Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Pernikahan dan Pertemuan

Pernikahan dan Pertemuan

"Permisi Yang Mulia ini hamba dayang Pangeran Kirito, apakah hamba boleh masuk?" Dayang! Syukurlah pikirku raja gila itu sudah datang, tapi untuk apa dia datang di jam seperti ini.

Kalau tidak salah dulu saat membaca cerita tentang kerajaan sesama ratu akan saling membunuh demi mendapatkan posisi tertinggi dan menjadi istri kesayangan raja, bisa saja dia salah satu pelayan dari ratu yang ada di sini dan ditugaskan untuk membunuhku, oh astaga lupakan hal gila itu.

"Masuklah," jawabku, kemudian dayang itu masuk sambil membawa bayi di tangannya yang sedang menangis, bayi itu yang membuatku dalam masalah. Hingga aku berada di sini.

Aku berpikir dia akan membawa makanan atau minuman lalu memberinya padaku, setelah meminumnya maka langsung mati. Ini karena aku kebanyakan baca novel, pikiran aneh mulai keluar.

"Apa yang kau inginkan?" tanyaku padanya.

"Maaf sebelumnya Yang Mulia, pangeran tidak mau tidur, dia selalu memanggil mama, saya mendengar dari dayang lain bahwa Yang Mulia bisa membuat pangeran tenang,” jelasnya.

"Baiklah, bawa dia ke sini," ucapku. Dayang itu kemudian membawa bayi dan menyerahkannya padaku, seketika itu pula bayi itu menjadi tenang, apa yang dia lihat dariku sehingga bisa tenang seperti ini.

"Dia sudah kembali tidur," ucapku sambil menggoyangkan tanganku seperti mengayun agar dia tidur nyenyak.

"Maaf kan hamba Yang Mulia, baiklah saya akan membawa pangeran ke kamarnya, karena ini sudah waktunya buat Yang Mulia untuk tidur," ucapnya seraya mengambil bayi itu dariku.

"Jika aku tidak memberikan bayi ini, dan tidur di sampingnya, mungkin raja itu tidak akan menyentuhku, dan aku akan aman," gumamku berpikir jahat seketika, dia juga tidak bodoh kan menyentuh di saat ada seseorang.

"Eh ... tidak biar kan saja pangeran tidur bersamaku, kamu bisa kembali ke tempatmu, saya akan mengurusnya."

"Baik Yang Mulia Affry." Dayang itu pun kemudian pergi. Akhirnya aku memiliki alasan untuk menolaknya, aku bisa tidur sekarang. Aku meletakkan bayi itu tepat di samping.

Dia sangat tampan, kulitnya yang putih dan hidungnya mancung serta rambut dan alis mata yang lebat dan hitam. Apa yang aku pikirkan, keturunan raja memang selalu tampan, pasti mama kandungnya dari kerajaan lain dan tentu dia juga pasti seorang putri di sana.

***

Hari-hari pun telah berganti dan aku tidak pernah melihat raja setelah kejadian malam itu, aku tidak tahu apa yang dilakukannya? Setidaknya hidup ini dalam keadaan aman.

"Yang Mulia Affry," panggil salah satu pelayan dengan membungkukkan badannya sedikit.

"Ada apa?" sahutku sambil melihat ke arahnya.

"Besok adalah hari penobatan Anda menjadi seorang permaisuri, saya diberikan tugas untuk membantu Anda." Apa? Besok aku akan menikah!

Bagaimana ini aku tidak tahu, aku lupa menghitung hari, setidaknya aku bisa lari sebelum hari penobatan, tapi semuanya sia-sia. "Yang Mulia, apa Anda mendengar saya," panggilnya membuyarkan semua pikiran.

"Eh ... iya saya mendengarnya, baiklah," jawabku kaget ketika dia memanggilku

Hari pun berganti, aku dihiasi dengan gaun yang sangat cantik, kalung permata, gelang berlian, dan lain-lain. Oh iya aku juga lupa mereka meletakkan sebuah mahkota yang sangat besar dan berat di kepalaku.

"Yang Mulia Anda sudah siap? Acara akan dimulai, kita harus pergi ke altar pernikahan, Yang Mulia Raja dan para tamu dari negara lain sudah menunggu kedatangan Anda," ucap salah satu pengawal.

"Baiklah." Aku kemudian beranjak dari tempatku, dan tidak lupa juga membawa bunga pernikahan yang telah disiapkan.

Aku sangat gugup dengan pernikahan ini, aku tidak menyangka kalau yang datang akan seramai ini, bahkan lebih ramai dari supermarket ketika mengadakan diskon.

"Yang Mulia Permaisuri Affry telah datang," ucap salah satu prajurit ketika melihat kedatanganku. Aku melihat ke bawah, karena aku berada dilantai dua tepatnya di tangga untuk turun ke lantai satu, acaranya berada di lantai satu.

Kabur? Itu juga tidak ada gunanya, hidupku juga akan menderita menjadi rakyat biasa nanti. Di sini, aku akan mencari tahu cara untuk pulang, gelar permaisuri, ibu dari semua ratu sudah sangat tinggi.

Ditambah lagi anak si raja hanya ingin bersamaku, wewenang itu bisa aku pakai untuk menjaga keselamatan dari ratu-ratu sialan yang ada di sini. Walau semuanya akan hancur nanti, kesucianku akan hilang.

Bagian itu aku akan memikirkan cara agar dia tidak menyentuhku, dulu sempat berpikir mendapatkan suami yang baik dan masih sendiri tapi nyatanya dia memiliki istri lebih dari satu lusin, bahkan sudah memiliki penerus.

Aku kemudian menuruni anak tangga satu persatu diikuti para pelayan yang berada di belakangku sambil memegangi gaun yang sangat panjang hingga ke lantai agar tidak kotor.

Sesampainya di bawah. “Wah, permaisurinya sangat cantik," bisik para tamu ketika aku melewati mereka. Aku kemudian berhenti tepat di depan ... aku juga tidak tahu namanya apa di sini intinya yang memberkati, dan di sampingku adalah raja mesum itu.

"Apakah Yang Mulia Griffin bersedia menikahi Yang Mulia Affry?" ucap pria tua itu.

"Saya bersedia," jawab raja mesum itu, mirip pernikahan di duniaku tetapi ada perbedaan sedikit yaitu orang yang memberkati, lalu aku kira akan dibawa naik tanduk dan kuda masuk keranda-keranda lalu digotong.

Ternyata aku terlalu banyak mengkhayal, istananya saja mirip rumah mewah yang banyak ruangan, meja dan lantai bahkan semuanya serasa seperti di duniaku. Tempat ini tidak mirip kerajaan zaman dahulu, mencari tahu sedikit-sedikit lebih efektif.

Begitulah acara dimulai sampai selesai dan pada akhirnya, "Cium ... cium ... cium," sorak para tamu.

Chup ....

Satu ciuman tepat di bibirku, dia melumat bibirku dengan begitu ganasnya, apa dia tidak merasa malu dilihati oleh semua orang. Setelah selesai dia tersenyum padaku entah apa maksudnya.

"Sepertinya kau memiliki istri yang sangat cantik Griffin?" pekik salah satu tamu.

"Ah! Tidak, dia biasa-biasa saja, kamu sudah tahu kan bagi seorang raja memiliki istri yang cantik itu wajar." Dengan senyum di bibirnya dia mengucapkan itu, apa dia tidak bisa kagum sedikit saja.

"Iya juga ya," balas tamu itu sambil tertawa pelan.

"Ehem.”

"Shiyo!" ucap tamu itu ketika melihat seorang wanita berdehem di belakangnya.

"Apa cuman dia saja yang cantik?" ucap wanita itu dengan nada cemberut dan sedikit kesal seperti ingin membunuhnya.

"Sayang kamu juga cantik," jawab tamu itu sambil mengelus perutnya yang membesar, sepertinya dia akan segera melahirkan, proses melahirkan di sini memakai peralatan dokter atau tidak ya.

"Kau!" ucap wanita itu ketika melihatku. Aku memandangi wanita itu, sepertinya aku mengenalnya. Saat diperhatikan, dia seperti temanku yang pindah sekolah tiga tahun yang lalu.

"Shiyo!" Aku mencoba memanggilnya dan memastikan dia itu orang yang kukenal atau bukan?

"Affry apa itu kamu?" ucap Shiyo sambil memelukku.

"Iya, aku tidak percaya kalau itu kamu." Aku membalas pelukannya, kenapa dia bisa ada di sini, apa yang sebenarnya terjadi? Bukannya kemarin dia mengatakan ingin pindah.

Aku sebenarnya jatuh ke dunia lain atau menyasar di negara lain, tempat ini juga terlalu mewah untukku. Tidak masalah setidaknya aku mempunyai teman di sini, air mata terharu mulai turun.

"He! Kenapa kalian berdua menangis?" ucap tamu itu dan raja mesum ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel