanqi menceritakan semuanya. Kebusukan orang di kediaman Ling, bahkan Natalie menyuruh Wanqi untuk menceritakan tanpa ada yang tertinggal sedikitpun.

"Baiklah Nona. Nona sangat pemalu dan jarang keluar dari kediaman. Nona juga suka dibully oleh Nona Mia dan Nona Manli. Tuan Huo Ling tidak begitu menyukai Nona sehingga sering mengabaikan Nona walaupun saya sering melihat Nona menangis sambil memeluk kaki Tuan. Banyak yang mengatai Nona itu … " Wanqi menghentikan acara mendongengnya, ragu untuk melanjutkan ceritanya. Pasalnya Wanqi takut Nonanya itu akan marah atau mengamuk.

"Lanjutkan saja, tidak apa-apa," Desak Natalie yang semakin penasaran.

"Maaf, Nona. Banyak yang mengatakan kalau Nona itu seorang gadis yang bodoh dan tidak berbakat. Karena itu banyak warga yang tidak menyukai Nona bahkan pelayan di kediaman Ling juga. Maaf Nona, maaf." Mohon Wanqi.

Wanqi langsung bersujud dan memeluk serta mencium kaki Natalie merasa bersalah karena sudah menceritakan sesuatu yang mungkin dapat menyinggung perasaan Natalie.

Natalie yang melihat Wanqi bersujud pun merasa tak tega. "Tidak apa-apa, aku maklumi itu." Ujar Natalie.

Wanqi yang sebelumnya bersujud memohon maaf dari Natalie pun mendongakkan kepalanya melihat Natalie dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Nona tidak marah?" Tanya Wanqi.

"Untuk apa aku marah, dasar bodoh." Balas Natalie sambil menjitak kepala Wanqi, "Bangunlah! Sampai kapan kau akan berlutut seperti itu?" Titah Natalie.

Wanqi terkejut bukan main dengan perubahan sikap nonanya itu. Biasanya, Nonanya itu akan marah atau mengamuk kalau ada yang mengatainya bodoh dan tidak berbakat. Bahkan pernah suatu hari nonanya melakukan percobaan bunuh diri hanya karena orang yang disukainya mengatainya bodoh.

Ada apa dengan Nona? Kenapa Nona mengataiku bodoh? Sebelumnya Nona tidak suka mengucapkan kata-kata kasar. Apakah sejak kejadian itu Nona jadi berubah? Batin Wanqi.

Wanqi tampak ketakutan saat melihat Natalie yang dianggapnya nonanya itu tersenyum sendiri.

Baiklah. Nona Mei Ling yang menyedihkan aku akan membalas semuanya. Mulai sekarang aku akan berperan sebagai Mei Ling. Yang mengataiku bodoh akan terpukau melihat kejeniusan ku nanti. Siapa yang berani menentangku akan aku pastikan dia akan berlutut dan memohon kepadaku! batin Natalie sembari menyeringai.

Ya. Saat ini Jenica Natalie resmi menjadi Putri Mei Ling.

Seorang putri bangsawan yang idiot.

*****

Mei Ling melamun sambil menatap langit malam yang dipenuhi dengan taburan bintang.

Pikiran Mei berkelana. Saat ini Mei tengah memikirkan bagaimana keadaan kedua orang tuanya? Mei tau pasti kedua orang tuanya sangat terpukul atas kepergiannya dan di tambah lagi Mei malah berada di zaman kuno.

Mei sampai pusing memikirkannya. Bagaimana caranya agar Mei dapat kembali di zaman modern? Pasti sangat sulit bukan.

Tiba-tiba Mei teringat dengan kejadian yang menimpanya saat itu. Walaupun hanya ledakan kecil tapi dampaknya lumayan besar. Percikan bahan kimia menyebar sehingga mengenai korsleting listrik dan menyebabkan ledakan serta kebakaran yang membuat Natalie terjebak di antara kerumunan siswa.

Mei ingat dengan jelas bagaimana wajah panik teman-temannya dan bagaimana ledakan itu terjadi. Semuanya terekam jelas, seperti sebuah video.

Mei merasakan ketakutan yang teramat. Sepertinya Mei sedang mengalami trauma berat.

"Nona, Kenapa Anda belum tidur?" Tanya Wanqi.

Mei melihat ke arah Wanqi dengan tatapan sendu. Wanqi yang melihatnya pun yakin kalau nonanya itu memiliki masalah berat namun sayangnya Wanqi tak tau apa itu.

"Wanqi, misalkan aku terpilih menjadi istri pangeran bagaimana nasibku?" Tanya Mei.

Wanqi bingung dengan pertanyaan Mei. Pasalnya dirinya hanyalah seorang pelayan yang akan menyerahkan nyawanya kepada majikannya dan dirinya tidak tahu bagaimana kehidupan seorang istri pangeran.

"Mungkin Nona akan bahagia karena Pangeran pasti menyayangi Nona secara Pangeran sendirilah yang memilih calon istrinya." Jelas Wanqi dengan senyuman yang mekar.

Mei merasa tak puas dengan penjelasan Wanqi. Entah kenapa Mei merasa takut. Mei pernah membaca beberapa komik dan novel china tentang zaman kuno / zaman kekaisaran.

Di mana si permaisuri harus bersaing dengan permaisuri lainnya atau si permaisuri harus berhadapan dengan orang-orang licik serta iri di dalam istana. Memikirkannya saja sudah membuat Mei bergidik ngeri.

"Oh, ya, Wanqi. Apakah aku boleh membatalkannya?" Tanya Mei berharap.

"Hamba rasa tidak bisa, Nona. Karena semua putri bangsawan harus mengikuti pemilihan itu." Jelas Wanqi yang membuat harapan Mei sirna sudah.

Sekali lagi Mei merasa kecewa dengan ucapan Wanqi yang sangat tidak memuaskan. Mei harus mencari alasan agar dia tidak bisa mengikuti pilihan itu tapi berkumpul di depan orang banyak serta memamerkan bakat bukankah itu hal yang luar biasa?

Semua orang akan menganggap bahwa Putri Mei bukanlah orang bodoh seperti isu yang tersebar.

Mei memantapkan hatinya untuk mengikuti pemilihan calon istri untuk pangeran. Bukannya untuk menjadi istri pangeran melainkan menunjukkan kepada orang banyak bahwa Putri Mei bukanlah orang bodoh.

Masalah apa yang harus ditampilkan akan Mei pikirkan esok.

*****

"Hei, kakak Quan, seperti apa pilihan calon istrimu nanti?" Tanya seorang pria yang dikenal dengan nama Qin Wu, pangeran keempat Wu.

Yang ditanya malah asik sibuk meminum arak dengan wajah datarnya."Entahlah. Aku tidak memikirkan itu. Aku tidak tertarik sama sekali." Jawab Quan dengan cuek.

"Dasar kakak, kenapa kau selalu memikirkan tahta. Bersenang-senanglah kalau kau tak memikirkan seorang gadis, kau akan menjadi bujang tua nanti." Jelas Qin sambil tertawa lebar sehingga menampakkan isi di dalam mulutnya.

"Cih!"

Quan berdecak tidak senang mendengar penuturan adiknya itu, "Terserah. Aku tidak peduli apa kata orang. Yang penting aku harus menjadi seorang Kaisar. Aku tidak mau menjadi bawahan dan seenaknya diperintah si tua bangka itu terus menerus." Geram Quan.

"Dasar, kau ini anak kurang ajar. Ayah sendiri dibilang tua bangka. Kau akan menerima akibatnya kelak, hahaha!" Ejek Qin.

"Heh, coba saja!" Tantang Quan.

Quan sibuk meminum arak sedangkan Qin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan kakaknya itu.

Quan dan Qin cukup dekat karena mereka dilahirkan dari rahim yang sama.

Qin merupakan anak yang cukup manja dan masih terbilang cukup labil walaupun usianya terbilang dewasa. Qin manja kepada semua orang termasuk kakaknya, Quan.

Karena itu Baginda Kaisar Wu tidak memiliki harapan untuk Qin memiliki kesempatan untuk memiliki tahta.

Berbeda dengan Quan Wu. Quan sangat haus akan tahta. Quan akan melakukan apa pun untuk menjadi seorang Kaisar. Bahkan kalau itu harus membunuh ayahnya sendiri.

Termasuk memberontak sekalipun.

*******

Mei merasakan tubuhnya digoyang-goyangkan seseorang. Entah kenapa Mei tidak mendengar suara alarm atau alarm alami dari teriakan ibunya.

"Nona! Bangun! Waktunya sarapan."

Mei Ling mengusap usap matanya yang masih mengantuk. Mei menguap membuka mulutnya lebar-lebar membuat Wanqi kembali merasa heran dengan kelakuan aneh Mei.

"Sarapan?" Tanya Mei setengah sadar.

"Iya, Nona." Jawab Wanqi dengan sabar.

Dengan malas Mei bangkit berniat untuk membersihkan diri terlebih dahulu, "Baiklah, aku akan mandi."

Setelah mandi dengan bantuan Wanqi, seperti biasa Mei berhias tapi kali ini riasan Mei cukup rumit tidak seperti dirinya di zaman modern yang hanya menggunakan pelembab dan lipstik saja.

Mei menatap dirinya lama-lama di depan cermin.

Ternyata cantik juga. Tidak kalah cantiknya dari wajahku di zaman modern. Batin Mei dengan percaya diri.

Setelah berhias Mei pergi ke ruang makan dimana seluruh anggota keluarga berkumpul. Bahkan Mei dapat melihat ada banyak tatapan sinis disana, kecuali ayahnya tentunya.

"Sayang, bagaimana kabarmu?" Tanya Zhang Ling sembari memeluk Mei dan membawa Mei duduk di sebelahnya.

Mei bersandar di depan dada bidang ayahnya, mencari perhatian agar semua perhatian teralih kepadanya. "Aku sudah merasa baik, ayah. Hanya saja kepalaku sedikit pusing." Jawab Mei dengan manja.

Dan benar saja, seluruh perhatian teralihkan kepadanya. Mei dapat melihat tatapan tak suka dari Mia Ling, kakak keduanya.

Mei sempat sedikit terpana melihat penampilan Mia Ling yang mirip dengan dirinya. Dan Mei yakin, bahwa dirinya dan Mia Ling merupakan saudara kembar, hanya saja sifat mereka yang jauh berbeda.

"Dasar bodoh, apa yang kau lakukan sehingga terjun dari atas atap. Tak berguna seperti biasanya!" Sindir Manli, kakak ipar pertama penuh penekanan.

Mia Ling seperti biasa hanya bisa tersenyum mengejek ke arah Mei. Merasa menang dengan sindiran yang menurutnya sangat berkelas itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel