Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Racun Tois

Racun Tois

"He! Kenapa kalian berdua menangis?" ucap tamu itu dan raja mesum ini.

"Tidak apa," ucapku sembari melepaskan pelukan dan melap air mata, aku tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi di sini, apa tidak ada seseorang yang bisa menjelaskan masalah ini.

"Aneh!" ucap mereka, bukan hanya kalian saja yang merasakan itu. Rasa penasaran mendalam jauh lebih kupunya daripada kalian, ini rasanya sangat aneh bahkan membuat kepala semakin pening.

Pesta ini akhirnya berakhir, aku belum sempat berbicara puas dengan Shiyo dan dia sudah dibawa pulang, apa pria tadi adalah suaminya? Jangan bilang kalau dia jatuh ke dunia aneh ini juga. Aku terlalu banyak berhalusinasi.

Sialan apa kabar dengan istilah malam pertama ini, apa rasanya nanti akan sakit? Atau menolaknya lebih baik, akh jika itu aku lakukan mungkin besok kepala ini sudah tidak tersambung lagi dengan tubuh yang lain.

Anna Pov

"Aku tidak akan membiarkan mereka, melakukan hubungan ini. Aku harus mencari cara untuk menghentikannya," gumamku sambil berjalan ke dapur dan menyuruh seorang dayang untuk mengikutinya.

"Ambilkan aku tois," ucapku tegas sambil melipat tangannya.

Dayang itu pun langsung bergegas membuka sebuah laci, dan mengambil sebuah botol yang berisi Tois. Tois adalah racun yang mematikan. Tois membunuh dengan perlahan namun pasti.

Dia akan mati dan jabatan permaisuri akan menjadi milikku, entah apa yang di pikiran kan raja sehingga dia berani mengambil wanita jalang itu lalu menjadikannya istri dengan posisi tertinggi.

Sebelum yang mulia raja menyentuhku tidak boleh ada satu pun wanita yang boleh disentuh oleh raja, aku tidak sabar lagi melihat wanita itu mati menderita karena racun mematikan ini.

"Buat apa racun ini, Ratu Pertama?" tanya dayang itu, sambil memberikan botol yang baru saja dia ambil. Anna hanya tersenyum smirk, lalu merampas botol itu dari tangan dayang itu dengan sangat kuat.

"Bukan urusanmu!" pekikku lalu pergi, dayang itu hanya menundukkan kepalanya, dasar dayang tidak tahu diri berani menanyakan urusan orang lain, aku akan membalasnya nanti. "Satu lagi, jangan kasih tahu apa pun kalau aku mengambil ini," ucapku lagi sambil membalikkan badan melihat dayang itu.

"Baik Ratu," jawab dayang itu menundukkan kepalanya.

Aku berjalan menyusuri lorong yang sangat panjang dan redup, memasuki kamarku untuk membuat santapan racun ini, mengambil sebuah cangkir yang berisi teh hangat, Tidak lupa juga untuk memasukkan setetes racun tois tersebut.

"Akan aku berikan ini pada wanita jalang itu.” Sambil mengaduk air teh tersebut, dia akan mati sebentar lagi.

Waktunya pergi, saat di perjalanan menuju kamar wanita jalang itu. Mata ini menangkap bayangan Elly, ratu kedua yang sedang duduk melamun di taman. Apa yang dilakukannya di sana bahkan tanpa seorang pengawal.

Sepertinya aku harus menanyakan masalah teman masa kecilku itu, tapi bagaimana dengan racun ini. Aku melihat sekeliling di sana ada seorang dayang yang membersihkan taman, mungkin dia yang akan menjadi tamengku.

“Kamu yang di sana,” panggilku dan dia langsung menoleh menghampiriku.

"Iyah Ratu," ucapnya sambil berjalan semakin dekat ke arahku.

"Berikan ini pada Permaisuri Affry." Sambil menyodorkan gelas itu.

"Baik Ratu," jawab pelayan itu. Dasar dayang bodoh sebentar lagi mungkin hidupmu akan menderita menanggung semua konsekuensinya. Saatnya aku menghampiri Elly sekarang, hatinya sangat suram pasti memikirkan hal yang aku pikirkan juga.

Aku mendekati Elly dan memegang bahunya, dia sedikit tersentak. “Anna,” ucapnya dan aku tersenyum lalu duduk di sampingnya. “Apa raja akan menyentuh istri barunya?” tanyanya menundukkan kepala.

“Aku tidak tahu,” jawabku, apa dia memikirkan hal yang sama? Jika raja juga memperlakukan semua istrinya sama maka tidak akan ada perasaan dendam seperti ini.

“Sepertinya raja sangat menyayangi permaisuri, dia akan semakin melupakan kita,” lanjutnya dan aku menggeleng.

“Tidak, kamu jangan terlalu lemah. Dunia para istri raja bukan seperti ini kamu harus mengambil hakmu dam jangan mau dijadikan tameng seperti ini. Tenang saja aku akan memikirkan cara untuk mengusir wanita itu.”

Elly tersenyum dan aku memeluknya, semua akan kembali normal seperti dulu, tinggal melihat kabar kematian permaisuri besok dan hidup ini berjalan sesuai rencana yang aku inginkan.

Anna Pov End

Terdengar suara pintu yang diketok, apa Pangeran Kirito itu sudah datang secepat ini tapi tidak mungkin kan. “Masuk,” jawabku.

“Ini hamba Permaisuri, saya membawakan minuman buat Anda,” ucapnya dari balik pintu kemudian membuka pintu tersebut.

Aku melihatnya berjalan ke arahku sambil membawa sebuah gelas yang berisi air. “Ini Yang Mulia.” Dayang tersebut menyodorkan gelas tersebut padaku, aku menerimanya lalu tersenyum.

Gelas tersebut kuletakkan di atas meja, dan dayang tersebut kembali ke tempatnya. “Apa itu?” ucap seseorang dari arah belakangku, aku melihatnya sejenak lalu memalingkan pandanganku.

“Hanya teh saja,” jawabku sambil menarik selimut dan tidur.

“Apa yang kau lakukan?” ucap pria tersebut yang tidak salah lagi adalah raja mesum yang menjadikanku istrinya dalam waktu seminggu dia benaran gila, dan sungguh ingin rasanya membunuh dia.

“Aku mau tidur,” ucapku sambil memandang sinis ke arahnya.

“Tidak! Ini malam pertama kita bukan? Apa kau lupa? Apa tugas seorang istri pada saat itu?” Aku pun langsung membulatkan mataku dan memandang ke arahnya.

Aku baru ingat pertama kali aku tinggal di sini dia sempat menyentuhku, tapi. Semuanya gagal karena dia ada urusan penting dan aku juga menolaknya karena kami belum menikah.

Tapi, sekarang alasanku untuk menghindar apa? Apa aku akan melakukannya? Umurku masih 17 tahun dan aku harus hamil, tidak. Aku harus cari alasan yang membuat dia dapat menerima.

“Saya sudah lelah, Yang Mulia.”

“Aku tidak mau tahu, sekarang kehadiranku di sini hanyalah meminta jatah dari istri yang baru saja kunikahi.”

Ternyata dia sangat sulit untuk dirayu “Yang Mulia umur saya masih 17 tahun, saya belum pantas untuk hamil.”

“Aku tidak peduli, ibuku saja melahirkanku saat umur 17 tahun,” ucapnya sambil berjalan ke arahku. Aku langsung bangun dan menarik selimut untuk menutup tubuhku, tapi. Dia mala menariknya dan menimpaku dengan kedua tangan bertopang di sebelahku.

Aku tidak bisa teriak, karena tidak akan ada gunanya. Dia terus memandangku sambil mengelus pipi ini, aku hanya bisa menolaknya dengan halus jika tidak dia akan membunuhku. Satu bulan kemudian aku akan hamil.

Rasa sakitnya pasti luar biasa, jika tahu seperti ini lebih baik aku memberi kegadisanku sama pacar misalnya. Astaga teman saja tidak punya apalagi seorang pacar, dia tersenyum meniup telinga ini.

Sialan ini sangat geli aku tidak boleh terbawa suasana, matanya menatap tajam mengulum bibir ini perlahan, bermain dengan sang lidah di dalam sana pergerakannya sangat lihai.

Tangan kekar miliknya itu mulai menjalar menggerayangi seluruh tubuhku, aku semakin takut jika rasa sakit itu akan segera datang. Apa tidak ada seseorang yang akan membantuku saat ini.

Tok ... tok!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel