Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 19 Sebuah Tamparan

Bab 19 Sebuah Tamparan

Setelah menerima projek Tasya, nama Annastasia Lazuardi semakin tersohor seantero kampus—terutama di seluruh angkatan komunikasi. Projek Tasya dan kawan-kawannya berhasil, bahkan meraih sukses besar. Kelompok Tasya mendapatkan nilai tertinggi di kelasnya. Foto-foto Anna saat menjadi model yang disebar di sosial media pun menjadi perbincangan hangat. Banyak yang memuji kecantikan naturalnya. Ya. Pada dasarnya, Anna memang sudah cantik, namun polesan Vincent pada penampilannya membuatnya tambah bersinar.

Kini, Anna menjelma menjadi bintang baru di kampusnya. Kemana pun ia pergi, maka Anna akan menjadi sorotan dan perbincangan banyak orang. Setelah projeknya sukses, Anna kebanjiran beberapa tawaran lagi dari seniornya. Termasuk tawaran yang baru tadi pagi diterimanya langsung dari salah satu senior hits di angkatannya, yaitu Kinar. Gadis berambut kecokelatan itu menawarkan Anna sebuah projek garapan film pendek. Anna bahkan akan didapuk menjadi pemeran utamanya. Menakjubkan, bukan?

“Kau akan menerima tawaran itu, kan?” tanya Bella dengan tatapan penasaran. Ia tidak menyangka bahwa kehadiran Anna yang dulu dikucilkan, kini diincar banyak orang. Bella belum siap seutuhnya untuk menjadi sahabat seorang idola baru seperti ini, namun ia patut berbangga diri untuk itu. Mau tidak mau, kini banyak orang juga yang mengetahui eksistensi dirinya di kampus. “Oh ayolah, Anna! Ini kesempatan baik untukmu. Tawaran ini dari Kak Kinar!”

Anna menggeram frustrasi sebelum melahap burger di genggamannya dengan satu suapan besar bak orang kelaparan. Siang ini, ia dan Bella sedang berada di sudut taman yang agak tersembunyi. Sejak namanya jadi buah bibir, Anna selalu merasa risih saat harus makan di kantin. Selain banyak orang yang berlomba-lomba untuk duduk di sebelahnya, puluhan pasang mata juga tidak henti menatapnya. Anna bahkan tidak bisa mengunyah makanannya dengan baik jika merasa diawasi seperti itu. Ish, menyebalkan!

“Justru itu masalahnya, Bel. Kali ini Kak Kinar yang mengajakku.”

Ya. Lagi-lagi, Anna dihadapkan dengan tawaran dari salah satu seniornya yang tidak bisa diremehkan begitu saja. Boleh dibilang, Kinar ini adalah salah satu primadona di angkatannya. Dulu, Kinar menjabat sebagai ketua paduan suara di jurusan komunikasi. Tentu, Kinar juga masih satu circle dengan Tasya. Anna memiliki kecurigaan bahwa Tasya-lah yang merekomendasikan dirinya untuk digaet dalam projek Kinar.

“Kau harus menerimanya, Anna! Kesempatan emas seperti ini tidak akan datang dua kali.”

“Tapi, Bel... aku tidak yakin akan melakukan ini dengan baik.”

“Kau selalu saja seperti itu!” Bella mendesah kesal. “Terakhir kali kau juga selalu seperti itu, namun lihat hasilnya! Projekmu sukses besar, Anna! Dan aku yakin, kali ini kau juga akan melakukannya dengan baik.”

“Kali ini aku harus berakting, Bel. Akting!” Anna menekankan kata terakhir di ucapannya dengan nada jengah yang kentara. “Astaga! Terakhir kali aku berakting adalah saat menampilkan teater di sekolah dasar. Kali ini aku pasti akan benar-benar gagap di depan kamera.”

“Kau juga belum pernah menjadi model sebelumnya, Anna, dan buktinya kau tetap berhasil!”

Desahan kasar terlontar dari bibir Anna yang terus-menerus mengerucut. Andai saja Bella tahu bagaimana ia berlatih keras bersama Vincent sebelum ini. Menjadi model saja sudah sulit, apalagi kini Anna harus berakting. Oh, ayolah! Aktris dan model adalah profesi yang amat berbeda. Jika sebelumnya Anna hanya dituntut untuk menampilkan pose seluwes mungkin di depan kamera, maka kini Anna memiliki tuntutan yang lebih banyak.

Dalam berakting, seseorang harus mampu menghafal, mengingat, bahkan mengucapkan berbagai dialog dengan baik di depan kamera. Dan itu semua harus dikoordinasikan dengan gerak tubuh serta ekspresi wajah yang sesuai. Oke, ini memang film pendek. Namun tetap saja Anna tidak bisa meremehkannya begitu saja. Anna tetap harus bertanggungjawab dengan apa-apa yang ia kerjakan—termasuk jika nantinya menyetujui bergabung dengan projek ini. Anna memiliki waktu dua hari untuk berpikir sebelum memberi keputusan final pada Kinar.

Ish, entahlah! Anna benar-benar bingung saat ini.

“Entahlah, Bel. Aku benar-benar bingung.”

“Kalau begitu pikirkanlah lagi. Aku sebagai sahabat hanya bisa menyemangatimu.” Bella meraih tangan Anna dan digenggamnya erat. “Aku percaya kau pasti bisa, Anna. Tapi, semuanya kembali lagi pada keputusanmu.”

“Terima kasih, Bel.” Anna balas memeluk Bella, menyalurkan rasa terima kasihnya. “Aku sangat beruntung memilikimu!”

“Anna?”

“Hm?”

“Setelah ini kau akan kemana?” tanya Bella saat Anna kini melepaskan pelukannya.

“Sepertinya aku akan langsung pulang. Kenapa memangnya?”

“Aku... boleh main ke rumahmu dulu? Mungkin sampai sore. Keluargaku sedang tidak ada di rumah dan aku benar-benar bosan jika harus sendirian.”

“Maaf, Bel. Tapi... sepertinya aku tidak bisa membawa seseorang ke rumah untuk sementara waktu.” Anna memutar maniknya, memikirkan berbagai alasan yang dirasa cukup rasional untuk menolak secara halus permintaan Bella. “Kau tahu? Saat ini aku tinggal bersama keluarga dari saudara jauhku. Bisa dibilang aku tinggal menumpang di sana. Jadi... aku agak kesulitan untuk meminta izin. Ya... semacam masih segan. Aku masih proses beradaptasi di sana.”

Entahlah. Anna bahkan tidak mengerti dengan serangkaian kalimat panjang yang baru saja ia katakan. Yang jelas, Anna tidak mungkin membawa Bella ke tempat tinggalnya saat ini. Jangan gila! Bella mungkin akan menodongnya dengan ribuan pertanyaan tentang asal-usul ia bisa tinggal di mansion yang bagai istana megah itu. Terpaksa, ia harus membohongi Bella dengan perasaan bersalah yang menggerayangi dadanya. Namun bagaimana lagi? Anna harus menutupi statusnya kini yang tengah berada dalam ikatan kontrak bersama suami kaya rayanya.

“Tidak apa-apa, Anna. Aku mengerti.”

“Sekali lagi aku minta maaf. Mungkin... lain kali?” Anna terdengar tidak yakin, namun ia akan berusaha menghibur Bella sebisanya. “Kalau begitu... sekarang bagaimana kalau kita ke mall dulu?”

“Eh?”

“Bagaimana kalau kita jalan-jalan sekalian nonton dulu selagi menunggu keluargamu pulang? Sudah lama kita tidak ke mall untuk cuci mata.”

“Tapi... bukankah kau akan pulang?”

“Tenang saja. Aku bisa pulang nanti. Ayo, kali ini biar aku yang traktir!” Manik Bella membulat. Gadis itu ingin mengatakan sesuatu lagi, namun Anna langsung menggandeng lengan Bella dengan sumringah. “Jangan banyak berpikir! Ayo!”

**

“Baiklah. Kalau kau sudah setuju, aku akan mengkonfirmasi dulu kepada timku dan mempersiapkan segala keperluan untuk shooting.” Gadis yang terlihat sumringah itu kini memeriksa ponselnya untuk melihat jadwal. “Untuk latihan awal... bagaimana kalau dimulai Sabtu ini?”

Gadis bermanik hazel di hadapan cukup terkejut dengan jadwal yang begitu mendadak ini. “Sabtu, Kak?”

Gadis bersurai kecokelatan itu—Kinar—mengangguk mantap. “Lebih cepat lebih baik, bukan?”

Sempat ragu, namun kini Anna mengangguk pelan. Ia meyakinkan dirinya bahwa ini bukan keputusan yang salah. Dengan didampingi Bella—seperti biasa—Anna kembali menyetujui tawaran projek dari seniornya, Kinar. Ya. Pada akhirnya, Anna setuju untuk membintangi projek film pendek tersebut. Entah apa ia akan sanggup dengan segala macam proses shooting nantinya. Yang jelas, ini akan menjadi pengalaman pertamanya sebagai aktris utama dalam suatu film. Meski hanya sebatas projek kampus, namun tetap saja Anna dilanda kegugupan—lebih-lebih dari saat ia menerima projek Tasya.

“Persiapkan dirimu! Sampai jumpa lagi, Anna!” Kinar pun beranjak dari kursinya dan tersenyum lebar sebagai ucapan pamitnya.

Setelah Kak Kinar keluar dari kelasnya, kini giliran Amy and the gengs yang memasuki kelasnya. Tanpa tedeng aling-aling, ketiga gadis dengan raut menyebalkan itu mendatangi meja Anna dan Bella yang duduk bersebelahan.

“Ada keperluan apa Kak Kinar datang ke sini?” Tanpa basa-basi, Amy langsung menodong Anna dengan pertanyaan tersebut.

“Bukan urusanmu, Amy!” jawab Bella yang ikutan sebal dengan tingkah Amy yang tidak bosan untuk menganggu ketentraman hidup sahabatnya.

Amy mendecih. “Aku tidak bertanya padamu, Bella!”

“Jawabanku sama dengan Bella.” Anna menatap mata Amy dengan berani. Semenjak penampilannya berubah, Anna juga jadi mempunyai keberanian berlebih untuk melawan Amy. Ia tidak ingin terus-terusan menjadi pihak yang lemah dan mampu ditindas seenaknya seperti dulu. “Bukan urusanmu! Ayo, Bel! Kita pulang!”

Setelah membalas ucapan Amy dengan nada tidak bersahabat, Anna segera berdiri dan melangkah tegas untuk sesegera mungkin keluar dari kelasnya. Anna meninggalkan Amy dan dua kacungnya yang sempurna ternganga hebat akibat reaksinya yang tidak terduga. Bella yang cukup kerepotan membereskan barang-barangnya kini tertinggal oleh Anna yang melengos pergi tanpa sempat menoleh ke belakang. Bella kemudian sengaja berdiam diri dulu di sana untuk mengucapkan sesuatu pada Amy—berharap ucapannya dapat ‘menampar’ Amy demi tersadar akan kenyataan.

“Asal kau tahu saja, Amy. Kak Kinar datang untuk meminta jawaban Anna tentang projek film pendek yang ditawarkannya. Dan kau tahu? Anna menyetujuinya. Ia akan debut sebagai aktris film di projek tim Kak Kinar.”

Manik Amy melotot. Lidahnya seketika kelu.

Bella melanjutkan perkataannya hingga membuat Amy sempurna terbungkam di tempat. “Kau harus belajar menerima kenyataan. Tidak selamanya sorot cahaya berkilauan akan menaungimu. Akuilah, kurasa kini sinarmu mulai meredup, Amy.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel